** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** SUARA PEMBARUAN DAILY --------------------------------------------------------------------- ----------- Jalankan Agama Teoretis, Korupsi Subur Dok Pembaruan MENUNTUT - Unjuk rasa mahasiswa saat pelantikan anggota DPRD DKI Jakarta, menuntut agar wakil rakyat yang baru tidak korupsi. BANGSA Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa) dan berbudaya. Namun, di mata bangsa lain, bangsa Indonesia sungguh terpuruk. Bangsa Indonesia dikenal sebagai salah satu bangsa terkorup di dunia. Angka kebocoran keuangan negara karena korupsi sebesar 30 persen dari APBN yang dinyatakan pada 1999, kini bertambah besar, mencapai angka 50 persen dari APBN tahun 2003, yakni sebesar Rp 166,53 triliun (laporan BPK semester I 2004). Lalu di mana peran agama? Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, A Supratiknya, berpendapat, ada tiga bentuk orang Indonesia dalam menjalankan agamanya. Pertama, beragama secara teoretis. Artinya, mereka memahami Kitab Suci, sering beribadah sesuai ajaran agama. Sebagai orang Islam, mereka bersembahyang lima waktu. Umat Kristiani, setiap hari Minggu datang ke gereja untuk kebaktian atau misa. Kedua, beragama dalam tindakan (praktik). Artinya, jarang membaca Kitab Suci, bahkan tidak pernah, juga tidak pernah sembahyang, namun dalam bertindak dan berbicara setiap hari tidak merugikan orang, sesuai dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku. Ketiga, beragama secara ideal. Artinya, tahu agama secara teori dan menjalankan teori agama dalam kehidupan nyata. Salahuddin Wahid, acap dipanggil Gus Sholah, mengatakan, sebagian besar orang Indonesia menjalankan agama hanya secara teoretis atau secara ritual saja. Ia mencontohkan, pada malam hari di bulan Ramadhan, masjid tampak ramai, hampir semua pemeluk agama Islam menjalankan ibadah puasa. Setiap tahun sekitar 200.000 warga negara Indonesia menjalankan ibadah haji. Jumlah gereja cukup banyak, dan hampir semuanya ramai dikunjungi umat Kristiani. Kehidupan agama resmi lain juga tidak kurang semaraknya. Tetapi, ternyata, kata Gus Sholah, semua itu terkesan munafik. Betapa tidak, korupsi telah menjadi bagian utama dari kehidupan orang Indonesia. Korupsi sudah menjadi budaya orang Indonesia. Siapa pun bisa melihat "budaya korupsi" atau "budaya penyalahgunaan wewenang" telah menjadi realitas kehidupan orang Indonesia. Hal seperti di atas, ia tambahkan, merupakan paradoks dalam kehidupan bangsa Indonesia. "Itulah satu dari sekian banyak paradoks di dalam kehidupan bangsa kita," kata mantan calon Wakil Presiden RI itu, dalam acara pekan ceramah dengan tema, "Membangun Budaya Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN" di Jakarta, Senin (7/2). Ia mengatakan, kenyataan paradoks tersebut menunjukkan ibadah ritual tidak selalu mempunyai hubungan positif dengan ibadah sosial. Mungkin lebih tepat dikatakan, ibadah ritual yang tidak bermutu tidak akan berdampak positif pada perilaku. Sementara itu, banyak orang yang tidak menjalankan ibadah ritual atau bahkan mungkin yang ateis, tetapi perilaku sosialnya baik. Jadi, yang menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan adalah tingkat religiusitas (keberagamaan) yang dimilikinya. "Religiusitas ialah penghayatan terhadap nilai-nilai yang disampaikan agama dan sekaligus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya. Lebih lanjut, adik Gus Dur itu mengatakan, "Kita menjadi saksi, kehancuran bangsa kita saat ini diakibatkan oleh korupsi, sebagai akibat ulah banyak pemimpin kita yang cerdas, profesional, tetapi tidak dapat dipercaya dan tidak jujur," ia menambahkan. Faktor Budaya Mohtar Mas'oed, dalam bukunya Politik, Birokrasi dan Pembangunan (Pustaka Pelajar, 1999), menjelaskan, masyarakat Indonesia dan Thailand, mempunyai faktor budaya yang dapat mendorong timbulnya korupsi. Pertama, adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh, kepada pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu, di Eropa atau Amerika Utara bisa dianggap korupsi. Kedua, orang Indonesia dan Thailand lebih mementingkan ikatan keluarga dan kesetiaan parokial lainnya. Dalam masyarakat Indonesia, kewajiban seseorang pertama-tama adalah memerhatikan saudara terdekatnya, kemudian trah atau sesama etnisnya. Sehingga, seorang saudara yang mendatangi seorang pejabat untuk meminta perlakuan khusus, sulit ditolak. Penolakan bisa diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional. Tetapi, menuruti permintaan berarti mengingkari norma- norma hukum formal yang berlaku, yaitu hukum Barat (KUHP dan lainnya). Sehingga, terjadi konflik nilai, yaitu antara pertimbangan kepentingan keluarga atau kepentingan negara. Sosiolog Ignas Kleden dalam bukunya, Menulis Politik: Indonesia sebagai Utopia (Kompas, 2001), secara implisit mengatakan, korupsi berkembang pesat di Indonesia karena budaya paternalistis dalam masyarakat Indonesia, di mana hubungan antara masyarakat masih didasarkan pada patron klien. Tingkah laku orang kecil akan banyak mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka yang dianggap menjadi anutan, tanpa mempersoalkan apa yang dilakukan anutan, benar atau tidak. Budaya politik, Ignas mengatakan, ialah nilai dan kebiasaan yang berkembang di kalangan elite politik Indonesia. Yang menjadi permasalahannya, adalah nilai-nilai, pandangan, kebiasaan dan tingkah laku kelompok sosial itu dengan mudah menyebar, diikuti dan diterima masyarakat yang lebih luas. Hal itu terjadi karena para elite politik adalah "tokoh anutan" masyarakat. Demikian pun dalam bidang ekonomi, gaya hidup kelas menengah kota, mudah menjalar dan ditiru strata sosial lain, walaupun pendapatan yang meniru itu tidak cukup mencukupi. Untuk itu, Ignas menegaskan, kelompok yang dianggap menjadi anutan, seperti elite politik, pemuka agama dan tokoh masyarakat, diharap bertingkah laku benar, sehingga tingkah laku pengikutnya akan benar. Kalau anutan, bertingkah laku sembarangan, hal yang sama akan ditiru dengan segera oleh para pengikutnya. Ia berpendapat, seharusnya memang tidak ada kelompok yang dianggap menjadi anutan karena baik elite maupun warga negara bisa harus bertingkah laku menurut moralitas politik yang ditentukan hukum dan sensibilitas politik. Pendidikan Antikorupsi Langkah tepat untuk mencegah korupsi, ditegaskan Gus Sholah, ialah pendidikan antikorupsi, yang ditanamkan kepada anak-anak, baik di dalam keluarga maupun di sekolah. Pendidikan antikorupsi, intinya mendidik anak bangsa untuk menjadi jujur, terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan. Anak-anak harus dididik untuk dapat menerima amanat, yaitu tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya dan menjalankan sesuatu yang menjadi kewajiban atau tanggung jawabnya. Pendidikan akhlak itu harus diberikan selaras dengan pendidikan budi pekerti. Budi pekerti tidak terikat dengan suatu agama tertentu dan mencakup nilai-nilai luhur yang dapat diterima semua agama. Pendidikan budi pekerja juga sejalan dengan pembangunan karakter anak bangsa yang nantinya akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku. Dalam pendidikan karakter, tidak ada metode yang lebih baik daripada memberikan keteladanan. Nilai-nilai luhur yang disampaikan dalam pembangunan karakter itu mempunyai lingkup luas. Di antaranya nilai-nilai kemanusiaan tanpa memandang suku, bangsa, dan agama, yang diharapkan bisa menghasilkan rasa saling mengasihi, saling mengerti, saling menghormati dan saling bantu. Selain itu, ditanamkan penghargaan terhadap kerja, sedangkan materi atau uang bukanlah tujuan utama. Dengan itu diharapkan bisa dicegah kecenderungan untuk menempuh jalan pintas atau "tujuan menghalalkan cara". Pendidikan budi pekerti, pendidikan antikorupsi, dan pembangunan karakter, dilakukan untuk membentuk budaya antikorupsi yang bersifat preventif, yang baru akan diketahui hasilnya jauh di kemudian hari. Ia mengingatkan, pendidikan itu tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan kalau tidak didukung langkah represif, yaitu pemberian sanksi hukum secara tegas terhadap pelaku tindak pidana korupsi tanpa pandang bulu.* ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **