** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** SURAT KEPADA ORANG SEKAMPUNG PROSES DESIVILISASI?! [2] Muncul berkembangnya separatisme, "Nasib Budaya Dayak Ngaju Mencemaskan" yang mencemaskan, saya kira, tidak terlepas dari perkembangan dunia dan yang diteoritisasikan oleh para ilmuwan sosial -- karena kepentingan memerlukan pengesahan "ilmiah" dan pengesahan-pengesahan lainnya. Jika teori dan dasar pembenaran lainnya tidak berfungsi efektif, maka tindak kekerasan paling brutal sekalipun harus melikwidasi jutaan nyawa pun jadi dipandang "sah". Agresi dan intervensi atas nama "demokratisasi" dan "Hak Asasi Manusia" [HAM], atas nama sivilisasi, "misi suci" dilancarkan. Kekuasaan politik lokal hanyalah alat pelaksana pencapaian kepentingan. Hal ini bisa dilihat dari sejarah komunitas Dayak Kalteng sendiri sebagai salah satu misal. Apa yang diperlihatkan oleh sejarah komunitas Dayak Kalteng? Secara garis besar saya membagi perkembangan yang dihadapi oleh komunitas Dayak Kalteng dalam beberapa periode. Periode pertama: Penghancuran budaya betang: Dalam rangka menduduki daerah yang sekarang disebut propinsi Kalteng, kolonialis Belanda pertama-tama melakukan agresi dari kebudayaan dalam berbagai bentuk. Melalui agresi kebudayaan ini Belanda ingin menaklukkan manusia, menguasai jiwa penduduk daerah yang disasar. Untuk keperluan ini maka ditetapkan dan dilaksanakan politik "ragi usang", yang memandang bahwa kebudayaan Dayak tidak lain dari "ragi usang" yang harus dibuang dan ditinggalkan. Budaya betang di mana hubungan antara individu dan kolektivitas berpadu serasi dipandang sebagai primitif, Dayak dipandang sebagai lambang segala keburukan dan kejahatan. Komunitas Dayak karena itu perlu diperadabkan dan Belanda beserta kakitangannya memandang pekerjaan ini sebagai misi suci mereka. Agar misi suci [la mission sacrée] ini bisa berhasil maka dilakukan kegiatan-kegiatan penelitian ilmiah dengan rupa-rupa selubung. Penelitian ilmiah ini dilakukan setelah tujuh pelaksana misi suci dipenggal kepalanya oleh orang Dayak yang merasa harga diri mereka disinggung, setelah beberapa kali misi Belanda melintasi pulau dari barat ke timur gagal oleh tentangan komunitas Dayak. Menghadapi agresi kebudayaan Belanda, komunitas Dayak berhimpun di sekitar budaya Kaharingan dengan nilai-nilainya. Melihat agresi kebudayaannya kurang efektif, maka Belanda mulai mengirimkan serdadunya. Tanda pertempuran Belanda-Dayak tercatat misalnya pada cerita tenggelamnya kapal perang Onroest milik Belanda.Periode pertama ini dilakukan melalui pendidikan, lembaga-lembaga agama berpadu dengan kekuatan militer dan administrasi kekuasaan politik. Pada periode inilah bermula komunitas,manusia dan budaya Dayak, termasuk budaya Kaharingan dicitrakan secara sangat negatif yang bersisa dan berlanjut sampai sekarang. Agresi kebudayaan ini mencapai titik kulminasi pada Pertemuan Damai Tumbang Anoi, sebuah desa kecil di pinggir Sungai Kahayan, pada abad ke-18. Pertemuan Damai Tumbang Anoi menghancurkan usaha kerajinan tenun Dayak [diganti dengan keharusan mengimpor belacu dari Belanda], kemampuan mengolah sabun dan gula dari bahan lokal dihancurkan, betang [rumah panjang] digantikan dengan rumah individual, administrasi Belanda mengokohkan posisinya. Penggantian rumah betang dengan rumah individual dengan halaman pribadi dipandang sebagai peradaban tinggi. Secara tidak langsung semangat kolektif manusia betang digerowoti sedikit demi sedikit secara tidak sadar. Individualisme secara pelan menggantikan semangat betang. Tapi Belanda mengakui hukum adat dan kelengahan ini menyebabkan budaya Kaharingan dan struktur organisasi masyarakat Dayak masih bertahan serta relatif utuh. Melalui struktur organisasi dan budaya Kaharingan inilah komunitas Dayak melakukan perlawanan budaya dan mengorganisasi diri menghadapi segala keadaan. Pengakuan hukum adat dan struktur organisasi masyarakat Dayak diakui oleh Belanda bukan dengan maksud baik. Ia lebih bermaksud demi melancarkan penguasaannya atas daerah yang dikuasainya dengan menggunakan orang-orang lokal, ujud dari politik devidé et impera [memecahbelah dan menguasai]. Politik yang juga dijalankannya di Jawa di mana feodalisme Jawa dipertahankan [Berbeda dengan politik kolonialis Inggris]. Untuk menjalankan roda pemerintahan kolonialnya, Belanda terpaksa membangun sekolah-sekolah. Tapi melalui sekolah-sekolah ini pula justru mentalitas budak ditanam seiring dengan ditumbuhkannya mentalitas dan pola pikir mengutuk diri sendiri sebagai Dayak. Yang masuk sekolah-sekolah ini sangat selektif. Tentu bukan kebetulan jika dalam agresi fisik dan budaya, kelompok ini menjadi basis sandaran Belanda, dan mereka menganggap diri sebagai elite baru sejenis "bangsawan Dayak". Sejak ini masyarakat Dayak terbelah antara lapisan elite baru asuhan Belanda dan lapisan mayoritas yang berhimpun di sekitar Masyarakat Adat dan budaya Kaharingan. Teras perlawanan terhadap pendudukan dan penjajahan Belanda, justru adalah para mereka yang berhimpun di sekitar Masyarakat Adat dan budaya Kaharingan. Contoh kasus adalah apa yang terjadi di Kasongan, sekarang ibukota kabupaten Katingan. Sedangkan lapisan elite baru yang menganggap diri sebagai "bangsawan Dayak" karena diasuh oleh Belanda melalui berbagai lembaga termasuk sekolah dan lembaga keagamaan, banyak yang jadi tukang tunjuk dan penyiksa para gerilyawan Republik Indonesia yang bergerak di Kalteng sekarang. Elite baru ini secara kebudayaan melecehkan budaya Kaharingan dan Masyarakat Adat. Zending dan administrasi kolonial dengan perangkat kekuasaan politiknya merupakan dua kaki bagi kolonialisme menancapkan kaki di komunitas Dayak. Sedangkan para peneliti melengkapi, terutama para antropolog dengan konsep primitif mereka, menjadi bagian tak terpisahkan dari agresi kolonial. Periode penghancuran budaya betang dan rumah betang merupakan sasaran utama.[Tentu saja di antara para "elite baru" Dayak ini dalam perkembangannya ada yang menentang Belanda dan menjadi republiken]. Dari tuturan di atas nampak bahwa agresi kebudayaan sering mendahului agresi fisik. Agresi kebudayaan menyiapkan lapangan bagi agresi fisik yang mengkonsolidasi hasil agresi kebudayaan untuk menaklukan jiwa penduduk disasar. Gejala pengingkaran diri, malu mengaku diri sebagai Dayak hanyalah ujud dari jiwa-jiwa yang sudah ditundukkan sehingga yang tertinggal hanyalah darah Dayak yang mengalir di tubuh mereka sedangkan secara jiwa mereka bukan lagi Dayak. Inilah hasil politik budaya "ragi usang" dan "pengosongan gelas" yang berhakekatkan politik desivilisasi yang dilancarkan oleh Belanda para tahap pertama agresi budaya terhadap komunitas Dayak. Manusia Dayak yang menjadi "gelas yang sudah dikosongkan" di isi dengan yang disebut kebudayaan dan peradaban sesungguhnya oleh para pelaksana "mission sacrée" mempunyai rasa rendah diri, tidak lagi mempunyai kebanggaan menjadi Dayak sebagai anak manusia. Mengenal kebudayaan diri pun mereka tidak mau karena kebudayaan diri-sendiri mereka nilai sebagai "ragi usang". Sejak periode ini maka muncul manusia Dayak yang asing dari Dayak, asing secara budaya di kampung kelahiran sendiri. Menjadi Dayak oleh para "Dayak Asing" dan mengasingkan diri dari kampung kelahiran dipandang sebagai primitif, tidak berbudaya, barbar. Singkatnya mereka pun termakan oleh ide bahwa Dayak [dayakers] adalah lambang segala kejahatan dan keburukan. Agresi kebudayaan yang merupakan sekaligus proses desivilisasi orang Dayak ini tidak berhenti di sini saja. Paris, Februari 2005. -------------------- JJ.KUSNI [Bersambung....] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **