** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** SURAT KEPADA SAHABAT: MENDAHULUKAN SOAL-SOAL BESAR DAN KEPENTINGAN BERSAMA Yang saya garis bawahi dari tulisan Manik Praba [lihat lampiran] di bawah ini adalah anjurannya agar kita sesama pencinta sastra termasuk yang merasa diri sudah menjadi sastrawan-seniman beken melakukan: [...] komunikasi yang bersifat terbuka, saling memberi-saling mengingatkan-saling mendukung- saling memaafkan demi suatu cita-cita nasional". Mengapa ada masalah "saling memaafkan"? Karena seperti ujar Manik Praba: "Tentu,dalam berkomunikasi....Kita perlu menyadari bahwa konflik dan salah pengertian akan sering terjadi dalam setiap komunikasi (apalagi komunikasi e-mail yang akan mudah sekali terpeleset dan menimbulkan salah pengertian) , namun dengan kebesaran hati masing-masing, kita semua dapat mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil itu dan tetap bergandengan tangan dengan sesama penggiat di seluruh pelosok negeri dengan tetap berpegang pada cita-cita bersama, suatu kondisi sastra-budaya negeri yang lebih baik bagi kita semua". Anjuran Manik Praba agar kita menempatkan kepentingan bersama dan nilai-nilai besar ini saya garis bawahi karena untuk mewujudkan kepentingan bersama dan nilai-nilai besar, pengembangan sastra-seni yang memanusiawikan, mewujudkan nilai-nilai republiken dan keindonesiaan sudah memerlukan tenaga, pikiran dan waktu luarbiasa [yang jika menggunakan konsep Halim HD dkk adalah sastra-seni kepulauan]. Masalah ini, saya kira adalah masalah besar bahkan sangat besar yang menguras tenaga pikiran, tenaga dan waktu, terkadang bahkan meminta pengorbanan. Jika kita semua berpegang kokoh kepada nilai dan arah ini maka tentu saja kita tidak akan memandang ada perlunya untuk saling menggagahi, memaki dan mnciptakan pertikaian yang sangat tak produktif [dilihat dari takaran di atas] yang terkadang bersifat sangat egoistik, terkadang mendekati gunjingan [penyakit mentalitas umum di negeri ini, termasuk di kalangan yang menyebut diri penggiat atau aktivis]. Apalagi sikap-sikap negatif demikian bukanlah sikap berbudaya selain mendekati sikap "banditisme" atas nama sastra dan budaya. Cacimaki, gunjingan dan mencari-cari pertikaian, saya kira bukanlah karya sastra dan bukan pula sikap berbudaya. Melihat keadaan begini yang terjadi di kalangan angkatannya, seorang penyair dari Jawa Timur sempat menjadi sangat "stress" dan saking kecewanya hingga mengganggu kegiatannya berkreasi. Saya sendiri tidak pernah mau terlalu jauh memasuki soal-soal begini dan tidak pernah terlalu saya hitung. Mengapa mesti membuang-buang waktu untuk hal-hal tak produktif sementara waktu bergulir terus tanpa mau mengindahkan kegundahan kita. Yang berkecimpung dan pernah berkecimpung langsung di lapangan, apalagi di tengah-tengah konflik berdarah akan melihat benar betapa sikap seperti di atas sebenarnya mrupakan sikap yang sama sekali tidak bermanfaat bagi kemanusiaan, sastra dan budaya sekali pun mengoceh tentang kemanusiaan, sastra dan budaya. Saya memandang sikap-sikap demikian tidak lebih dari pernyataan kekanakan, jiwa yang mangkal menagih perhatian karena ragu akan kemampuan diri. Ambil contoh, untuk menghidupkan Majalah Sastra-Budaya Aksara, misalnya. Sumbangan kongkret apa yang bisa diberikan oleh sikap begini? Lebih kongkret dan patut dihargai apa yang dilakukan oleh grup Rumah Dunia asuhan Gola Gong dkk di Banten, atau Sanggar Sastra Tasikmalaya, Beni Luar Biasa Yog ya, Herman dkk dengan grup Lingkomnya di Batu, atau Komunitas Terapung dan ISASI di Palangka Raya, Komunitas Batam, Lembaga Studi Dayak21, dan lain-lain... Terlalu banyak kerja besar menunggu uluran tangan kita untuk memecahkan masalah bersama dibandingkan keperluan bertikai secara tidak perlu. Bertolak dari pandangan dan sikap ini, saya sangat menyambut pendapat Manik Praba agar kita selalu mendahulukan masalah-masalah besar dan kepentingan bersama. Ajakan yang saya pandang sangat konstruktif dan bahkan bersifat mendesak. Adanya komunitas sastra-budaya yang sekarang tersebar di berbagai daerah dan pulau tanahair sebenarnya sudah merupakan satu kekuatan potensial luar biasa. Masalahnya, sudahkah kita menyadari kekuatan potensial ini dan bisakah kita membuat yang potensial ini jadi kekuatan faktual? Dengan adanya tekhnologi canggih dan kian canggih seperti yang tersedia sekarang, memungkinkan kita menembus batas waktu dan ruang sehingga kita bisa merebut banyak peluang demi kepentingan bersama, urusan-urusan besar sastra-seni, Indonesia,Republik dan kemanusiaan. Kekuatan potensial ini akan lebih kelihatan jika kita mengamati bahwa para pendukung dan jaringan komunitas itu tersebar di berbagai tempat dan bahkan benua. Mengapa pontesi ini tidak dimanfaatkan dan kita hanya sibuk serta asyik dengan bertikai secara tidak perlu -- kalau bukannya pertikaian konyol itu tidak lain dari tindak kebocahan jiwa dan pikir?! Mengenai ide Manik Praba tentang LCCN (Literature and Culture Community Network), saya membacanya lebih sebagai usul tentang perlunya kerjasama antar komunitas sastra-budaya yang sekarang tersebar di berbagai daerah dan pulau bahkan sampai di mancanegara. Barangkali LCCN yang dimaksudkan oleh Manik Praba patut diperinci dan didiskusikan oleh semua komunitas yang sekarang ada. Secara prinsip saya merasa kordinasi antar komunitas di tingkat nasional memang diperlukan agar kita bisa bersama-sama melakukan suatu gerakan "maju melompat" dalam kegiatan kita, termasuk menanggulangi segala macam permasalahan yang kita hadapi. Barangkali adanya "communities national board" [CNB] begini memang perlu dibicarakan secara rinci dan sungguh-sungguh. Saya melihat kemungkinan begini bukan terlalu khayali dan barangkali bisa menjadi awal atau janin strategis dari pembangunan sastra-seni nusantara dari bawah. Adanya CNB begini, kalau penglihatan saya benar, bisa membuka kemungkinan bagi kita untuk memasuki ruang lebih luas lagi dan menyerempakkan langkah untuk kepentingan bersama: membangun dan mengembangkan sastra-seni republiken, berkeindonesiaan dan manusiawi [sastra-seni yang memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat].Adanya LCCN atau CNB akan memberikan kita kemungkinan membuat yang potensial menjadi potensi faktual. Dalam hal ini, saya hanya menunggu masukan dari berbagai komunitas --- masukan-masukan yang sangat perlu -- baik yang ada di Indonesia atau pun yang di luar negeri. Paris, Februari 2005 -------------------- JJ.KUSNI Lampiran: KOMUNITAS SASTRA-BUDAYA Seperti tanggapan JJ Kusni, kita semua perlu bertukar informasi dan saling menguatkan satu sama lainnya agar pergerakan aktivitas sastra-budaya di berbagai daerah (yang ternyata jitu dan sangat cepat mempengaruhi masyarakat) dapat dicontoh dan dilakukan juga di daerah lain. Mungkin sebagian kita sudah ada yang tahu apa yang dilakukan oleh Halim HD, Saut Situmorang,Acep Zamzam Noor dan beberapa kawan lainnya. Apakah kawan-kawan lainnya mengetahui itu? Komunikasi berperan sangat penting dan tentunya juga niat baik setiap penggiat. Bila ada kesadaran bagi setiap orang betapa menyedihkan kondisi negeri ini dan kita semua bersama-sama memadu kekuatan dengan rasa kebangsaan yang tinggi (seperti yang dilakukan oleh orang Jepang), maka harapan untuk mencapai perkembangan sastra-budaya yang lebih progresif akan lebih mudah. Komunikasi dalam hal ini adalah komunikasi yang bersifat terbuka, saling memberi-saling mengingatkan-saling mendukung- saling memaafkan demi suatu cita-cita nasional. Tentu,dalam berkomunikasi perlu suatu sikap yang dapat memaafkan dan dapat mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil demi sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Kita perlu menyadari bahwa konflik dan salah pengertian akan sering terjadi dalam setiap komunikasi (apalagi komunikasi e-mail yang akan mudah sekali terpeleset dan menimbulkan salah pengertian) , namun dengan kebesaran hati masing-masing, kita semua dap at mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil itu dan tetap bergandengan tangan dengan sesama penggiat di seluruh pelosok negeri dengan tetap berpegang pada cita-cita bersama, suatu kondisi sastra-budaya negeri yang lebih baik bagi kita semua. Di samping membangun perpustakaan, masing-masing komunitas dapat menyelengarakan berbagai event (seperti yang telah dilakukan di beberapa komunitas), seperti: -Acara pementasan (drama/ puisi yang dikombinasi dengan musik dll) -Pesta seni dan bursa buku/ majalah -Seminar -Dll Kegiatan-kegiatan itu akan mempromosikan sastra-budaya kepada masyarakat luas dan dapat menghasilkan dana untuk dibagikan kepada para penggiat dan kas komunitas. HIMPUNAN MAHASISWA/ SISWA Sesungguhnya komunitas sastra-budaya dapat juga dibentuk di lingkungan kampus dan sekolah. Himpunan mahasiswa di universitas dan himpunan siswa di sekolah juga dapat menggerakkan para pengurusnya untuk membangun perpustakaan di himpunan. Buku dan majalah dapat diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan cara membina hubungan dengan berbagai penerbit atau ide-ide kreatif lainnya. Dengan kegiatan ini, para mahasiswa/ siswa semakin terbiasa dengan bacaan sastra-budaya. JARINGAN KOMUNITAS Bila sudah terjadi komunikasi dan interaksi antar komunitas di berbagai pelosok negeri, sesungguhnya sudah mulai tercipta jaringan. Jaringan (network) bukanlah harus berarti sesuatu yang besar dengan kantor yang megah dsb. Jaringan dapat tercipta walaupun secara fisik tidak terlihat. Walaupun komunikasi hanya melalui e-mail, interaksi dan komunikasi itu sudah merupakan suatu jaringan yang sangat berharga dan perlu tetap dijaga. E-mail memang sepertinya sederhana. Para pelajar sering menggunakan email untuk chatting di internet. Ya, email itu hanya sederhana seperti permainan. Tetapi, dengan e-mail yang sederhana itu orang Jepang dapat menbina jaringan yang luas di berbagai belahan dunia dan menghasilkan proyek-proyek bernilai besar. Sejak e-mail dikembangkan di USA, bangsa Jepang dengan cepat memanfaatkannya selama bertahun-tahun untuk membina jaringan komunikasi di seluruh dunia. Suatu proyek besar di Indonesia dapat dilakukan oleh orang Jepang hanya didahului dan didiskusikan melalui e-mail. Proyek itu tidak ditangani oleh orang-orang dari satu kota, tetapi oleh orang-orang yang tinggal di beberapa kota di dunia. Orang Jepang secara intensif melakukan diskusi dengan rekan-rekannya di berbagai kota dunia hanya dengan e-mail. Mereka berdiskusi dan mengambil keputusan bersama melalui e-mail. Bagi mereka seluruh dunia ini seolah-olah hanya sebesar layar monitor komputer. Mengapa kita tidak ikut menggunakan teknologi tinggi ini untuk mempercepat perkembangan sastra kita?Bukankah e-mail adalah media komunikasi yang sangat efisien? Dengan memanfaatkan komunikasi e-mail, kita dapat membina komunikasi dan menggabungkan kekuatan semua penggiat sastra-budaya baik komunitas riil maupun komunitas maya (internet) menjadi satu kekuatan nasional yang saling memperkuat seperti jaringan laba-laba yang tidak hanya terbatas di dalam negeri saja tetapi juga komunitas sastra-budaya di luar negeri. Sebagai gambaran, misalnya kita ambil contoh Sastra TKI (sastra_tki@xxxxxxxxxxxxxxx) yang dibangun oleh Mega Dkk di Hongkong. Kawan-kawan yang tergabung dalam milis itu maupun komunitas riil yang dibentuk di Hongkong dapat menjadi bagian dari jaringan itu, gampangnya untuk mempermudah pembahasan sebutlah jaringan itu sebagai LCCN (Literature and Culture Community Network). Dalam bentuk sederhana LCCN dapat hanya berupa komunikasi yang selalu dibina antar penggiat sastra-budaya dari berbagai komunitas (riil dan maya), terbentuklah saling pengertian dan saling dukung sesama penggiat.Agar komunikasi itu semakin dekat dan berdampak lebih luas dapat dibentuk aktivitas bersama misalnya membuat antologi puisi/ cerpen yang menggabungkan semua atau beberapa komunitas. Dengan cara itu, terbukalah hubungan yang luas dan semakin solid sesama penggiat sastra-budaya di berbagai daerah. Cara ini juga sekaligus membuka jalan bagi pengenalan suatu komunitas yang sangat jauh dan terpencil.Hasil pencetakan buku puisi/ cerpen itu dapat dijual di semua komunitas yang ada (tentu juga dijual di toko buku). Penjualan di berbagai komunitas itu dapat diberi discount (rabat) yang memadai untuk kas komunitas akan meningkatkan kemampuan finansial komunitas. Setelah tersedia uang kas komunitas, sangatlah mudah bagi suatu komunitas membangun perpustakaan masing-masing. Bila Mega dkk di Hongkong menetapkan biaya sewa meminjam buku/ majalah sebesar 1-2 dollar akan kelihatan kecil, tetapi bila dana itu sudah berkembang akan mampu membeli majalah sastra berkelas internasional yang akan menjadi koleksi perpustakaan yang akan dibaca oleh anggota komunitas. Mengapa diperlukan LCCN yang menghubungkan personel dari berbagai komunitas? Jangan-jangan LCCN hanya sekedar permainan para penggiatnya kelak seperti gaya Orba yang mengatasnamakan organisasi/ jaringan untuk keuntungan orang-orang tertentu. Bukankah Sanggar Sastra Tasik (Tasikmalaya) atau BumiManusia (Solo) sudah melakukan banyak aktivitas sastra-budaya? Perlu kita sadari bahwa setiap komunitas itu memiliki keterbatasan masing-masing. Dengan keterbatasan itu akan sulit bagi suatu komunitas untuk berkembang lebih cepat dalam lingkup nasional. Mungkin satu komunitas tidak begitu kuat mendorong gairah sastra secara meluas, namun gabungan seluruh komunitas yang saling mendukung akan sangat cepat mempengaruhi masyarakat luas. Suatu aktivitas yang didasarkan kepada kemauan/ minat seluruh jaringan akan mudah mendapatkan dukungan karena semua komunitas yang tergabung akan berpikir bahwa ini untuk kepentingan kita semua. Ini untuk kemajuan sastra- budaya nasional. Bahkan bukan tidak mungkin dukungan dan sumbangan dana bakal mengalir karena semua menyadari begitu besarnya manfaat LCCN itu bagi semua penggiat dan bagi kemajuan sastra-budaya negeri ini dan semua percaya dengan gerakan LCCN yang transparan. Bila situasi seperti ini dapat tercipta, sejak dini kita semua harus hati-hati. Jangan sampai pola kuno berlaku lagi.Orang-orang yang terlibat di LCCN haruslah orang-orang yang terpercaya dan mereka semua harus secara transparan melaporkan semua kegiatan/ keuangan ke seluruh komunitas yang tergabung. Sejak dini segala perangkat aturan harus dibentuk dengan jelas dan diketahui semua pihak, termasuk masalah honor dsb. Kalau perlu laporan regular juga harus dikirim melalui e-mail dan tembus ke semua komunitas. Begitu pentingnyakah jaringan sejenis LCCN? Walaupun LCCN hanya berupa saling kontak dan saling tolong sesama penggiat dari berbagai komunitas, itu pun sudah sangat baik karena dengan saling kontak saja sudah tercipta saling pengertian bersama dan muncul perasaan dekat satu sama lainnya.Dan, sekali sudah terbentuk komunikasi dan saling dukung, bukan tidak mungkin kelak sesuai dengan pertumbuhannya terbentuk LCCN yang kuat dan terpercaya. Mungkin saja LCCN itu akan menjadi organisasi milik publik yang bisa berfungsi seperti The Japan Foundation yang akan mempromosikan sastra-budaya Indonesia di seluruh dunia yang diawali oleh tangan-tangan LCNN, yaitu komunitas-komunitas yang tersebar di berbagi kota dunia. Bahkan, LCCN itu kelak dapat berkembang menjadi organisasi publik yang berpengaruh di kawasan Asia.Mungkin juga dalam jangka panjang LCCN dapat berfungsi melakukan hubungan/kontak dengan berbagai organisasi internasional, membuat terjemahan naskah-naskah sastra-budaya Indonesia dan menyebarkannya di di berbagai belah an dunia. Dan, yang terpenting adalah aktivitas LCCN bukan mematikan komunitas-komunitas yang ada. LCCN adalah sesuatu yang tercipta antar komunitas (bottom-up policy). LCCN justru membina komunitas, membantu dan mengembangkannya, melakukan pelatihan dsb, sehingga semua komunitas akan semakin kuat dan pada gilirannya masyarakat luas akan semakin kecanduan bacaan dan event sastra-budaya.Dengan demikian, LCCN sekaligus dapat berperan membantu pemerintah yang amat repot mengurus begitu banyak masalah di negeri ini. Dan, LCCN akan semakin mempererat rasa kebangsaan dan persaudaraan kita semua. -Manik Praba- 21 Februari 2005. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **