[nasional_list] [ppiindia] (OoT) Promo buku "Melewati Lembah Air Mata" (1)

  • From: "Jimmy Okberto" <jimmy.okberto@xxxxxxxxxxxx>
  • To: ppiindiaT <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 4 Jul 2006 11:40:01 +0700

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

-----Original Message-----
From: Mundhi Sabda Hardiningtyas
Sent: Monday, July 03, 2006 11:22 PM


Dear All,

Saya sangat bersyukur karena Tuhan telah menganugerahkan begitu banyak
kawan
rohani kepada saya. Saya yakin, bukanlah kebetulan kalau saya bisa
berkenalan dengan teman-teman lewat dunia maya, kemudian berlanjut
menjadi
sahabat pribadi yang sangat mengerti pergumulan saya. Saya percaya Tuhan
telah memakai kawan-kawan rohani tersebut untuk menopang dan mendukung
saya,
sehingga saya mampu melewati lembah air mata dan berdiri tegak di atas
puing-puing kehancuran.

Pada kesempatan ini saya ingin membagikan "hadiah terindah" yang berupa
komentar kawan-kawan rohani terhadap buku saya yang berjudul "Melewati
Lembah Air Mata", yang diterbitkan oleh Gradien Books, bulan Juni 2006.

Salam hangat n JBU,
Ning
Email : sabdaningtyas@xxxxxxxxxxx
HP : 0819-3212-3738 atau 0815-166-1312

------

KOMENTAR PEMBACA

Sebuah kisah nyata yang menggedor perasaan tanpa memberi kita kesempatan
sedetik pun untuk menghadirkan pilihan-pilihan  : hitam dan putih ;
karena
hidup nyatanya memang tidak harus selalu bersifat linier. Hanya di dalam
kesunyian ketika kita sendirian mencoba untuk bertahan, kendati upaya
kita
hanya terdengar selembut kepak sayap merpati karena setiap orang sedang
asyik menuding diri kita - Ning telah melalui dan membayar harga secara
penuh, tunai dan bahkan berlebih. Tanpa kita membaca karya sebelumnya
yaitu
Tangan Yang Menenun, kita akan kehilangan kesempatan indah untuk
memperoleh
gambaran utuh dan lengkap tentang ketegaran serta keteguhan Ning
sekaligus
penderitaannya yang juga penderitaan mereka yang terbungkam oleh
kekerasan
di balik empat dinding tembok dingin masif bernama : rumah tangga.
(Handi
Asikin - Aktivis Misi)
--

Salah satu alasan orang tidak mau percaya adanya Tuhan adalah karena
melihat
begitu banyaknya musibah yang terjadi dalam hidup ini, termasuk musibah
yang
menimpa orang-orang percaya. Dalam buku "Melewati Lembah Air Mata", Anda
diajak oleh penulis  untuk menyaksikan bahwa Tuhan itu nyata dan aktual
di
tengah keperihan hidup ini serta pengenapan janji Allah bahwa
"Kemalangan
orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;.TUHAN
menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
apabila
ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."
Bagi
Anda yang saat ini sedang jatuh dan merasa gagal, buku ini meyakinkan
bahwa
Anda tidak sendirian. (Dr. Bob Jokiman -Institute for Christian
Leadership
and Family Development (ICLFD) - Los Angeles)
--

Mata saya terbelalak melihat situasi "badai dahsyat" sebuah rumah tangga
yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak saya. Namun di
balik
kejadian itu, saya sungguh-sungguh melihat sosok sejati dari tampilan
seorang istri yang beriman, sekaligus seorang ibu yang patut diteladani.
Kesabaran menantang badai dan menunggu badai itu reda, sungguh luar
biasa.
Setiap keluarga maupun orang yang ingin berumah tangga atau single
parent
yang ingin berumah tangga lagi, sebaiknya membaca buku ini, supaya badai
serupa tidak terjadi di bumi ini.

Untuk membuat sebuah maha karya yang agung, sebuah batu pualam perlu
dipahat
dengan keras, dengan alat yang tajam oleh tangan yang hebat. Ning telah
mencoba menyajikan maha karya yang menarik, mendebarkan namun memilukan.
Jika ada predikat di atas "best seller" saya beranggapan bahwa buku ini
pantas mendapat penghargaan pada posisi itu. (Margono Susilomurti -
Rohaniwan)
--

Perjuangan Ning mengingatkan saya akan mama yang kadang juga
diperlakukan
kasar oleh papa. Karena sangat sayang kepada delapan anaknya, mama saya
tidak menceraikan papa saya. Tentu saja papa saya tidak sekejam mantan
suami
Ning. Seringkali mama dibentak, diludahi, dan diusir tapi kemudian papa
menjemputnya lagi. Dalam hati saya berjanji untuk tidak menjadi suami
seperti papa saya. Papa saya sudah meninggal belasan tahun yang lalu.
Setelah papa meninggal, beban mama berkurang dan bisa lebih menikmati
hidup.
Kita diciptakan untuk berjuang. Perjuangan kita akan memiliki nilai
kekekalan kalau kita mengandalkan Tuhan seperti difirmankan
"Bersukacitalah
dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa".
Selamat berjuang! (Andri Pranolo - Karyawan)
--

Didalam bukunya "Melewati Lembah Air Mata",  Ning menolong kita mengenal
kebesaran kasih Allah dan caraNya  bekerja dalam dimensi yang jarang,
bahkan
tidak pernah kita pikirkan. Buku ini menolong kita menginstropeksi diri
di
hadapan Allah. Menerima dengan hati terbuka kebenaran dan kedaulatan
Allah
yang dituturkan dengan gaya penulisan yang sederhana dan enak dinikmati,
bukan saja akan mempersiapkan kita dalam menghadapi kehilangan yang
tidak
mungkin kita hindari - kehilangan cita-cita , harta benda, orang yang
kita
kasihi, pekerjaan dan lain-lain - tetapi juga menuntun kita masuk untuk
memahami kehendak Allah yang sebenarnya. Pada akhirnya, pengenalan ini
akan
menambah hormat dan cinta kita kepada Allah.  (Soewarso Ongkowinarto ,
pengusaha)
--

Mengerikan sekali bahwa dalam masyarakat kita yang agamis lebih dapat
menerima kondisi keluarga dengan adanya perzinahan atau adanya istri
/suami
'tambahan', daripada menerima keberadaan orang yang bercerai. Sesudah
gagal
dan berstatus janda / duda pun masih harus menghadapi cemooh dan
sindirian,
sehingga tidak sedikit yang dalam kekalutan memutuskan langkah hidup
yang
salah.  Tidak kawin lagi, salah.  Kawin lagi, tambah salah.  Namun lewat
tulisan dan kesaksian yang terbuka, saya percaya Ning sedang memaparkan
suatu realita keluarga yang sering disembunyikan banyak orang, yaitu
KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Suami yang memukuli istrinya sama dengan
"tarzan" yang memukul 'tubuh'nya sendiri.  Kiranya buku yang 'jujur dan
terbuka' ini bisa mewakili mereka yang jiwa / 'sayap' nya patah agar
dapat
bangkit dan berkepak kembali, sehingga tidak terlalu lama terpuruk dalam
penghakiman tanpa empati. Tuhan tidak mengijinkan perceraian, sama
dengan IA
tidak pernah mengijinkan adanya kekerasan dalam rumah tangga.( Aina
Kusumo -
Pengajar)
--

Buku ini sarat dengan perjuangan seorang perempuan yang memilih suami
hanya
dari penampilan fisik, tetapi membawa malapetaka dikemudian hari. Namun
berkat Tuhan Sang Pengasih, Ning dapat keluar dari penyiksaan lebih
lanjut
dari sang suami. Ning adalah sosok perempuan yang sangat tabah
menyelamatkan
keluarga, sekalipun suaminya melakukan pelecehan, kekerasan, dan
menelantarkannya. Ia mampu tegak berdiri dari keputusasaan dan membangun
kehidupan baru atas bimbinganNya. Sikap Ning memberi inspirasi bagi bagi
korban kekerasan dalam rumah tangga untuk terus berjuang. Bravo Ning,
maju
terus dalam pelayanan untuk kemuliaan Tuhan. (Walsinur Silalahi - alumni
Chulalongkorn University, Bangkok)
--

'What a terrible life!!!' adalah anggapan pertama saya ketika membaca
kisah
dalam buku ini. Sebagai seorang yang belum pernah menikah, ada
kekuatiran
kalau-kalau hal itu juga akan terjadi dalam kehidupan berkeluarga saya
kelak. Namun saya salut akan kesabaran dan ketabahan penulis sehingga
dapat
mengubah the terrible life menjadi the wonderful life.  Kisah dalam buku
ini
dapat menjadi contoh nyata yang baik untuk orang-orang yang belum
menikah
atau sedang mempersiapkan pernikahannya, bahwa kehidupan setelah
pernikahan
tidak melulu yang indah-indah seperti yang dibayangkan sebelumnya.
(Anggarini "Wandan" Wirandaru  - mahasiswi STIBA-UKSW)
--

Dibutuhkan keberanian luar biasa untuk dapat menuturkan kepedihan hidup
dalam rumah tangga. Tetapi Mbak Ning -- sebutan sayang untuk penulis --
berhasil menuliskan kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga menjadi
rangkaian kisah nyata dirinya sendiri. Penuturannya jelas dan terbuka,
sampai rasanya ikut hanyut dalam sakit dan kecewa, sekaligus dapat turut
melaju melewati badai hidupnya. Tidak mudah dan butuh nyali untuk
membaca
buku ini. Saya sendiri hampir tidak kuat membacanya. Membaca satu bab,
lalu
berhenti lamaaaa dan baru berani membaca lagi karena terenyuh.Namun saya
yakin bagi setiap orang yang turut mengalami kesukaran dalam rumah
tangga
ada satu berkat dan pelajaran yang amat berharga. Keindahannya bukan
terletak pada penuturan akan kepedihan, melainkan kesaksian bagaimana
Mbak
Ning dapat pulih kembali karena Tuhan. Sungguh buku yang berharga untuk
dimiliki dan dibagikan. (Donny A. Wiguna - sahabat dan sesama penulis)
--

Saya sangat terpesona dengan gaya penulisan yang sangat baik dan
komunikatif. Luar biasa cara memaparkannya, begitu nyata. Saya yakin
buku
ini akan menjadi berkat bagi yang membacanya. Berkat bagi yang masih
pacaran
atau bergumul mengenai pasangan hidup, supaya tidak terjebak pada
kesalahan
yang sama. Berkat bagi pasangan yang sedang di ambang krisis, sehingga
terdorong untuk sekuat tenaga memperbaiki, bila masih ada setitik cinta
dan
apalagi sudah memiliki buah cinta (anak-anak). Berkat bagi para
counselor
untuk menasihati dan memberikan referensi bacaan bagi mereka yang
dilayani.
(Berman R. Sitorus - Dosen Komunikasi)
--

Saya menikmati artikel-artikel dalam buku pertama Ning "Tangan Yang
Menenun"
yang memang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari dan disuguhkan
dengan gaya bahasa yang enak dibaca. Dengan membaca buku tersebut, saya
melihat bahwa Ning telah mendorong kita untuk menerapkan
pengajaran-pengajaran penting tentang Kasih  dalam hidup sehari-hari.
Hal
yang sama juga dilakukannya dalam bukunya yang kedua ini. Saya
menantikan
buku-buku yang selanjutnya. (Mangapul Sagala - Rohaniwan)
--

Buku ini sangat cocok baik untuk keluarga, maupun kaum muda, baik yang
masih
jomblo maupun yang akan menuju kehidupan perkawinan. Pengalaman hidup
penulis yang penuh kepahitan dan kegetiran sangat baik untuk dijadikan
teladan dan pasti akan memberi berkat untuk kita semua. (Joni Wang -
Aktivis
Pemuda di Pontianak)
--

Ini bukan sinetron, tetapi kisah nyata yang diungkap Ning dari "HATI"nya
dan
diceritakan sangat blak-blakan. Membaca buku ini membuat saya merinding
,
surprise dan terhenyak. Buku ini wajib dibaca oleh Psikolog, Konselor,
Korban KDRT, Rohaniwan, dan aparat penegak keadilan. [Anna Slamet
Setiyowati, Psikolog]
--

Buku yang ditulis dengan air mata dan ketabahan iman ini merupakan
bacaan
wajib bagi mereka yang ingin mengetahui anatomi dari luka batin dan
bagaimana cara mengatasinya. Jarang ada penulis yang menuangkan karyanya
seperti yang ditulis oleh Ning dalam buku ini. Membaca buku ini Anda
bukan
hanya sekedar mendapatkan hiburan, melainkan dapat menarik hikmah bagi
kehidupan berkeluarga Anda. (Mang Ucup - penulis buku best seller dari
Holand)
--

"Tulisan-tulisan Ning mengajarkan banyak hal kepada saya : 1) keberanian
untuk mengakui bahwa hidup ini tidak sempurna, 2)keberanian untuk jujur
mengakui bahwa kita terlibat dalam ketidaksempurnaan itu, 3)keberanian
untuk
mengakui bahwa ada harga yang harus dibayar karena kesalahan kita di
masa
lalu, 4)keberanian untuk menerima kesempatan kedua dari Tuhan,
5)keberanian
untuk mendefinisi ulang dan mencari kembali tujuan hidup kita sesuai
dengan
rencana-Nya, bukan rencana kita sendiri. Saya sangat terinspirasi dan
dikuatkan oleh tulisan dan pengalaman pribadi Ning." (Martha Ekawati
Pranata - Penulis buku "5 Menit Saja")
--

Saya sangat prihatin dengan apa yg dialami oleh Ning,  karena  sebagai
laki-laki saya tahu bahwa seharusnya suami paling bertanggung jawab atas
apa
yang terjadi dalam  keluarganya. Namun saya kagum karena Ning akhirnya
bisa
melewati semua hal ini walaupun harus menjadi seorang single parent.
Sebagai
orang yang pernah mengikuti program  pemuridan "Pria Sejati", saya rindu
semakin hari semakin banyak lagi pria yang diubahkan dan dipulihkan
sehingga
dapat berfungsi  secara maksimal sebagai suami dan ayah yang bertanggung
jawab. Dan makin banyak keluarga yang dipulihkan oleh
Tuhan (Sabar Simatupang, karyawan)
--

Hingga hari ini setiap kali ngobrol dengan penulis, saya selalu
bersukacita
karena mendapat begitu banyak berkat baik penguatan maupun pelajaran
yang
bisa ditarik dari kisah hidupnya. Saya sangat kagum  melihat manisnya
karya
kasih Allah di dalam pahitnya hidup pernikahan seorang "Mbak" Ning.
Kisah
hidup yang dibagikan secara  jujur dan terbuka ini sangat baik untuk
dipelajari oleh kita semua, baik yang sudah menikah maupun yang belum
menikah (Anton Widjaya, teman curhat/mahasiswa STRI Jakarta)
 --

Kisah yang sangat menggugah hati yang ditulis dengan sangat gamblang dan
berani menjadikan buku ini bukan sekedar kisah hidup biasa, tetapi
menyentuh
hati dan menjadikan pembaca merasa dekat. Jika Anda sempat bertemu
dengan
penulisnya, Anda pasti tidak akan percaya bahwa korban tindak kekerasan
itu
adalah Mbak Ning yang tetap setia memuji dan memuliakan Allah (Yuliana
Tan -
teman dekat/mahasiswi STRI Jakarta)
--

"Ini sebuah 'novel hidup', prekuel sangat bagus untuk Tangan yang
Menenun.
Kalau dalam Tangan yang Menenun sosok sang ayah hanya tampak
samar-samar, di
sini dia muncul lebih gamblang. Meski menjulukinya sebagai Arjuna nan
tampan', Mbak Ning dapat memotretnya secara proporsional: membenci
dosanya,
tanpa membenci orangnya. Mbak Ning sendiri mewakili sosok 'prajurit yang
terluka': justru karena ia pernah melakukan kesalahan dan menanggung
penderitaan, ia sanggup berbicara dengan penuh empati kepada mereka yang
tengah menanggung penderitaan serupa." (Arie Saptaji, sesama wong
Temanggung, penulis Let's Go Into Narnia)
---

Kisah hidup Ning (dan anak-anak) melengkapi berbagai kisah kekerasan
dalam
rumah tangga, yang dialami oleh banyak perempuan di muka bumi ini.
Sungguh
amat menyedihkan, apalagi ketika mengingat bahwa tatkala Tuhan merancang
keluarga, Dia melihatnya sebagai suatu lembaga yang "sungguh amat baik".
Tidak dapat disangkal, pengalaman pahit yang dialaminya bertahun-tahun
adalah dampak dari keputusan yang keliru. Pemaksaan kehendak kepada
Tuhan
memang selalu akan dibayar mahal oleh orang-orang yang melakukannya,
apalagi
jika mereka telah mengenal-Nya sebagai "Yang Tidak Pernah Bermaksud
Buruk
buat Manusia." Akan tetapi, di dalam lembah bayang-bayang maut
sekalipun,
Tuhan tidak pernah lalai untuk memelihara orang-orang yang sesungguhnya
"sangat dikasihiNya."

Pengalaman hidup Ning yang ditulisnya dengan sangat jujur dan terbuka
kiranya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang
akan
berumah tangga, juga bagi mereka yang saat ini tengah menjalani
kehidupan
berumah tangga. Pentingnya mengutamakan Tuhan dan kehendak-Nya, perlunya
ketulusan kasih antar pasangan, serta panjangnya proses penyembuhan luka
jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga adalah beberapa hal yang dapat
diserap dari karya ini. Kisah nyata ini juga penting dibaca oleh para
konselor atau penasihat rohani untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai pemikiran, perasaan, dan kondisi lahir-batin dari sudut pandang
korban kekerasan dalam rumah tangga. Dengan pemahaman yang lebih baik,
seyogianya penilaian atau keputusan yang diambil pun lebih bijak dan
sensitif, sehingga tidak lebih menyudutkan mereka yang sesungguhnya
membutuhkan pertolongan (Dra. Henny E. Wirawan, M. Hum.,- Psikolog dan
konselor rohani dari Rumah Pemulihan "Griya Asih" yang secara khusus
menangani masalah-masalah perempuan)







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] (OoT) Promo buku "Melewati Lembah Air Mata" (1)