** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/9/20/o2.htm Memacu Pertumbuhan Berkualitas Oleh Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. ANGKA kemiskinan di negara kita tercatat 39,05 juta orang atau 17,75 persen dari total penduduk 222 juta jiwa, sementara pengangguran terbuka mencapai 10,9 juta, sedangkan setengah menganggur sekitar 40,1 juta atau 37 persen dari total angkatan kerja sebesar 106,9 juta. Bagaimana cara mengatasi? ---------------------------- Secara teori ekonomi, obat paling manjur adalah dengan memacu pembangunan, yaitu dengan laju pertumbuhan yang memadai dan berkualitas. Sayangnya, faktor inilah yang sejak krisis melanda negeri kita hampir satu dasawarsa lalu belum kunjung terhadirkan. Pertumbuhan ekonomi tahunan tak pernah menembus 6 persen. Bahkan, sejak tahun 2005 hingga triwulan I-2006, pertumbuhan triwulanan merosot terus-menerus. Syukurnya pada triwulan II-2006 pertumbuhan mengalami peningkatan. Namun, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang diraih pada triwulan II-2006 itu belum diiringi perbaikan kualitas pertumbuhan. Sektor yang tumbuh relatif lebih tinggi adalah sektor-sektor non-tradable, terutama di sektor-sektor jasa modern di perkotaan yang sangat sedikit menyerap tenaga kerja (TK), seperti subsektor telekomunikasi, subsektor keuangan nonperbankan, subsektor transportasi udara dan kereta api, serta subsektor listrik, air, dan gas. Dengan pola pertumbuhan seperti itu, penyerapan tenaga kerja semakin terbatas karena semuanya padat modal, bukan sektor yang padat karya. Kualitas Pertumbuhan Sebelum krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi nasional 7 - 8 persen per tahun. Namun, pascakrisis perekonomian bertumbuh dalam kisaran 3,83 hingga 5,7 persen. Pertumbuhan sektor industri juga merosot jauh di bawah tingkat pertumbuhan sebelum krisis. Pada periode 1990-1996 pertumbuhan industri berkisar 11 persen hingga 13,5 persen, sedangkan pascakrisis sektor industri hanya tumbuh antara 3,6 persen dan 7,5 persen per tahun. Tahun 1994, saat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,57 persen, setiap persen bisa menciptakan 370.000 kesempatan kerja. Pertumbuhan dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi itu ditopang pertumbuhan industri yang kuat. Data Departemen Perindustrian menunjukkan, pada tahun 1994 pertumbuhan industri mencapai puncaknya, yakni 13,52 persen. Dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja, tampaknya terjadi dua fenomena yang tidak biasa pada tahun ini. Penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur pada waktu-waktu lalu tidak pernah di bawah 100.000 orang setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi, tetapi sekarang anjlok menjadi hanya tinggal 42.000 orang. Sementara itu data lain menunjukkan, penambahan angkatan kerja baru yang setiap tahun biasanya 1,5 juta-2 juta orang, tahun ini hanya bertambah sekitar 500.000 orang. Artinya, bisa jadi sekarang lebih banyak yang melanjutkan sekolah atau memilih menganggur dan tidak berusaha mencari pekerjaan. Memburuknya kualitas pertumbuhan juga ditunjukkan oleh kemerosotan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan negatif pembentukan modal tetap. Yang pertama menunjukkan daya beli masyarakat terus tertekan, sedangkan yang kedua mencerminkan iklim investasi belum mengalami perbaikan berarti. Peningkatan pertumbuhan yang ada selama ini hampir seluruhnya ditopang oleh menggelembungnya konsumsi, terutama konsumsi masyarakat. Sejauh ini kita belum melihat adanya suatu strategi jitu yang secara mendasar bisa menjawab persoalan kemiskinan. Namun, langkah baru pemerintah untuk meningkatkan efektivitas bantuan bagi rakyat miskin patut kita hargai, yakni program subsidi langsung tunai (SLT) akan diperbaiki dengan meluncurkan program bantuan tunai bersyarat (BTB) yang dikaitkan dengan peningkatan akses bagi rakyat miskin terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan. Akar Masalah Namun bagaimanapun harus disadari jumlah penduduk miskin yang membesar, meningkatnya pengangguran, serta memburuknya ketimpangan dari berbagai dimensi adalah hasil atau dampak dari penerapan suatu desain atau format strategi pembangunan yang menjadi landasan pijak dari setiap kebijakan pemerintah, atau sebaliknya diakibatkan oleh ketiadaan strategi yang jelas dan terukur. Banyak pengamat dan praktisi menengarai kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan bersumber dari satu akar masalah yang sama, yakni ketidakserasian upaya untuk menumbuhkembangkan sektor riil dengan sektor moneter, yang kelihatannya satu sama lain masih berjalan sendiri-sendiri. Langkah Positif Meskipun demikian, pada awal bulan ini (5/9) sudah ada langkah positif yang dilakukan oleh pemegang otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia (BI) dengan menurunkan suku bunga BI (BI rate) 50 basis poin dari 11,75 persen menjadi 11,25 persen. Dengan penurunan BI rate diharapkan bank-bank akan menyesuaikan penurunan suku bunga pinjaman dan kredit, sehingga uang yang beredar di masyarakat menjadi lebih besar dan dunia usaha kembali menggeliat. Untuk mempercepat laju pertumbuhan yang berkualitas, kebijakan penurunan BI rate tersebut tidak akan kondusif jika tidak dibarengi dengan perbaikan iklim bisnis dan investasi, seperti perbaikan infrastruktur (meski ada paket infrastruktur, tapi belum berjalan baik), percepatan penyelesaian RUU Perpajakan (yang kini sedang dibahas di DPR), dan debirokratisasi investasi (meski ada paket investasi, tapi dalam implementasi belum jalan). Jika semua hal itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, tampaknya percepatan laju pertumbuhan ekonomi masih jauh dari harapan, dan dampaknya pada tingkat kemiskinan dan pengangguran, bukannya makin berkurang, malah bisa menjadi bertambah. Penulis, dosen FE dan Program Pascasarjana MM, serta Ketua Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Undiknas Denpasar [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **