[nasional_list] [ppiindia] Mungkinkah Masalah Gizi Berakhir?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 28 Jan 2006 01:00:25 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indomedia.com/bpost/012006/28/opini/opini1.htm

Mungkinkah Masalah Gizi Berakhir?

Oleh: Pramono

Rabu (25 Januari 2005), merupakan Hari Gizi Nasional yang ke- 54. Sebuah usia 
yang tidak muda lagi, tetapi masalah gizi masih menyelimuti masyarakat kita. 
Saat ini diperkirakan lebih 38,4 juta penduduk Indonesia, masih hidup dalam 
garis kemiskinan. Sekitar 50 persen total rumah tangga, makan dengan jumlah 
yang kurang dari kebutuhan sehari-hari. Lebih lima juta anak di bawah usia lima 
tahun (balita) menderita kurang gizi. Sekitar 100 juta orang berisiko terkena 
gangguan gizi lainnya, seperti kurang zat besi, zink, kalsium, yodium dan 
lain-lain.

Ironisnya, masalah gizi kurang belum teratasi, muncul masalah baru yaitu gizi 
Lebih yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih 30 terutama di 
perkotaan dengan angka prevalensi empat persen. Semua masalah gizi itu 
berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Hampir setiap menit dua 
balita meninggal, satu karena kurang gizi dan satunya karena penyakit infeksi.

Masalah gizi yang dihadapi tersebut, menyebabkan ranking kita dalam HDI (Human 
Development Index) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2004 cukup 
memalukan dengan bertengger di urutan 111 dari 177 negara yang dinilai. Angka 
itu jauh di bawah negara jiran kita Malaysia (59), Filipina (73) dan Thailand 
(76).

Pada 2005, masalah gizi bukannya mereda, justru mencuat dengan mengemukanya 
kematian balita di NTT dan Papua akibat gizi buruk. Bahkan akhir-akhir ini ada 
sinyalemen dari Badan POM (BPOM), banyak panganan yang dijual di pasar 
menggunakan bahan yang berbahaya untuk dikonsumsi manusia yaitu formalin, 
boraks dan pewarna rhodamin B. Bahan tersebut jelas sangat potensial 
menimbulkan masalah gizi dan kesehatan.

Sebenarnya ada dua penyebab langsung terjadinya masalah gizi, yaitu makan tidak 
seimbang dan adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsungnya antara lain 
tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak yang tidak memadai, sanitasi 
dan air bersih juga pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Hal ini 
diperparah dengan kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan 
masyarakat. Ahli gizi dan kesehatan pada dasarnya sepakat, akar dari masalah 
gizi adalah kurangnya kemampuan ekonomi masyarakat karena banyaknya 
pengangguran, kemiskinan dan inflasi.

Gizi (nutrition) dalam Kamus Pangan dan Nutrisi disebutkan: suatu ilmu tentang 
pemenuhan makanan bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan serta menjaga 
kelangsungan fungsi fisiologis. Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh 
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaannya zat-zat gizi. Jadi 
sebenarnya, status gizi merupakan hasil suatu proses konsumsi dan penggunaan 
zat gizi oleh tubuh.

Berarti, masalah gizi yang timbul baik gizi lebih maupun gizi kurang memerlukan 
proses atau waktu yang cukup panjang. Kekurangan gizi tidak terjadi dalam 
hitungan menit atau hari, tetapi bisa akibat kekurangan zat gizi 
berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan apalagi sampai menimbulkan 
kematian. Dengan proses yang memerlukan waktu panjang itu, kita berpeluang 
memutus rantai masalah atau mencegah jangan sampai masalah tersebut berakibat 
fatal. Begitu juga gizi lebih. Kelebihan gizi merupakan akumulasi dari 
kelebihan dari waktu ke waktu. Tidak mungkin seseorang dalam waktu hitungan 
menit atau jam, berubah menjadi gemuk atau bahkan obesitas. 

Kasus kelebihan gizi pada strata sosial menengah ke atas, biasanya terjadi 
lebih karena makan mengikuti dorongan hawa nafsu. Artinya, meski sudah kenyang 
tetapi tetap saja makan karena makanan tersedia dalam jumlah banyak. Dengan 
demikian dapat diketahui, pada golongan ini meski pengetahuan gizi cukup tetapi 
tidak dapat mengendalikan diri maka masalah gizi lebih akan terus terjadi dan 
bertambah banyak jumlahnya. Indikartornya paling mudah adalah perut yang 
semakin membuncit, pakaian selalu ganti ukuran menjadi lebih besar.

Pemerintah SBY-JK dalam program kerjanya mengatasi masalah gizi, meluncurkan 
beberapa paket kebijakan. Di antaranya meningkatkan Sistem Kewaspadaan Gizi 
melalui Pemantauan Status Gizi. Dengan target, teridentifikasinya kasus gizi 
buruk pada balita dan tertanggulanginya kasus gizi buruk. Juga Program 
Revitalisasi Posyandu dan Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), yaitu suatu 
keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah gizi setiap 
anggota keluarga dan mengambil langkah mengatasi masalah gizi anggota keluarga. 
Hal ini dijadikan alat untuk menanggulangi masalah gizi guna mencapai Gizi Baik 
Untuk Semua Tahun 2020. 

Memang, pemerintah sesuai amanat UUD 1945 berkewajiban untuk dapat 
menyejahterakan rakyatnya. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, upaya 
menuntaskan masalah gizi harus dipahami, disadari dan dimulai dari diri kita 
sendiri. Bukankah Allah SWT dalam firman Nya mengatakan: "Allah tidak akan 
mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu itu berusaha mengubah nasibnya 
sendiri." Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin dilakukan 
dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah gizi agar tidak sampai 
terjadi pada diri kita dengan cara:

1. Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi 
tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu 
cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. 
Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan 
mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak 
tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai 
adanya gangguan penyakit tertentu. Hipertiroid, misalnya. Meski kita sudah 
makan banyak tetapi berat malah turun atau juga gejala kencing manis, makan 
banyak tetapi berat secara drastis merosot. Berat badan jika digabung dengan 
parameter lain, misalnya: tinggi badan, dapat digunakan untuk mengetahui massa 
tubuh kita dengan menggunakan Rumus IMT yaitu berat badan (kg): tinggi badan 
(m)2 jika hasilnya 18,5 sampai 25, maka IMT kita tergolong normal. Tetapi jika 
nilainya lebih 25, berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5 maka ter
 masuk kurang.

2. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari --lebih baik tiga hari-- 
dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah 
dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita 
makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangun 
atau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis 
zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi 
makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah yang kelebihan dan yang 
kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat semacam prediksi gangguan gizi, 
atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di masa mendatang. 

3. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, 
makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan 
porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan 
siklus asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita. 
Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun menjadi lemak. 
Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan mengakibatkan produksi 
radikal bebas yang banyak. Padahal kita tahu, radikal bebas adalah salah satu 
penyebab terjadinya kanker. 

Agar masalah gizi dapat dituntaskan, sudah saatnya tenaga gizi dan tenaga 
kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, perawat serta seluruh pejabat 
pemerintah tidak malu-malu lagi membuat laporan adanya masalah gizi di suatu 
wilayah. Jangan sampai hanya karena mengejar laporan 'Asal Atasan Senang', 
dibuatlah laporan yang dimanipulasi seolah-olah tidak ada masalah. Hingga suatu 
saat muncul kasus gizi buruk, seakan-akan kejadiannya mendadak. Sebenarnya kita 
tahu, masalah gizi memerlukan proses yang cukup panjang. Sebab, meski 
kekurangan gizi setiap hari, tubuh secara otomatis dapat beradaptasi dengan 
mengefisienkan penggunaan zat gizi dengan cara menurunkan basal metabolismenya.

Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan 
berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru. Sebagai contoh, 
program mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan pemberian 
suplementasi zat besi. Program tersebut telah berjalan puluhan tahun, tetap 
tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Sampai saat ini, prevalensi nasional 
masih di atas 40 persen.

Berbagai hasil penelitian dari jurnal ilmiah telah dipublikasikan, bahwa untuk 
menaikkan Hb (hemoglobin) lebih efektif jika digabung dengan zat gizi lain 
misalnya B1 atau vitamin C dan sebagainya. Pemerintah dapat menjadikan hasil 
tersebut untuk membuat paket baru penanggulangan Anemia Gizi Besi pada ibu 
hamil, sehingga angka prevalensi dapat dengan cepat diturunkan. 

Dari berbagai riset ilmiah diketahui dengan jelas, gizi adalah pilar utama 
bahkan merupakan pondasi dasar untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal 
sehingga produktivitas tinggi, mencetak generasi dengan SDM yang unggul. Bagi 
orang yang sedang sakit, pengobatan tanpa ditunjang gizi yang baik, akan 
memperpanjang hari pengobatan, bahkan menyebabkan ketidaksembuhan.

Meskipun mengatasi masalah gizi bagaikan lingkaran setan yang susah memutus 
rantainya, tetapi sekali lagi, manusia harus berusaha sekuat kemampuan. Pasti 
Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, dan semoga Gizi Baik Untuk Semua 
Tahun 2020 dapat tercapai.

Mahasiswa Magister Ilmu Gizi UNS Surakarta 
e-mail: instalasigizi_rsudulin@xxxxxxxxxxx




[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mungkinkah Masalah Gizi Berakhir?