[nasional_list] [ppiindia] SURAT KEPADA SAHABAT: MENDAHULUKAN SOAL-SOAL BESAR DAN KEPENTINGAN BERSAMA

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 21 Feb 2005 16:29:37 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

SURAT KEPADA SAHABAT: 

MENDAHULUKAN SOAL-SOAL BESAR DAN KEPENTINGAN BERSAMA

Yang saya garis bawahi dari tulisan Manik Praba [lihat lampiran] di bawah ini 
adalah anjurannya agar kita sesama pencinta sastra termasuk yang merasa diri 
sudah menjadi sastrawan-seniman beken melakukan:

[...] komunikasi yang bersifat terbuka, saling memberi-saling 
mengingatkan-saling mendukung- saling memaafkan demi suatu cita-cita nasional".

Mengapa ada masalah "saling memaafkan"? Karena seperti ujar Manik Praba:

"Tentu,dalam berkomunikasi....Kita perlu menyadari bahwa konflik dan salah 
pengertian akan sering terjadi dalam setiap komunikasi (apalagi komunikasi 
e-mail yang akan mudah sekali terpeleset dan menimbulkan salah pengertian) , 
namun dengan kebesaran hati masing-masing, kita semua dapat mengabaikan 
kesalahan-kesalahan kecil itu dan tetap bergandengan tangan dengan sesama 
penggiat di seluruh pelosok negeri dengan tetap berpegang pada cita-cita 
bersama, suatu kondisi sastra-budaya negeri yang lebih baik bagi kita semua". 

Anjuran Manik Praba agar kita menempatkan kepentingan bersama dan nilai-nilai 
besar ini saya garis bawahi karena untuk mewujudkan kepentingan bersama dan 
nilai-nilai besar, pengembangan sastra-seni yang memanusiawikan, mewujudkan 
nilai-nilai republiken dan keindonesiaan sudah memerlukan tenaga, pikiran dan 
waktu luarbiasa [yang jika menggunakan konsep Halim HD dkk adalah sastra-seni 
kepulauan]. Masalah ini, saya kira adalah masalah besar bahkan sangat besar 
yang menguras tenaga pikiran, tenaga dan waktu, terkadang bahkan meminta 
pengorbanan. 

Jika kita semua berpegang kokoh kepada nilai dan arah ini maka tentu saja kita 
tidak akan memandang ada perlunya untuk saling menggagahi, memaki dan 
mnciptakan pertikaian yang sangat tak produktif [dilihat dari takaran di atas] 
yang terkadang bersifat sangat egoistik, terkadang mendekati gunjingan 
[penyakit mentalitas umum di negeri ini, termasuk di kalangan yang menyebut 
diri penggiat atau aktivis]. Apalagi sikap-sikap negatif demikian bukanlah 
sikap berbudaya selain mendekati sikap "banditisme" atas nama sastra dan 
budaya. Cacimaki, gunjingan dan mencari-cari pertikaian, saya kira bukanlah 
karya sastra dan bukan pula sikap berbudaya.  Melihat keadaan begini yang 
terjadi di kalangan angkatannya, seorang penyair dari Jawa Timur sempat menjadi 
sangat "stress" dan saking kecewanya hingga mengganggu kegiatannya berkreasi. 

Saya sendiri tidak pernah mau terlalu jauh memasuki soal-soal begini dan tidak 
pernah terlalu saya hitung. Mengapa mesti membuang-buang waktu untuk hal-hal 
tak produktif sementara waktu bergulir terus tanpa mau mengindahkan kegundahan 
kita. Yang berkecimpung dan pernah berkecimpung langsung di lapangan, apalagi 
di tengah-tengah konflik berdarah  akan melihat benar betapa sikap seperti di 
atas sebenarnya mrupakan sikap yang sama sekali tidak bermanfaat bagi 
kemanusiaan, sastra dan budaya sekali pun mengoceh tentang kemanusiaan, sastra 
dan budaya. Saya memandang sikap-sikap demikian tidak lebih dari pernyataan 
kekanakan, jiwa yang mangkal menagih perhatian karena ragu akan kemampuan diri. 
Ambil contoh, untuk menghidupkan Majalah Sastra-Budaya Aksara, misalnya. 
Sumbangan kongkret apa yang bisa diberikan oleh sikap begini? Lebih kongkret 
dan patut dihargai apa yang dilakukan oleh grup Rumah Dunia asuhan Gola Gong 
dkk di Banten, atau Sanggar Sastra Tasikmalaya, Beni Luar Biasa Yog
 ya, Herman dkk dengan grup Lingkomnya di Batu, atau Komunitas Terapung dan 
ISASI di Palangka Raya, Komunitas Batam, Lembaga Studi Dayak21, dan 
lain-lain... Terlalu banyak kerja besar menunggu uluran tangan kita untuk 
memecahkan masalah bersama dibandingkan keperluan bertikai secara tidak perlu.

Bertolak dari pandangan dan sikap ini, saya sangat menyambut pendapat Manik 
Praba agar kita selalu mendahulukan masalah-masalah besar dan kepentingan 
bersama. Ajakan yang saya pandang sangat konstruktif dan bahkan bersifat 
mendesak. 

Adanya komunitas sastra-budaya yang sekarang tersebar di berbagai daerah dan 
pulau tanahair sebenarnya sudah merupakan satu kekuatan potensial luar biasa. 
Masalahnya, sudahkah kita menyadari kekuatan potensial ini dan bisakah kita 
membuat yang potensial ini jadi kekuatan faktual? 

Dengan adanya tekhnologi canggih dan kian canggih seperti yang tersedia 
sekarang, memungkinkan kita menembus batas waktu dan ruang sehingga kita bisa 
merebut banyak peluang demi kepentingan bersama, urusan-urusan besar 
sastra-seni, Indonesia,Republik dan kemanusiaan.  Kekuatan potensial ini akan 
lebih kelihatan jika kita mengamati bahwa para pendukung dan jaringan komunitas 
itu tersebar di berbagai tempat dan bahkan benua. Mengapa pontesi ini tidak 
dimanfaatkan dan kita hanya sibuk serta asyik dengan bertikai secara tidak 
perlu -- kalau bukannya pertikaian konyol itu tidak lain dari tindak kebocahan 
jiwa dan pikir?! 

Mengenai ide Manik Praba tentang LCCN (Literature and Culture Community 
Network), saya membacanya lebih sebagai usul tentang perlunya kerjasama antar 
komunitas sastra-budaya yang sekarang tersebar di berbagai daerah dan pulau 
bahkan sampai di mancanegara. Barangkali LCCN yang dimaksudkan oleh Manik Praba 
patut diperinci dan didiskusikan oleh semua komunitas yang sekarang ada. Secara 
prinsip saya merasa kordinasi antar komunitas di tingkat nasional memang 
diperlukan agar kita bisa bersama-sama melakukan suatu gerakan "maju melompat" 
dalam kegiatan kita, termasuk menanggulangi segala macam permasalahan yang kita 
hadapi. Barangkali adanya "communities national board" [CNB] begini memang 
perlu dibicarakan secara rinci dan sungguh-sungguh. Saya melihat kemungkinan 
begini bukan terlalu khayali dan barangkali bisa menjadi awal   atau janin 
strategis dari pembangunan sastra-seni nusantara dari bawah. Adanya CNB begini, 
kalau penglihatan saya benar, bisa membuka kemungkinan bagi kita 
 untuk memasuki ruang lebih luas lagi dan menyerempakkan langkah untuk 
kepentingan bersama: membangun dan mengembangkan sastra-seni republiken, 
berkeindonesiaan dan manusiawi [sastra-seni yang memanusiawikan manusia, 
kehidupan dan masyarakat].Adanya LCCN atau CNB akan memberikan kita kemungkinan 
membuat yang potensial menjadi potensi faktual. Dalam hal ini, saya hanya 
menunggu masukan dari berbagai komunitas --- masukan-masukan yang sangat perlu 
-- baik yang ada di Indonesia atau pun yang di luar negeri.



Paris, Februari 2005
--------------------
JJ.KUSNI


Lampiran:


KOMUNITAS SASTRA-BUDAYA


Seperti tanggapan JJ Kusni, kita semua perlu bertukar informasi dan saling 
menguatkan satu sama lainnya agar pergerakan aktivitas sastra-budaya di 
berbagai daerah (yang ternyata jitu dan sangat cepat mempengaruhi masyarakat) 
dapat dicontoh dan dilakukan juga di daerah lain. Mungkin sebagian kita sudah 
ada yang tahu apa yang dilakukan oleh Halim HD, Saut Situmorang,Acep Zamzam 
Noor dan beberapa kawan lainnya. Apakah kawan-kawan lainnya mengetahui itu?

Komunikasi berperan sangat penting dan tentunya juga niat baik setiap penggiat. 
Bila ada kesadaran bagi setiap orang betapa menyedihkan kondisi negeri ini dan 
kita semua bersama-sama memadu kekuatan dengan rasa kebangsaan yang tinggi 
(seperti yang dilakukan oleh orang Jepang), maka harapan untuk mencapai 
perkembangan sastra-budaya yang lebih progresif akan lebih mudah. Komunikasi 
dalam hal ini adalah komunikasi yang bersifat terbuka, saling memberi-saling 
mengingatkan-saling mendukung- saling memaafkan demi suatu cita-cita nasional. 
Tentu,dalam berkomunikasi perlu suatu sikap yang dapat memaafkan dan dapat 
mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil demi sesuatu yang lebih besar, sesuatu 
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Kita perlu menyadari bahwa konflik 
dan salah pengertian akan sering terjadi dalam setiap komunikasi (apalagi 
komunikasi e-mail yang akan mudah sekali terpeleset dan menimbulkan salah 
pengertian) , namun dengan kebesaran hati masing-masing, kita semua dap
 at mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil itu dan tetap bergandengan tangan 
dengan sesama penggiat di seluruh pelosok negeri dengan tetap berpegang pada 
cita-cita bersama, suatu kondisi sastra-budaya negeri yang lebih baik bagi kita 
semua.

Di samping membangun perpustakaan, masing-masing komunitas dapat 
menyelengarakan berbagai event (seperti yang telah dilakukan di beberapa 
komunitas), seperti:
-Acara pementasan (drama/ puisi yang dikombinasi dengan musik dll)
-Pesta seni dan bursa buku/ majalah
-Seminar
-Dll
Kegiatan-kegiatan itu akan mempromosikan sastra-budaya kepada masyarakat luas 
dan  dapat menghasilkan dana untuk dibagikan kepada para penggiat dan kas 
komunitas.

HIMPUNAN MAHASISWA/ SISWA
Sesungguhnya komunitas sastra-budaya dapat juga dibentuk di lingkungan kampus 
dan sekolah.
Himpunan mahasiswa di universitas dan himpunan siswa di sekolah juga dapat 
menggerakkan para pengurusnya untuk membangun perpustakaan di himpunan. Buku 
dan majalah dapat diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan cara membina 
hubungan dengan berbagai penerbit atau ide-ide kreatif lainnya.

Dengan kegiatan ini, para mahasiswa/ siswa semakin terbiasa dengan bacaan 
sastra-budaya.

JARINGAN KOMUNITAS
Bila sudah terjadi komunikasi dan interaksi antar komunitas di berbagai pelosok 
negeri, sesungguhnya sudah mulai tercipta jaringan. Jaringan (network) bukanlah 
harus berarti sesuatu yang besar dengan kantor yang megah dsb. Jaringan  dapat 
tercipta walaupun secara fisik tidak terlihat. 

