** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/bpost/012006/28/opini/opini1.htm Mungkinkah Masalah Gizi Berakhir? Oleh: Pramono Rabu (25 Januari 2005), merupakan Hari Gizi Nasional yang ke- 54. Sebuah usia yang tidak muda lagi, tetapi masalah gizi masih menyelimuti masyarakat kita. Saat ini diperkirakan lebih 38,4 juta penduduk Indonesia, masih hidup dalam garis kemiskinan. Sekitar 50 persen total rumah tangga, makan dengan jumlah yang kurang dari kebutuhan sehari-hari. Lebih lima juta anak di bawah usia lima tahun (balita) menderita kurang gizi. Sekitar 100 juta orang berisiko terkena gangguan gizi lainnya, seperti kurang zat besi, zink, kalsium, yodium dan lain-lain. Ironisnya, masalah gizi kurang belum teratasi, muncul masalah baru yaitu gizi Lebih yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih 30 terutama di perkotaan dengan angka prevalensi empat persen. Semua masalah gizi itu berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Hampir setiap menit dua balita meninggal, satu karena kurang gizi dan satunya karena penyakit infeksi. Masalah gizi yang dihadapi tersebut, menyebabkan ranking kita dalam HDI (Human Development Index) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2004 cukup memalukan dengan bertengger di urutan 111 dari 177 negara yang dinilai. Angka itu jauh di bawah negara jiran kita Malaysia (59), Filipina (73) dan Thailand (76). Pada 2005, masalah gizi bukannya mereda, justru mencuat dengan mengemukanya kematian balita di NTT dan Papua akibat gizi buruk. Bahkan akhir-akhir ini ada sinyalemen dari Badan POM (BPOM), banyak panganan yang dijual di pasar menggunakan bahan yang berbahaya untuk dikonsumsi manusia yaitu formalin, boraks dan pewarna rhodamin B. Bahan tersebut jelas sangat potensial menimbulkan masalah gizi dan kesehatan. Sebenarnya ada dua penyebab langsung terjadinya masalah gizi, yaitu makan tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsungnya antara lain tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak yang tidak memadai, sanitasi dan air bersih juga pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Hal ini diperparah dengan kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Ahli gizi dan kesehatan pada dasarnya sepakat, akar dari masalah gizi adalah kurangnya kemampuan ekonomi masyarakat karena banyaknya pengangguran, kemiskinan dan inflasi. Gizi (nutrition) dalam Kamus Pangan dan Nutrisi disebutkan: suatu ilmu tentang pemenuhan makanan bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan serta menjaga kelangsungan fungsi fisiologis. Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaannya zat-zat gizi. Jadi sebenarnya, status gizi merupakan hasil suatu proses konsumsi dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Berarti, masalah gizi yang timbul baik gizi lebih maupun gizi kurang memerlukan proses atau waktu yang cukup panjang. Kekurangan gizi tidak terjadi dalam hitungan menit atau hari, tetapi bisa akibat kekurangan zat gizi berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan apalagi sampai menimbulkan kematian. Dengan proses yang memerlukan waktu panjang itu, kita berpeluang memutus rantai masalah atau mencegah jangan sampai masalah tersebut berakibat fatal. Begitu juga gizi lebih. Kelebihan gizi merupakan akumulasi dari kelebihan dari waktu ke waktu. Tidak mungkin seseorang dalam waktu hitungan menit atau jam, berubah menjadi gemuk atau bahkan obesitas. Kasus kelebihan gizi pada strata sosial menengah ke atas, biasanya terjadi lebih karena makan mengikuti dorongan hawa nafsu. Artinya, meski sudah kenyang tetapi tetap saja makan karena makanan tersedia dalam jumlah banyak. Dengan demikian dapat diketahui, pada golongan ini meski pengetahuan gizi cukup tetapi tidak dapat mengendalikan diri maka masalah gizi lebih akan terus terjadi dan bertambah banyak jumlahnya. Indikartornya paling mudah adalah perut yang semakin membuncit, pakaian selalu ganti ukuran menjadi lebih besar. Pemerintah SBY-JK dalam program kerjanya mengatasi masalah gizi, meluncurkan beberapa paket kebijakan. Di antaranya meningkatkan Sistem Kewaspadaan Gizi melalui Pemantauan Status Gizi. Dengan target, teridentifikasinya kasus gizi buruk pada balita dan tertanggulanginya kasus gizi buruk. Juga Program Revitalisasi Posyandu dan Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), yaitu suatu keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah gizi setiap anggota keluarga dan mengambil langkah mengatasi masalah gizi anggota keluarga. Hal ini dijadikan alat untuk menanggulangi masalah gizi guna mencapai Gizi Baik Untuk Semua Tahun 2020. Memang, pemerintah sesuai amanat UUD 1945 berkewajiban untuk dapat menyejahterakan rakyatnya. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, upaya menuntaskan masalah gizi harus dipahami, disadari dan dimulai dari diri kita sendiri. Bukankah Allah SWT dalam firman Nya mengatakan: "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu itu berusaha mengubah nasibnya sendiri." Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah gizi agar tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara: 1. Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu. Hipertiroid, misalnya. Meski kita sudah makan banyak tetapi berat malah turun atau juga gejala kencing manis, makan banyak tetapi berat secara drastis merosot. Berat badan jika digabung dengan parameter lain, misalnya: tinggi badan, dapat digunakan untuk mengetahui massa tubuh kita dengan menggunakan Rumus IMT yaitu berat badan (kg): tinggi badan (m)2 jika hasilnya 18,5 sampai 25, maka IMT kita tergolong normal. Tetapi jika nilainya lebih 25, berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5 maka ter masuk kurang. 2. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari --lebih baik tiga hari-- dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangun atau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di masa mendatang. 3. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan siklus asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita. Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun menjadi lemak. Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan mengakibatkan produksi radikal bebas yang banyak. Padahal kita tahu, radikal bebas adalah salah satu penyebab terjadinya kanker. Agar masalah gizi dapat dituntaskan, sudah saatnya tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, perawat serta seluruh pejabat pemerintah tidak malu-malu lagi membuat laporan adanya masalah gizi di suatu wilayah. Jangan sampai hanya karena mengejar laporan 'Asal Atasan Senang', dibuatlah laporan yang dimanipulasi seolah-olah tidak ada masalah. Hingga suatu saat muncul kasus gizi buruk, seakan-akan kejadiannya mendadak. Sebenarnya kita tahu, masalah gizi memerlukan proses yang cukup panjang. Sebab, meski kekurangan gizi setiap hari, tubuh secara otomatis dapat beradaptasi dengan mengefisienkan penggunaan zat gizi dengan cara menurunkan basal metabolismenya. Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru. Sebagai contoh, program mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan pemberian suplementasi zat besi. Program tersebut telah berjalan puluhan tahun, tetap tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Sampai saat ini, prevalensi nasional masih di atas 40 persen. Berbagai hasil penelitian dari jurnal ilmiah telah dipublikasikan, bahwa untuk menaikkan Hb (hemoglobin) lebih efektif jika digabung dengan zat gizi lain misalnya B1 atau vitamin C dan sebagainya. Pemerintah dapat menjadikan hasil tersebut untuk membuat paket baru penanggulangan Anemia Gizi Besi pada ibu hamil, sehingga angka prevalensi dapat dengan cepat diturunkan. Dari berbagai riset ilmiah diketahui dengan jelas, gizi adalah pilar utama bahkan merupakan pondasi dasar untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sehingga produktivitas tinggi, mencetak generasi dengan SDM yang unggul. Bagi orang yang sedang sakit, pengobatan tanpa ditunjang gizi yang baik, akan memperpanjang hari pengobatan, bahkan menyebabkan ketidaksembuhan. Meskipun mengatasi masalah gizi bagaikan lingkaran setan yang susah memutus rantainya, tetapi sekali lagi, manusia harus berusaha sekuat kemampuan. Pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, dan semoga Gizi Baik Untuk Semua Tahun 2020 dapat tercapai. Mahasiswa Magister Ilmu Gizi UNS Surakarta e-mail: instalasigizi_rsudulin@xxxxxxxxxxx [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **