** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/poskup/2006/05/27/edisi27/opini.htm Pramoedya Ananta Toer : Ikon sastra yang mendunia (Sebuah post scriptum) Oleh Willem B Berybe * MINGGU 30 April 2006 lalu dunia kesusasteraan Indonesia dirundung awan hitam requiem. Seorang penulis yang tegas dan kekar sekaligus figur sastra telah "pulang". Sastrawan Pram (nama panggilan Pramoedya Ananta Toer) tutup usia di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat tepat pukul 08.55 WIB. Persis dua hari setelah Hari Sastra Indonesia (HSI) yang jatuh pada tanggal 28 April. Penetapan HSI itu tak terlepas dari memori kematian sang penyair "Binatang Jalang" Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1949. Ini mau menunjukkan kepedulian kalangan sastrawan Indonesia untuk memberikan tempat dan apresiasi terhadap seni sastra bagi seluruh bangsa Indonesia termasuk para pelaku sastra itu sendiri. Cuma gaung hari sastra ini tak sehebat hari-hari nasional lainnya. Di sekolah (SMP/SMA) di mana seni yang satu ini diajarkan oleh guru sastra dan dipelajari oleh para siswa sebagai salah satu mata pelajaran terasa sepi dan jauh dari aktivitas-aktivitas kesastraan yang menonjol. Kegiatan-kegiatan itu perlu untuk membangkitkan dan memancing minat serta kegemaran siswa dalam 'bersastra'. Rupanya deru kehidupan dan hiruk pikuk bangsa ini semakin menggerus sisi-sisikeindahan dalam kerumitan kehidupan sosial budaya kita. Para petinggi negara lebih sibuk mengurus kasus-kasus korupsi, HAM, kontroversi soal ujian nasional (UN), pilkada, flu burung, APP (Aksi Pornografi dan Porno aksi), UU Perburuhan, TKW, busung lapar, narkoba, Gunung Merapi, dan lain-lain. Ketika tokoh sastra Pramoedya Ananta Toer yang sering dicap ekstremis, aliran kiri yang pasa masa orde lama lazim disebut dengan istilah antek-antek komunisme (left leaning politics) meninggalkan kita semua, surat kabar berbahasa Inggris The Jakarta Post memberi judul pada headline (berita utama) halaman 1 edisi 1 Mei 2006, "Literary icon Promoedya dead at 81". Di sini sastrawan Pram diberi julukan (sebutan) dengan istilah icon oleh wartawan The Jakarta Post, Jakarta. Tampaknya The Jakarta Post begitu mengistimewakan pemberitaan tentang tokoh yang satu ini sehingga salah satu judul kolom editorial (halaman 6) berbunyi "Rest in Peace, Pram" dan yang kedua "Uncalled-for demonstrations". Tak hanya itu. Di bagian lain yaitu pada halaman akhir dalam rubrik PEOPLE secara khusus disajikan sebuah ulasan dalam rangka mengenang almarhum (in memoriam) berjudul "Pram's world of despair and disappointment". Ini ditulis oleh Michael Vatikiotis di Singapore, mantan editor the Far Eastern Ec onomic Review. Boleh jadi di berbagai media cetak luar negeri seperti Newsweek, Time, The New York Times, Sidney Morning Herald, dan lain-lain peristiwa kepergian sang sastrawan Indonesia ini untuk selama-lamanya menjadi topik berita aktual. Ikon Asal usul kata 'ikon' adalah dari Bahasa Yunani (Greek: eikon) yang berarti tirai yang membatasi panti imam dengan tempat umat dalam gereja-gereja Byzantium (Everyman's English Dictionary, D.C Browning). Bahkan dalam tradisi Gereja Timur (Greek Church) kata 'ikon' ini bermakna sacred painting (lukisan kudus), pahatan patung atau mosaic orang kudus yang dipandang sakral (suci). Jadi, kata ikon tersebut mencerminkan sesuatu yang sangat berharga, sesuatu yang sakral, sesuatu yang memiliki nilai keindahan (estetika) yang dalam dan bersifat universal. Itulah sebabnya karya-karya Pram sangat diminati oleh masyarakat internasional. Kata ikon selanjutnya merupakan serapan dari bahasa Inggris icon. Pertanyaannya, apa hubungan dan mengapa sebutan itu diberikan kepada Pramoedya Ananta Toer? Ini sebuah simbol bagaimana kalangan publik memberikan asesment terhadap beliau berkaitan dengan "kehebatan dan kekuatan kesusastraan" termasuk "bahasa" lewat karya-karyanya yang mendunia. Ketika tragedi WTC 11 September 2001 lalu meluluhlantakan "New York", Amerika Serikat, lagi-lagi The Jakarta Post menyebut dua sasaran (target) penyerangan teroris yaitu gedung kembar WTC dan Pentagon sebagai U.S. icons of power (edisi 12 September 2001). Di sini kedua tempat itu dilukiskan sebagai simbol (icon) yang ampuh dari negara adida-yaini. Karena itulah Maruli Tobing dalam tulisannya me-ngatakan WTC dan Pentagon adalah simbol kekua-saan mesin perang elektronik yang menguasai jagat raya (Kompas, 13 September 2001). Malah di bagian lain ia mengatakan sebagai pusat keangkuhan. Pram tidak dapat diidentik-kan dengan simbol "kesu-perioritasan" ikon WTC dan Pentagon yang menggam-barkan kedigdayaan bangsa Amerika (AS) sebagai super power (paling berkuasa) di alam semesta ini. Bukan pula simbol 'kecongkakan' AS tetapi sebuah image seorang putera bangsa yang memiliki kekuatan kepengarangan dan kesastraan yang luar biasa. Artinya bahasa seorang Pramoedya Ananta Toer berkarakter tajam dan pedas namun tetap bermuara pada soal-soal kemanusiaan. Me-mang akibat tulisan-tulisan-nya sendiri ia toh harus ber-hadapan dengan penguasa (politik) dan terpaksa digi-ring ke tempat pembuangan di Pulau Buru selama 14 tahun (1965-1979). Feno-mena ini sangat relevan de-ngan apa yang dimaksudkan Bourdieu dalam teorinya sebagaimana dikutip oleh Suma Riella Rusdiarti bahwa bahasa merupakan pertaru-ngan simbolik dan kekua-saan (Basis, No. 11-12, Ta-hun ke 52, November-De-sember 2003). Dengan be-gitu bahasa menurut Bour-dieu adalah bagian dari cara hidup individu dan kelom-pok so sial. Bahasa tidak se-kadar obyek pemahaman sa-ja, tetapi lebih sebagai intru-men tindakan (Ibid; hal.31). Gambir Di mata Michael Vatikio-tis, Pram adalah salah satu figur sastrawan terbesar di dunia, one of the world's greatest modern literary figures (The Jakarta Post, 1 Mei 2006, hal. 24, kolom 6). Karenanya dengan rasa bangga dan hormat ia me-nempatkan Pram sejajar dengan tokoh-tokoh penulis dunia seperti Camus, Tagore, Gabriel Marquez, Gunather Grass yang selalu menjadi-kan realitas kehidupan (ek-sistensi) manusia semestinya adalah dasar pengambilan keputusan politik (kebijakan) oleh para pemimpin bangsa. Vatikiotis menyebut contoh karya Pram (tahun 1950-an) berjudul "Gambir". Sebuah cerita pendek (cer-pen) yang mengisahkan kehidupan dua pekerja kuli (coolies) sederhana, lata (kotor,hina), polos yang tinggal di stasiun kereta api Gambir tempat yang lumrah kumuh, kotor, dengan taraf kehidupan sosial yang sangat rendah. "Gambir" adalah sebuah genre yang mempu-nyai tujuan komunikatif atau fungsi sosial (social function) yaitu menyingkap tabir sisi lain dari anak negeri yaitu kemiskinan dan kehi-langan harapan (poverty and despair) yang tak pernah ter-atasi oleh penguasa republik ini. Jika "Gambir" merupa-kan manifestasi hasil per-menungan Pram di tahun 1950-an, lantas apakah dengan enteng kita bertanya sudah lenyapkah kondisi itu (56 tahun kemudian) ketika bangsa Indonesia saat ini tersengal-sengal berpacu dalam kelesakan kemajuan zaman dan teknologi akibat globalisasi? Jawabannya jelas, "Belum, bung! Tengoklah dibawah kolong-kolong jembatan, jalan-jalan megah yang namanya tol di ibu kota, di teras-teras trotoar, di kawasan-kawasan kumuh bertebaran manusia-manusia dekil tak bertuan. Belum ada tanda-tanda negeri ini bakal bebas dari "poverty and despair". Inilah yang dimaksudkan oleh Vatikiotis sebagai dunianya Pramoedya Ananta Toer, his world of despair and disappointment in the back streets of Jakarta. Teriakan Pram dari bawah 'lorong Gambir' merupakan sebuah protes diam tentang kemanusiaan yang hakiki dan hal ini membuat sosok Pram tersentuh oleh kalangan sastrawan dan penulis baik dalam negeri maupun dunia internasional. Latar kehidupan Gambir dalam cerpen Gambir telah membuat putera kelahiran Blora ini berontak dan mau mengatakan (sebagai sebuah pelajaran berharga) kepada rekan-rekannya bahwa ada sebuah tempat yang bernama Indonesia, there's is a place called Indonesia. Ia sangat berang tatkala keindonesiaan itu ternoda oleh sudut kehidupan Kota Jakarta semisal stasiun Gambir dengan penghuninya yang serba menyedihkan dan memrihatinkan. Tetralogi Kehebatan Pram sebagai ikon sastra memang tak da-pat dipungkiri karena hampir seluruh karyanya termasuk Kwartet Buru telah diterje-mahkan ke dalam kurang lebih 40 bahasa. Atas dasar itu, menurut AFP, ia adalah kandidat terbaik dari Indo-nesia dan Asia Tenggara untuk menjadi calon pene-rima Hadiah Nobel bidang kesusteraan (The Jakarta Post, 29 April 2006, hal.2). Sayang sekali obsesi ini akhirnya tak terpenuhi. Di samping itu tiga penghar-gaan internasional yang pernah diterima almarhum yaitu dari Perancis, Jepang dan Norwegia membuktikan bahwa sastrawan Indonesia mampu berbicara di level dunia. Kelayakan Pram untuk diunggulkan tak lain karena ia memang seorang penulis novel, cerpen, esei, dan tulisan-tulisan historis tentang bangsa dan masyarakatnya yang sangat produktif. Ada tiga gatra yang melandasi dunia kepenulisannya yaitu sebagai seorang jurnalis, eseis dan novelis unggul. Menyambut mulainya era milinium III seperti dilukiskan Ariel Heryanto dalam edisi khusus (suplemen) Harian Kompas 1 Januari 2000 (hal.67), Pramoedya Ananta Toer adalah Album Abad XX. Alasan yang paling kuat karena Pram hidup dalam kurun waktu tiga-perempat dari abad XX dengan terlibat secara aktif, kritis, dan keatif. Ia menyaksikan sendiri bagaimana lompatan peradaban sepanjang masa peradaban itu berlangsung sambil direkamnya dalam berbagai karya seara kritis. Puncak penampilan Pram di panggung kehidupan sosial dalam wacana kesusatraan ialah empat novel bersambung hasil kerjanya selama pengasingan di Pulau Buru yang antropolog sosial, Ariel Heryanto, menyebutnya tetralogi. Ini merupakan puncak karya sastra abad XX bagi dunia kesusastraan bangsa Indonesia bahkan konteks Asia Tenggara. Karya ini lebih lanjut dirunut untuk lebih memahami makna pandangan tentang "bangsa-bangsa Indonesia" yangsepanjang perjalan waktu era abad XX itu penuh dengan berbagai persoalan yang kompleks d an rumit. Dari perjalanan peradaban bangsa Indonesia sejak jaman kolonial (Pram lahir 6 Februari 1925), era kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, telah berhasil dikemasnya dalam tetralogi Buru. Sebuah novel hasil permenungan selama 20 tahun ingin bersaksi tentang proses perubahan peradaban dalam tubuh negeri ini. Salah satu nilai sejarah yang dapat kita petik dari figur sastrawan Pramoedya Ananta Toer ialah rasa kagumnya terhadap presiden pertama RI, Soekarno. Ia heran bagaimana beliau mempersatukan 17.000 pulau menjadi sebuah masyarakat bangsa (one nation), sebagaimana ditulis John Mc Glynn, penerjemah karya-karya Pram ke dalam bahasa Inggris. Ketika beliau dimakamkan di TPU Karet BVivak Jakarta, politisi Budiman Sudjatmiko berucap seperti dikutip The Jakarta Post, "The funeral was sad, but at the end of the day, ... Pram triumphed in his battles". * Penulis, guru SMA Katolik Giovanni, Kupang dan pengamat sastra [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Protect your PC from spy ware with award winning anti spy technology. It's free. http://us.click.yahoo.com/97bhrC/LGxNAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **