[nasional_list] [ppiindia] Ramai-ramai Menentang Tuhan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 23 Jan 2006 00:43:21 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA
Minggu, 22 Januari 2006


Ramai-ramai Menentang Tuhan 
Oleh : KH A Hasyim Muzadi 


Sebenarnya, penulis sudah berbilang bulan menulis di harian ini pada kolom 
''refleksi''. Secara pribadi, penulis diberi kesempatan untuk melakukan 
refleksi atas nama diri atau atas nama persoalan yang mendera bangsa. 
Karenanya, penulis sungguh berterima kasih.

Hampir semua tulisan memang berisikan seputar refleksi diri yang berarti juga 
sebuah medium untuk melakukan muhasabah. Ikhtiar muhasabah ini, kerap kali 
diingatkan oleh Baginda Rasul kepada ummatnya, kita semua. Kita diminta untuk 
selalu melakukan muhasabah, terutama kepada diri sendiri. Haasibuu Qobla An 
Tuhaasabuu (Lakukanlah perhitungan dengan dirimu sendiri sebelum kalian 
diperhitungkan nanti di Yaumul Hisaab).

Sudah barang pasti, perintah muhasabah, berikaitan dengan tingkah pola kita 
sebagai hamba Allah di dunia. Tak lebih. Sebab, kesempatan untuk melakukan 
penghitungan terhadap diri, tak akan datang dua kali. Kesempatannya cuma sekali.

Apa sajakah yang perlu dilakukan muhasabah? Tentu semua sisi kehidupan kita. 
Perilaku kita. Polah tingkah kita. Hubungan kita dengan keluarga, dengan 
tetangga serta dengan alam. Dan yang paling penting adalah hubungan kita dengan 
Allah; Diraja Yang Memberikan amanat kepada kita di dunia, Allah SWT. Tetapi 
sungguh, secara jujur penulis akui, bahwa hampir semua muhasabah yang penulis 
lakukan melalui kolom ini, berisikan seputar derasnya bencana menerjang bangsa 
ini, menampar kita semua. 

Tak terperikan, sudah berapa kali alam seperti menjauh dari kita, seperti 
meninggalkan kita, seperti ingin selalu marah kepada kita. Di akhir tahun lalu, 
bencana gempar mengguncang Indonesia bagian timur, lantas seperti dikendalikan 
sebuah remote control, alam di ujung paling barat Indonesia meluluhlantakkan 
Aceh dan sekitarnya. Tak jelas berapa angkanya, tetapi diyakini mendekati dua 
ratus ribu jiwa melayang. Ada apa ini?

Beberapa hari lalu, di awal tahun ini, sebuah prahara banjir bandang 
menghempaskan saudara-saudara kita di Jember, Jawa Timur. Lalu seperti susul 
menyusul, sebuah bukit yang dari jauh terlihat hijau rimbun, tumpah ruah tanpa 
ada tanda-tanda. Mengurung hidup-hidup semua warga di di bawah bukit, di daerah 
Banjarnegara, Jawa Tengah. Siapa yang salah? Alamkah? Atau kita sendiri yang 
salah? Kalau mau merujuk kepada butir-butir being isyarat Allah dalam Alquran, 
maka tak ada yang patut dipersalahkan kecuali kita sendiri. Allah menfirmankan, 
Dzaharal Fasaadu Fil Barri Wal Bahri, Bimaa Kasabat Aydin Naas (Munculnya 
kerusakan di darat dan di laut, akibat tangan-tangan manusia). Demikianlah. 
Setelah musibah terjadi, maka muncul macam-macam pernyataan dan tanggapan. 
Semuanya menyangkal, semuanya menyalahkan. Termasuk ketika banjir bandang yang 
melahirkan sungai baru di Jember, mengembalikan kehidupan kepada titik nadir.

Praktik perusakan serta pengkhianatan terhadap alam, dapat dilihat dari 
menerjangnya potongan-potongan kayu besar yang sudah rapi digergaji ke 
rumah-rumah penduduk. Proses penggundulan hutan dibantah dan illegal logging 
disangkal. Ternyata, semua dugaan ini benar adanya. Siapa yang salah? Kesalahan 
tetap ditimpakan kepada kita semua. Hanya tangan-tangan kotor yang mampu 
melakukan pekerjaan kotor sehingga akibatnya juga menyengsarakan. Cuma beberapa 
orang melakukannya, tetapi yang menderita luar biasa parah, justru jumlahnya 
berbilang-bilang. Hanya beberapa orang melakukan aksi korupsi, tetapi semua 
anak bangsa menanggung beban hingga berbilang tahun kemudian. Hanya beberapa 
yang melakukan aksi teror, maka semua komunitas agama dipersalahkan dengan 
stigma negatif.

Perusakan terhadap alam, dalam bentuk apa pun dan sekecil apa pun, tetaplah 
masuk dalam ketegori pendzaliman. Belum pernah, alam semarah ini kepada kita. 
Belum pernah pada tahun-tahun yang lampau, derita mendera sebegitu kejam kepada 
anak bangsa ini. Tsunami, mungkin rahasianya berlalu bersama gelombang pasang 
ke tengah samudera. Gempa bumi, barangkali akan hilang teka-tekinya bersama 
gerakan seismik ke dasar bumi. Tetapi banjir? Longsor? Yakinlah kedua tragedi 
alam ini murni karena kesalahan tangan-tangan kotor, tangan-tangan anak manusia 
juga. Kalau bencana datang beruntun sebagai akibat langsung dari perusakan 
alam, maka akibatnya memang untuk kita rasakan. Liyudziiqahum Ba'dhol Lladzzi 
'Amiluu La'llahum Yarju'un. Hikmahnya tidak susah-susah amat untuk kita 
tangkap, yaitu agar kita kembali hanya kepada Allah semata.

Yang Allah minta kepada kita sebagai hamba-Nya, sungguh tidaklah banyak. Apa 
yang difirmankan melalui Alquran juga sudah terang benderang. Misalnya kita 
tidak boleh merusak, tidak boleh menumpahkan darah, tidak boleh merampas hak 
orang, tidak boleh berzina, tidak boleh bergunjing, tidak boleh dengki dan 
lain-lain. Tak ada perintah, misalnya, harus mengangkat gunung, mengukur 
jauhnya jalan atau rel kereta, menyusutkan air samudera atau lain-lain yang 
jauh berada di luar kemampuan kita. Persoalannya, kenapa kita seakan-akan 
bersatu dan beramai-ramai menentang semua perintah Allah ini? Yakinlah, 
sepintar apa pun kita, sekuat apa pun kita, secerdas apa pun kita, seberkuasa 
apa pun kita, secantik apa pun kita, setampan apa pun kita, itu semua tak mampu 
membuat Allah dalam situasi bahaya.

Firman-Nya dalam Hadits Qudsi menuebutkan "Sekiranya, yang terdahulu dari 
kalian dan yang terakhir dari bangsa jin dan bangsa manusia, berada dalam 
keadaan setakwa-takwa hati satu orang di antara kalian, yang demikian itu tidak 
akan menambah sesuatu apa pun pada kerajaan-Ku. Wahai para hamba-Ku! Sekiranya 
yang terdahulu dari kalian dan yang terakhir dari kalian, dari bangsa jin dan 
manusia, berada dalam keadaan sejahat-jahat hati satu di antara kalian, yang 
demikian itu tidak akan mengurangi sesuatu pun dari kerajaan-Ku." Kini, mari 
kita renungkan firman-Nya ini. Kita bukanlah siapa-siapa, tanpa rahmah dari 
Allah. Marilah melakukan muhasabah, marilah melakukan refleksi diri atas semua 
peristiwa yang terjadi di sekitar kita, di lingkungan kita. Mari kita kembali 
kepada Allah.

Tak ada jalan yang paling mungkin kita lakukan untuk kembali kepada Allah 
kecuali dengan bertobat dan menyesali segala perbuatan salah. Tak ada 
pertobatan tanpa penyesalan. Untuk ukuran kita sebagai manusia yang awam, maka 
tobat yang kita lakukan tentu karena dosa-dosa kita yang seperti menyembur 
tanpa henti. Tetapi bagi mereka yang sudah berada pada tingkat manusia 
"istimewa", tobat dilakukan karena sikapnya yang alpa. Tak perlulah kita 
mempersoalkan dua cara serta dua kategori ini. Kini, mari kita semua kembalikan 
apa yang menjadi milik kita sebagai milik Allah. Marilah kita membiasakan diri 
mendahulukan kepentingan Allah di atas kepentingan diri kita sendiri. Jangan 
merusak, karena itu hanya akan membuat anak cucuk kita menderita kelak 
kemudian. Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah karena kita tidak 
melakukan perhitungan. Wal Yakhsyal Ladziina Law Tarokuu Min Kholfihim 
Dzurriyatan Dhi'afan. Wallaahu A'lamu Bishshowaab.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Ramai-ramai Menentang Tuhan