[nasional_list] [ppiindia] Politik Deteritorialisasi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 15 Mar 2005 23:41:45 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/16/opini/1620065.htm
Rabu, 16 Maret 2005

Politik Deteritorialisasi
Oleh Yasraf Amir Piliang

ADA berbagai persoalan geopolitik yang dihadapi negara- bangsa ini sejak 
lebih dari satu dekade terakhir, yang sebenarnya telah-dan terus-mengancam 
kedaulatan teritorialitas negara: lalu lintas bebas para teroris, illegal 
logging, illegal fishing, penyelundupan pasir laut, penyelundupan barang 
bekas, pembuangan sampah industri, pengusiran tenaga kerja, dan terakhir 
ancaman pencaplokan teritorial (Ambalat) oleh Malaysia.
Kondisi tidak tertanganinya berbagai masalah teritorialitas itu menunjukkan 
lemahnya, tidak saja strategi geopolitik, tetapi juga strategi geoekonomi 
dan geokultural bangsa (geocultural). Terabaikannya daerah-daerah perbatasan 
penting itu-yang ironisnya dianggap sebagai daerah "pinggiran", baik secara 
politik, ekonomi, dan kultural-merupakan ancaman serius bagi keutuhan 
teritorialitas negara di masa depan.
Energi politik bangsa selama ini telah terkuras untuk politik teritorial 
lokal (local territorial politics), yaitu perebutan teritorial antara 
daerah-daerah (provinsi, kabupaten) sebagai ekses otonomi daerah, dengan 
melupakan politik teritorial regional maupun global, sehingga berbagai 
persoalan deteritorialisasi yang ditimbulkannya tidak mampu ditangani secara 
sistematis, profesional, dan konsisten.
Lemahnya politik teritorial regional dan global, baik pada tingkat 
diplomasi, militer, ekonomi, sosial, dan kultural, telah menyebabkan 
berlangsungnya sebuah proses deteritorialisasi di wilayah Indonesia dalam 
berbagai bentuk-penyelundupan, pelintasan batas, penggeseran batas, 
pencaplokan, pengusiran-yang menunjukkan lemahnya kedaulatan atas teritorial 
(territorial sovereignity).
Disebabkan aneka kelemahan strategi geopolitik itulah, berbagai manuver 
"politik deteritorialiasi"-yaitu strategi dan taktik pengambilalihan, 
perampasan, dan penguasaan teritorial oleh pihak luar secara sistematis, 
profesional, dan terorganisasi-tidak dapat diantisipasi oleh otoritas negara 
secara lebih awal, disebabkan kelemahan mendasar otoritas negara, yang 
mengancam keutuhan teritorialitasnya-the politics of deterritorialisation.
LEPASNYA Sipadan dan Ligitan ke Malaysia-dan sikap arogansi mereka atas 
kedaulatan wilayah Indonesia lainnya (Ambalat)-menunjukkan lebih lihai, 
profesional, dan konsistennya otoritas teritorial mereka dalam melakukan 
"politik deteritorialisasi", sehingga dengan leluasa melakukan berbagai 
manuver teritorial atas wilayah Indonesia, secara diam-diam maupun 
terang-terangan.
Gilles Deleuze & Felix Guattari, dalam On the Line (1986), menjelaskan aneka 
bentuk "politik deteritorialisasi": perampasan teritorial oleh pihak luar; 
pengaburan batas teritorial untuk suatu saat menguasainya (perubahan sepihak 
peta teritorial); melupakan sebuah teritorial (karena lemahnya otoritas) 
sehingga leluasa dikuasai pihak lain; meninggalkan teritorial sendiri dalam 
rangka pindah ke teritorial lain atau sebaliknya terusir dari sebuah 
teritorial (pengusiran massal tenaga kerja Indonesia dari Malaysia); 
perusakan, penyusutan, atau pengurangan teritorial (pengerukan pasir 
pantai).
"Politik deteritorialisasi" dapat berlangsung melalui aneka strategi: 
kultural, ekonomi, diplomatik, dan militer, yang digunakan secara parsial 
maupun komprehensif, dalam rangka mengambil alih dan menguasai wilayah 
teritorial yang sah, untuk diklaim sebagai wilayah teritorial sendiri.
Deteritorialisasi kultural (cultural deterritorialisation) adalah politik 
deteritorial (penguasaan, perampasan, pencaplokan teritorial) melalui aneka 
strategi kebudayaan, melalui penguasaan secara halus dan sistematis simbol, 
citra, makna, dan nilai-nilai kultural oleh kekuatan asing sehingga 
melunturkan kekuatan budaya sendiri. Misalnya, beberapa daerah di perbatasan 
Malaysia, yang disebabkan kuatnya pengaruh strategi kebudayaan Melayu, 
merasa lebih menjadi bagian Malaysia ketimbang Indonesia.
Deteritorialisasi ekonomi (economic deterritorialisation) adalah politik 
deteritorial melalui strategi ekonomi, yaitu penguasaan dengan berbagai cara 
teritorial ekonomi sehingga mengancam keutuhan geoekonomi sebuah negara. 
Pengiriman pasir laut ke Singapura-secara resmi maupun liar-tidak saja telah 
merugikan negara secara ekonomi, tetapi telah menimbulkan deteritorialisasi 
berupa penyusutan wilayah pantai (abrasion). Penyelundupan kayu ke 
Malaysia-yang tampaknya dilindungi otoritas Malaysia-tidak saja menimbulkan 
kerugian ekonomi, tetapi lebih parah lagi deteritorialisasi deforestasi 
(deforestation).
Deteritorialisasi diplomatik (diplomatic deterritorialisation) adalah 
politik deteritorial yang memanfaatkan kelemahan otoritas diplomatik pihak 
lain, dengan memanipulasi fakta-fakta historis tentang teritorial, dan 
menyiapkan segala kekuatan legalitasnya dalam konteks hukum internasional, 
dalam rangka melegitimasi pemalsuan peta teritorial, dan akhirnya 
menguasainya. Inilah kekuatan diplomasi yang dimainkan Malaysia dengan amat 
lihai, termasuk secara sepihak mengubah peta negaranya, sehingga secara 
legal mampu menguasai di dalamnya wilayah seperti Sipadan dan Ligitan.
Deteritorialisasi militer (military deterritorialisation) adalah politik 
deteritorial dengan menggunakan kekuatan militer, yang dengan memanfaatkan 
kondisi kelemahan lawan, misalnya, kelemahan akibat krisis multidimensi 
berkepanjangan, rangkaian bencana, pertikaian lokal yang tak kunjung usai, 
degradasi moral dan kultural. Inilah aneka manuver militer yang dengan amat 
arogan dilakukan Malaysia atas otoritas wilayah Indonesia, yang bila 
berlanjut ke bentuk perang terbuka (semoga tidak terjadi) akan mengubah peta 
teritorial.
BERBAGAI problem deteritorialisasi yang dihadapi Indonesia akhir-akhir ini 
hendaknya menjadi pelajaran amat berharga, tentang perlunya aneka upaya yang 
serius, profesional, dan konsisten dalam menjaga wilayah teritorialnya, 
sehingga tidak mudah dipermainkan oleh politik deteritorialisasi asing. 
Diperlukan politik teritorial baru di masa depan, dalam rangka 
mempertahankan keutuhan teritorial negara-bangsa.
Gilles Deleuze & Felix Guattari, dalam A Thousand Plateaus: Capitalism & 
Schizophrenia (1992), menjelaskan aneka bentuk politik teritorial. Di 
antaranya, politik segmentasi sirkuler (circular segmentation), yaitu 
segmentasi mengikuti model sasaran panah, atau segmentasi teritorial atas 
pusat, lingkar dalam (tengah), dan lingkar luar (pinggiran), di mana wilayah 
pusat dianggap paling penting.
Politik teritorial Indonesia selama ini berorientasi ke pusat (Jakarta), 
yang menjadi orientasi pembangunan dan kemajuan. Akibatnya, wilayah-wilayah 
pinggiran (puluhan pulau) yang amat strategis dari segi geopolitik dan 
pertahanan negara, justru benar-benar terpinggirkan secara politik, ekonomi, 
sosial, dan kultural, sehingga amat rentan terhadap aneka manuver politik 
deteritorialisasi pihak-pihak asing yang berkepentingan.
Selama ini politik teritorial telah terdistorsi politik teritorial internal 
yang berkembang sebagai ekses otonomi daerah, yang menyebabkan berbagai 
pihak larut dalam hasrat perebutan wilayah dan konflik batas-batas (border) 
pada tingkat daerah, yang menguras energi, perhatian, dan pemikiran sehingga 
melupakan komponen bangsa pada politik teritorial, regional, dan global, 
yang justru lebih rentan terhadap berbagai ancaman.
Akibatnya, batas-batas regional dan global menjadi amat longgar (loose) dan 
rentan (fragile), yang di dalamnya seakan- akan tidak ada lagi otoritas yang 
mempunyai kekuasaan dalam melakukan pemeriksaan, pembatasan, penyensoran, 
dan pelarangan (antara lain disebabkan mentalitas korup aparat dan 
pejabatnya) sehingga memungkinkan berlangsungnya secara bebas berbagai 
bentuk pelintasan, penyelundupan, pelarian, penggelapan, pencurian, 
perampasan, pencucian (uang) di dalamnya oleh pihak-pihak asing.
Di masa datang, amat mendesak dipikirkan bersama-terutama oleh pihak-pihak 
yang mempunyai otoritas-berbagai pengetahuan, konsep, strategi, taktik, dan 
politik teritorialitas yang kreatif dan efektif, yang harus dilakukan 
sistematis, profesional, dan konsisten. Selama ini pemecahan terhadap 
berbagai persoalan teritorialitas dan deteritorialitas cenderung bersifat 
reaktif, diskontinu (discontinuous), dan inkonsisten, yang membuat orang 
gemas, berang, emosi, dan berjiwa nasionalistik sesaat, untuk kemudian larut 
dalam sifat kelupaannya, the politics of forgetfullness.
Yasraf Amir Piliang Ketua Forum Studi Kebudayaan (FSK), FSRD, Institut 
Teknologi Bandung 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Politik Deteritorialisasi