Walaupun komunikasi hanya melalui e-mail, interaksi dan komunikasi itu sudah 
merupakan suatu jaringan yang sangat berharga dan perlu tetap dijaga. E-mail 
memang sepertinya sederhana. Para pelajar sering menggunakan email untuk 
chatting di internet. Ya, email itu hanya sederhana seperti permainan. Tetapi, 
dengan e-mail yang sederhana itu orang  Jepang dapat menbina jaringan yang luas 
di berbagai belahan dunia dan menghasilkan proyek-proyek  bernilai besar. Sejak 
e-mail dikembangkan di USA, bangsa Jepang dengan cepat memanfaatkannya selama 
bertahun-tahun untuk membina jaringan komunikasi di seluruh dunia.

Suatu proyek besar di Indonesia dapat dilakukan oleh orang Jepang hanya 
didahului dan didiskusikan melalui e-mail. Proyek itu tidak ditangani oleh 
orang-orang dari satu kota, tetapi oleh orang-orang yang tinggal di beberapa 
kota di dunia.

Orang Jepang secara intensif melakukan diskusi dengan rekan-rekannya di 
berbagai kota dunia hanya dengan e-mail. Mereka berdiskusi dan mengambil 
keputusan bersama melalui e-mail. Bagi mereka seluruh dunia ini seolah-olah 
hanya sebesar layar monitor komputer. Mengapa kita tidak ikut menggunakan 
teknologi tinggi ini untuk mempercepat perkembangan sastra kita?Bukankah e-mail 
adalah media komunikasi yang sangat efisien? Dengan memanfaatkan komunikasi 
e-mail, kita dapat membina komunikasi dan menggabungkan kekuatan semua penggiat 
sastra-budaya baik komunitas riil maupun komunitas maya (internet) menjadi satu 
kekuatan nasional yang saling memperkuat seperti jaringan laba-laba yang tidak 
hanya terbatas di dalam negeri saja tetapi juga komunitas sastra-budaya di luar 
negeri.

Sebagai gambaran, misalnya kita ambil contoh Sastra TKI 
(sastra_tki@xxxxxxxxxxxxxxx) yang dibangun oleh Mega Dkk di Hongkong. 
Kawan-kawan yang tergabung dalam milis itu maupun komunitas riil yang dibentuk 
di Hongkong  dapat menjadi bagian dari jaringan itu, gampangnya untuk 
mempermudah pembahasan sebutlah jaringan itu sebagai LCCN (Literature and 
Culture Community Network).

Dalam bentuk sederhana LCCN dapat hanya berupa komunikasi yang selalu dibina 
antar penggiat sastra-budaya dari berbagai komunitas (riil dan maya), 
terbentuklah saling pengertian dan saling dukung sesama penggiat.Agar 
komunikasi itu semakin dekat dan berdampak lebih luas dapat dibentuk aktivitas 
bersama misalnya membuat antologi puisi/ cerpen yang menggabungkan semua atau 
beberapa komunitas.

Dengan cara itu, terbukalah hubungan yang luas dan semakin solid sesama 
penggiat sastra-budaya di berbagai daerah. Cara ini juga sekaligus membuka 
jalan bagi pengenalan suatu komunitas  yang sangat jauh dan terpencil.Hasil 
pencetakan buku puisi/ cerpen itu dapat dijual di semua komunitas yang ada 
(tentu juga dijual di toko buku).

Penjualan di berbagai komunitas itu dapat diberi discount (rabat) yang memadai 
untuk kas komunitas akan meningkatkan kemampuan finansial komunitas. Setelah 
tersedia uang kas komunitas, sangatlah mudah bagi suatu komunitas membangun 
perpustakaan masing-masing. 

Bila Mega dkk di Hongkong menetapkan biaya sewa meminjam buku/ majalah sebesar 
1-2 dollar akan kelihatan kecil, tetapi bila dana itu sudah berkembang akan 
mampu membeli majalah sastra berkelas internasional yang akan menjadi koleksi 
perpustakaan yang akan dibaca oleh anggota
komunitas.

Mengapa diperlukan LCCN yang menghubungkan personel dari berbagai komunitas? 
Jangan-jangan LCCN hanya sekedar permainan para penggiatnya kelak seperti gaya 
Orba yang mengatasnamakan organisasi/ jaringan untuk keuntungan orang-orang 
tertentu. Bukankah Sanggar Sastra Tasik (Tasikmalaya) atau BumiManusia (Solo) 
sudah melakukan banyak  aktivitas sastra-budaya? Perlu kita sadari bahwa setiap 
komunitas itu memiliki keterbatasan masing-masing. Dengan keterbatasan itu akan 
sulit bagi suatu komunitas untuk berkembang lebih cepat dalam lingkup nasional. 
Mungkin satu komunitas tidak begitu kuat mendorong gairah sastra secara meluas, 
namun gabungan seluruh komunitas yang saling mendukung akan sangat cepat 
mempengaruhi masyarakat luas. Suatu aktivitas yang didasarkan kepada kemauan/ 
minat seluruh jaringan akan mudah mendapatkan dukungan karena semua komunitas 
yang tergabung akan berpikir bahwa ini untuk kepentingan kita semua. Ini untuk 
kemajuan sastra- budaya nasional. Bahkan bukan tidak
  mungkin dukungan dan sumbangan dana bakal mengalir karena semua menyadari 
begitu besarnya  manfaat LCCN itu bagi semua penggiat dan bagi kemajuan 
sastra-budaya negeri ini dan semua percaya dengan gerakan LCCN yang transparan. 
Bila situasi seperti ini dapat tercipta, sejak dini kita semua harus hati-hati. 
Jangan sampai pola kuno berlaku lagi.Orang-orang yang terlibat di LCCN haruslah 
orang-orang yang terpercaya dan mereka semua harus secara transparan melaporkan 
semua kegiatan/ keuangan ke seluruh komunitas yang tergabung. Sejak dini segala 
perangkat aturan harus dibentuk dengan jelas dan diketahui semua pihak, 
termasuk masalah honor dsb.  Kalau perlu laporan regular juga harus dikirim 
melalui e-mail dan tembus ke semua komunitas.

Begitu pentingnyakah jaringan sejenis LCCN?
Walaupun LCCN hanya berupa saling kontak dan saling tolong sesama penggiat dari 
berbagai komunitas, itu pun sudah sangat baik karena dengan saling kontak saja 
sudah tercipta saling pengertian bersama dan muncul perasaan dekat satu sama 
lainnya.Dan, sekali sudah terbentuk komunikasi dan saling dukung, bukan tidak 
mungkin kelak sesuai dengan pertumbuhannya terbentuk LCCN yang kuat dan 
terpercaya. Mungkin saja LCCN itu akan menjadi organisasi milik publik yang 
bisa berfungsi seperti The Japan Foundation yang akan mempromosikan 
sastra-budaya Indonesia di seluruh dunia yang diawali oleh tangan-tangan LCNN, 
yaitu komunitas-komunitas yang tersebar di berbagi kota dunia. Bahkan, LCCN itu 
kelak dapat berkembang menjadi organisasi publik yang berpengaruh di kawasan 
Asia.Mungkin juga dalam jangka panjang LCCN dapat berfungsi melakukan 
hubungan/kontak dengan berbagai organisasi internasional, membuat terjemahan 
naskah-naskah sastra-budaya Indonesia dan menyebarkannya di di berbagai belah
 an dunia. Dan, yang terpenting adalah aktivitas LCCN bukan mematikan 
komunitas-komunitas yang ada. LCCN adalah sesuatu yang tercipta antar komunitas 
(bottom-up policy). LCCN justru membina komunitas, membantu dan 
mengembangkannya, melakukan pelatihan dsb, sehingga semua komunitas akan 
semakin kuat dan pada gilirannya masyarakat luas  akan semakin kecanduan bacaan 
dan event sastra-budaya.Dengan demikian, LCCN sekaligus dapat berperan  
membantu pemerintah yang amat repot mengurus begitu banyak masalah di negeri 
ini. Dan, LCCN akan semakin mempererat rasa kebangsaan dan persaudaraan kita 
semua.


-Manik Praba-
21 Februari 2005. 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] SURAT KEPADA SAHABAT: MENDAHULUKAN SOAL-SOAL BESAR DAN KEPENTINGAN BERSAMA