[nasional_list] [ppiindia] Melihat Daerah Sentra Produksi Beras

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 6 Jan 2006 01:02:43 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/04/nas29.htm

Melihat Daerah Sentra Produksi Beras (1)
Petani Justru Berharap Bisa Mendapatkan Raskin
       
      SM/Sigit Oediarto HASIL PANEN: Seorang petani di Banyumas mengolah gabah 
hasil panen. Sejumlah petani kini mengaku tidak punya persediaan gabah untuk 
dijual. (30m)   
     
Untuk mengetahui apakah petani saat ini masih memiliki stok gabah atau beras, 
wartawan Suara Merdeka Eko Suksmantri, selama sepekan di akhir Desember 2005 
memantau beberapa daerah sentra produksi padi atau daerah surplus. Daerah yang 
dipantau antara lain Kabupaten Cianjur, Karawang, Indramayu, dan Cirebon, (Jawa 
Barat) serta Kabupaten Tegal, Brebes, Pemalang, dan Demak, (Jawa Tengah). 
Berikut laporannya.

TAMPAKNYA polemik tentang impor beras belum akan berakhir. Sebab meski rapat 
koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) telah menyepakati terjadi defisit 
25.000 ton dan ditugasinya Perum Bulog untuk menambah stok 132.000 ton, tapi 
Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono tetap berpandangan impor beras 
belum diperlukan. Bahkan anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Keadilan 
Sejahtera (FPKS) DPR, Suswono, bersikukuh menolak impor dengan alasan 
melindungi petani.

Yang menjadi pertanyaan adalah ada kepentingan apa dibalik penolakan impor 
beras yang dilakukan Perum Bulog? Pertanyaan ini memang perlu dikemukakan, 
mengingat impor beras yang dilakukan oleh 23 perusahaan swasta dan jumlahnya 
jauh lebih besar tidak diributkan. Apalagi sudah ada jaminan dari pemerintah, 
dalam hal ini Wakil Presiden dan Menko Perekonomian bahwa impor beras yang 
dilakukan Perum Bulog hanya untuk menambah stok dan raskin (beras untuk 
keluarga miskin).

Hasil pengamatan di lapangan membuktikan, petani saat ini memang tidak memiliki 
beras lagi. Ini terbukti sebagian besar dari mereka adalah penerima raskin. Di 
Kabupaten Cianjur misalnya, 57% dari 52.692 kepala keluarga (KK) penerima 
raskin adalah petani. Menurut Wakil Kepala Sub Divisi Regional (Waka Subdivre) 
Bulog Wilayah II Cianjur, HA Apip Djajadisastra, di kabupaten yang terkenal 
beras pulennya itu, jumlah KK miskin sesuai data tahun 2004 mencapai 146.174 KK.

Sementara itu, alokasi pagu raskin di kabupaten yang dikenal surplus pangan 
itu, tahun anggaran 2005 hanya 10.538,4 ton, sehingga hanya bisa meng-cover 
36,05% dari KK miskin. Karena itu, tidak keliru bila Bupati Cianjur, dengan 
suratnya No 551.1/3232/pe meminta penambahan alokasi raskin kepada Gubernur 
Jawa Barat. 

Hal serupa dilakukan Bupati Sukabumi, Karawang, Indramayu, dan Tasikmalaya. 
Bahkan Bupati Indramayu, langsung mengirim surat kepada Menko Kesra meminta 
penambahan alokasi raskin. Alasan yang dikemukakan adalah harga beras di daerah 
itu naik cukup tinggi, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal 
Oktober lalu. Harga beras yang tinggi itu dirasakan sangat memberatkan 
masyarakat miskin baik petani maupun nelayan.

Elan, misalnya, petani yang hanya memiliki lahan pertanian 0,5 hektare di desa 
Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Dia mengaku, bebannya 
bertambah berat dengan kenaikan harga beras. Karena itu, dia berharap program 
raskin dilanjutkan dan jumlahnya ditambah. Kalau sekarang dia hanya menerima 
5-10 kg per bulan, hendaknya bisa dinaikan menjadi 20-25 kg per bulan.

Beratnya beban hidup akibat tingginya harga beras itu juga dirasakan petani 
penggarap di daerah Cianjur. Sulaiman, petani desa Cibiuh, Ciranjang, Cianjur 
mengatakan, "Saya tak punya lagi simpanan beras. Padi habis saya jual saat 
panen. Kini saya tinggal berharap bisa membeli beras dengan harga murah seperti 
raskin." 

Apa yang dikemukakan Sulaiman itu dibenarkan oleh H Sambas, tokoh masyarakat 
sekaligus pedagang beras di Kabupaten Cianjur. Petani di daerah ini sebagian 
besar memang tak punya gabah lagi. "Petani mah tak punya beras. Kalau toh ada 
yang punya jumlahnya tidak banyak. Sekarang ini, membeli gabah satu kuintal 
saja tidak ada yang jual." 

Kehabisan stok

Hal senada dikatakan H Kartawi. Pemilik penggilingan beras (PB) Sri Lungguh 
Desa Widasari, Jatibarang, Indramayu ini mengaku kehabisan stok. Biasanya dia 
mendapat pasokan gabah dari petani antara 50 ton dan 100 ton per hari. "Januari 
ini, gudangnya tak mungkin terisi karena daerah Indramayu belum panen. Kalaupun 
toh ada gabah, harganya sangat mahal," tutur dia seraya mengatakan, harga gabah 
kering giling (GKG) saat ini mencapai Rp 2.550/kg.

Tampaknya, ketiadaan beras ini tidak hanya dialami sebagian besar petani di 
Cianjur, Kawarang, Cirebon, dan Indramayu, Jawa Barat, tetapi juga diakui 
petani di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dua petani di Desa Bolo, Kecamatan 
Demak, Kabupaten Demak, Saniman dan Suroto, misalnya, mengaku sudah tidak punya 
gabah lagi untuk dijual.

Para petani, kata Saniman, menjual gabah pada saat panen. Kalaupun sekarang 
mereka punya stok, itu hanya cukup untuk keperluan rumah tangga.

Pernyataan Saniman itu dibenarkan Djoko Haryoto, Kepala Sub Divre I Bulog, 
Semarang. Dia mengatakan, sebagian petani di Jawa Tengah memang sudah tidak 
memiliki gabah. Karena itu, tidak heran bila beberapa daerah di provinsi itu, 
seperti Kabupaten Wonogiri, Rembang, Blora, Jepara, Demak, Purbalingga, dan 
Tegal, minta alokasi raskin ditambah. (46v) 

+++++

http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/05/nas07.htm

Melihat Daerah Sentra Produksi Beras (2-Habis)
Importir Swasta Merusak Harga
       
      PETANI PROTES: Sejumlah petani protes di depan Istana Negara, Jakarta, 
beberapa waktu lalu. Mereka menuntut pemerintah membatalkan impor beras, karena 
hasil produksi petani dalam negeri masih mampu menopang kebutuhan konsumsi 
dalam negeri.(30t) -  SM/Antara  
     
PENOLAKAN impor beras dengan alasan membantu dan membela petani, patut 
dipertanyakan. Sebab, mereka utamanya petani penggarap dan buruh tani tidak 
merasa dirugikan dengan kebijakan impor tersebut. Bahkan, sebagian besar petani 
ingin harga beras di pasaran murah, sehingga terjangkau.

Keinginan petani tersebut memang masuk akal, karena sebagian besar dari mereka 
sekarang tidak memiliki gabah lagi. Kalaupun mereka memiliki gabah jumlahnya 
tidak banyak dan hanya cukup untuk kebutuhan sendiri. Seperti yang dituturkan 
Saniman, petani Desa Bolo, Demak dan Ichsan, petani Desa Kertasari, 
Rengasdengklok, Karawang bahwa mereka hanya punya gabah untuk mencukupi 
kebutuhan hidup sehari-hari.

Awalnya, Saniman ataupun Ichsan sangat marah ketika mendengar pemerintah mau 
mengimpor beras. ''Terus terang, waktu itu kami-kami ini nggak habis pikir, kok 
pemerintah nggak membela petaninya. Tapi malah membela petani asing,'' kata 
Saniman.

Tapi ketika dia tahu kalau impor beras yang dilakukan Bulog itu hanya untuk 
persediaan pangan nasional dan raskin, bukan untuk dijual dia merasa lega. 
''Kalau untuk persediaan pangan dan raskin, ya monggo (silakan-Red) saja. Kami 
dukung impor, wong itu untuk rakyat yang nggak mampu kok. Gimana jadinya kita 
kalau pemerintah nggak punya stok dan kita kekurangan beras, bisa nggak 
makan,'' tuturnya.

Namun keduanya meminta agar pemerintah tidak memberi izin kepada perusahaan 
swasta untuk melakukan impor beras dalam bentuk apa pun, baik untuk penderita 
diabetes maupun menir. Sebab, yang mereka dengar, impor beras pecahan dan 
diabetes itu cuma akal-akalan importir agar bisa memasukkan beras. ''Mereka 
itulah yang merusak harga gabah petani. Merekalah yang harus diberantas,'' 
tegas Saniman.

Baik Saniman maupun Ichsan yang punya lahan dua hektare itu mengaku hasil 
padinya hanya cukup untuk hidup pas-pasan. Artinya, hasil taninya hanya cukup 
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anaknya. ''Bara-bara dalam 
musim paceklik sekarang ini jual gabah, bisa bertahan hidup saja sudah 
untung,'' keluhnya.

Tampaknya, Ichsan yang hidup pas-pasan dari hasil bercocok tanam itu tidak 
sendirian. Sebab, petani di daerah-daerah lain seperti di Indramayu, Jawa 
Barat, lebih menderita darinya. Petani di daerah Indramayu, dalam musim 
paceklik kali ini ada yang makan nasi aking (nasi yang dikeringkan) atau karak 
di daerah Jawa Timur.

Umumnya, petani yang hidupnya serba kekurangan ini adalah petani yang punya 
lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare, bahkan hanya 0,25 hektare. Selain itu 
juga buruh tani dan petani penggarap. Mereka ini populer disebut dengan petani 
gurem dan jumlahnya jauh lebih besar dari petani yang memiliki lahan di atas 1 
hektare. (Eko Suksmantri-29v) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Clean water saves lives.  Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Melihat Daerah Sentra Produksi Beras