** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=artikel%7C0%7CX Rabu, 16 Februari 2005 Stepford Wives ? Masih Dambaaan Kita? Oleh Soe Tjen Marching Ketika film The Stepford Wives beredar di Amerika, beberapa kritik memuji film ini sebagai kritik tajam terhadap penjajahan perempuan dan masyarakat patriarki. Namun, beberapa kritik lain sempat melontarkan komentar tajam. Film ini adalah film ?kuno? yang diedarkan pertama kali pada tahun 1970-an, menceritakan tentang perempuan-perempuan tersenyum manis dan begitu manut suami: memasak kalau disuruh memasak, duduk kalau disuruh duduk dan kalau perlu, menggonggong kalau diperintah menggonggong. Para kritik mempertanyakan: bukankah di Amerika, telah banyak perempuan yang mempunyai karier dan mandiri. Bukankah perempuan di Amerika tidaklah lagi ?sedungu? Stepford Wives? Kritik tersebut memang beralasan. The Stepford Wives tidak memberi banyak masukan baru. Selain isu yang disajikan sudah basi, akting Nicole Kidman juga amat buruk. Namun, ketika saya menyaksikan pelantikan George W. Bush pada tanggal 20 Januari yang lalu, tiba-tiba saja film The Stepford Wives jadi tidak begitu basi. Laura Bush berdiri di samping suaminya, tersenyum amatlah manis dan menunjukkan wajah penuh dedikasi terhadap George. Memang, sebagai istri Presiden George Bush, Laura Bush harus mengorbankan kariernya sebagai pekerja perpustakaan. Citra keibuannya adalah salah satu poin yang membuat suaminya terpilih kembali. Hal inipun amat disadari oleh George Bush. Dalam kampanyenya, George Bush sering sekali menyertakan Laura Bush. George Bush bahkan beberapa kali menggunakan keibuan istrinya sebagai senjata: ?Pilihlah saya, sehingga Laura Bush dapat kembali menjadi Ibu Negara Amerika?. Sedangkan Theresa Kerry hanya muncul pada permulaan kampanye John Kerry (saingan terkuat George Bush) karena Theresa Heinz-Kerry terkenal dengan lontaran pendapatnya yang antara lain menjanjikan dukungan pada masyarakat homoseksual di Amerika. Tidak lama setelah itu, popularitasnya menurun dan Theresa-pun tidak muncul pada kebanyakan kampanye John Kerry. Theresa dinilai terlalu agresif untuk menjadi Ibu Negara Amerika. Rupanya, figur Laura Bush sebagai ibu rumah tangga dan perempuan manut suamilah yang masih didambakan kebanyakan warga Amerika. Survey di Amerika baru-baru ini menyatakan Laura mendapat 71% dukungan rakyat Amerika, jauh lebih tinggi daripada suaminya sendiri yang hanya mendapat 57%. Dalam arti lain, tidak saja pemilih partai Republik, pendukung partai Demokrat-pun menggemari wanita ini. Citra ini tak begitu jauh dari ibu mertuanya, Barbara Bush, yang dikenal sebagai ?nenek? Amerika yang begitu bahagia menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga pengurus suami dan anak-anaknya. Seperti Barbara, dalam kebanyakan wawancara, Laura Bush selalu menyatakan bahwa pendapatnya sendiri tidak begitu penting (walaupun beberapa hari setelah suaminya turun jabatan, Barbara Bush menyatakan bahwa dia sebenarnya tidak anti aborsi). Wawancara mendalam dengan istri Bush senior and junior amatlah sukar. Mereka selalu tampil dengan nada yang sama: pendapat suami merekalah yang nomor satu dan harus ditaati. Laura mengakui, bahwa dirinya banyak belajar dari Barbara Bush. Memang, Laura tidak lebih dari ?Barbara Bush edisi yang direvisi? (karena Laura jauh lebih menarik dan feminin dibanding si nenek Amerika, walau saya sering membayangkan bagaimana rupa si Laura kalau sedang upil-upil). Hal sebaliknya terjadi pada Hilary Clinton, istri seorang Presiden dari partai Demokrat, Bill Clinton. Jauh dari citra perempuan manut suami, Hilary amat aktif dalam beberapa kegiatan suaminya. Bahkan Bill Clinton menyebut istrinya sebagai co-Presiden dan Hilary-lah yang seringkali tampil dengan ide-ide yang luar biasa. Seperti idenya untuk merevisi sistem kesehatan di Amerika yang didominasi oleh budaya ?ada uang, ada barang?. Ide ini gagal, karena warga Amerika tidak saja terlalu kapitalis, namun juga tidak dapat menerima gagasan cemerlang seorang perempuan. Bahkan Hilary sempat terkenal dengan sebutan Lady Macbeth, istri culas dari drama Shakespeare, yang hobinya mencuci otak suami. Walaupun bila Hilary diberi kesempatan, saya yakin bahwa dia mempunyai kemampuan untuk menjadi Presiden Amerika yang jauh lebih andal daripada kedua George Bush yang amburadul, ataupun Bill Clinton (suaminya sendiri). Namun hal ini tidaklah mungkin terjadi karena Hilary ?masih? seorang perempuan. Di Indonesia, hal ini tidak begitu jauh berbeda. Politik Indonesia masih sepi perempuan. Kalaupun perempuan diberi bagian, biasanya adalah menteri urusan wanita dan urusan sosial. Artinya mungkin para menteri perempuan ini harus menjadi pendukung Stepford wives, yaitu mengurus diri sendiri supaya cantik (menteri perempuan) atau mengurus pembagian permen dan odol gigi (menteri sosial). Menjadikan perempuan sebagai presiden juga amat alot. Walau akhirnya Indonesia harus bangga bahwa paling tidak kita pernah mempunyai Presiden perempun. Namun, figur Megawati selalu tidak jauh dari gambaran Soekarno. Seakan hal ini menjadi pengalih perhatian bahwa Megawati seorang perempuan. Seakan individu Megawati sendiri tidak begitu penting. Figur ayahnya-lah yang menjadi jaminan. Bukan Megawati dan gagasan-gagasannya sendiri. Karena Megawati dalam hal ini tidak begitu penting lagi. Soekarno-lah yang lebih penting. Soekarno-lah yang menjadi senjata. Pada Pemilu yang lalu, beberapa perempuan Indonesia juga sempat mencalonkan diri sebagai Presiden. Kita mempunyai Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), Megawati, Sukmawati dan Rachmawati Soekarnoputri. Namun, nama-nama mereka tidak lepas dari lelaki di belakang mereka, ideologi bapak-bapak merekalah yang menempel. Bagi perempuan, masih amatlah sulit untuk tampil dengan ide mereka sendiri, untuk mengutarakan pendapat mereka sendiri. Bayangan The Stepford Wives masihlah membuntuti. Memang The Stepford Wives seharusnya tidak lagi memberi masukan baru, selain mengingatkan film kuno yang dibuat pada tahun 1970-an. Memang, seharusnya film ini sudah basi. Memang, film itu seharusnya sudah tidak lagi menjadi kritik sosial, melainkan penghinaan sosial: Bukankah perjuangan perempuan sudah jauh lebih maju daripada yang digambarkan pada film itu? Bukankah manusia sudah berevolusi dan menjadi lebih sadar bahwa fungsi perempuan tidak hanya tersenyum dan mematuhi suami? (Sayangnya, teori evolusi sudah dilarang di beberapa sekolah Amerika, sehingga mereka mungkin tidak tahu lagi cara berevolusi). Namun, pada abad ke-21, bila film ini masih menjadi kritik sosial dan laris karena masih mengingatkan kita pada model perempuan abad ini, hal inilah yang patut kita pertanyakan: Berapa lamanya perempuan harus bertahan dalam citra yang seperti ini? Berapa lama lagi film ini akan menjadi sungguh-sungguh basi? Soe Tjen Marching adalah Ph.D Asian & Women?s Studies ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **