[nasional_list] [ppiindia] Liputan Diskusi Mahasiswa Bulanan The Torchbearers-Anand Ashram

  • From: "Torchbearers" <torchbearers@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 17 Feb 2005 06:29:49 -0000

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **



Liputan Diskusi Mahasiswa Bulanan The Torchbearers-Anand Ashram
(Februari 2005)
Membaca Ayat-ayat Allah Dari Tragedi Tsunami di Aceh
 
"Hakekatnya ada dua tegangan dalam hidup manusia yang saling tarik
menarik dan menimbulkan kreatifitas. Bagi saya, agama full of passion,
penuh semangat yang berkobar-kobar jika tidak agama itu mati," Ulil
mengatakan lalu lanjutnya sambil mengutip perkataan Sukarno: "Agama
yang sudah padam apinya tinggal abu saja, maka agama ini harus
ditinggalkan." Artinya setiap saat kita harus 'menciptakan' agama baru
yaitu dengan cara memaknai kembali setiap hal ... memperbaharui
pandangan kita mengenai agama.
  
Tulisan di atas adalah cuplikan perkataan Ulil Abshar Abdalla ?
direktur jaringan Islam Liberal pada diskusi mahasiswa bulanan yang
diselenggarakan Sabtu, 12 Februari 2005 oleh The Torchbearers - Anand
Ashram. Diskusi kali ini sangat spesial, disamping menampilkan tokoh
yang luar biasa, acara pun demikian menarik. Para hadirin demikian
antusias dalam mendengarkan bahkan juga ikut ambil bagian dalam
sharing, sampai-sampai acara yang biasanya selesai pukul 18.00 WIB ini
diperpanjang hingga pukul 19.30 WIB dengan jeda waktu untuk sholat
maghrib.
 
Walaupun suasana gerimis kecil namun Aula As-Salam telah dipenuhi oleh
para mahasiswa dan teman-teman dari Anand Ashram. Dibuka tepat pukul
16.00 WIB, acara diskusi mahasiswa di padepokan One Earth, One Sky,
One Humankind ini terasa menyejukkan. Wandy Nicodemus sebagai
moderator memperkenalkan para pembicara yaitu: dr. Sarbini (Ketua Tim
Medis Mer-C - relawan Aceh, Maya Safira Muchtar dan Ulil Abshar
Abdalla (yang sedikit terlambat).
 
Dibuka dengan mempersilahkan Ulil untuk berbicara, namun ia memberikan
kesempatan kepada pembicara lain. Wandy pun mempersilahkan dr. Sarbini
untuk berbicara.
 
Tak dinyana dan diduga, dr. Sarbini adalah orang Aceh asli, ia lahir,
besar dan kuliah di Aceh. Hari ke dua setelah kejadian gempa dan
Tsunami ia telah berada di lokasi dan melihat pemandangan yang sangat
mengerikan, mayat dimana-mana dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Dikatakannya kondisi Aceh lebih parah dibandingkan dengan kondisi di
Irak, Irak dan Afghanistan pasca perang.

"Kendala utama yang dialami oleh kita bangsa Indonesia adalah
kurangnya pengetahuan, kita memang tahu Tsunami itu apa dan juga
taifun/tornado, tapi tidak tahu cara menanggulanginya," demikian dr.
Sarbini berkata. Mengawali ceritanya dengan kabar pagi hari sekitar
jam 8an yang didapat dari keluarganya di Aceh, yang mengatakan ada
gempa besar seperti tahun 1968 dan saat itu keluarganya baik-baik saja
dan lalu dari pukul 9 dan seterusnya Aceh tidak dapat dihubungi, dr.
Sarbini yang hari itu bertugas di rumah sakit pun hanya tahu ada gempa
besar saja. Baru ketika rekan-rekannya bertanya tentang Aceh dan Metro
TV menyiarkan berita saat itu juga ia dan rekan-rekannya rapat dan
membentuk tim yang langsung keesokan harinya berangkat ke lokasi.
 
Memori tentang Aceh yang indah runtuh dalam sekejap ketika ia
menapakkan kakinya di bandara. Shock bercampur trauma itu yang
dialaminya. Berjalan ke kampungnya sangat sulit, rumah yang ditemui
sudah rusak 70%nya, lumpur hitam yang tebal bercampur dengan minyak
sangat tidak mungkin untuk dibersihkan. Keluarganya yang diberitahu
kerusakan rumah tidak percaya dan datang ke Aceh untuk membersihkan
dan ketika melihat sendiri mereka pun mengakui lumpur itu tidak dapat
dibersihkan. 
 
Ada trauma tersendiri yang dialaminya mengetahui keluarga inti 8 orang
sudahtiada dan 25 orang dari keluarga besarnya musnah, ibupun tidak
ditemuinya walau hati kecil mengatakan beliau masih hidup. Namun mau
dicari dimana? Sedangkan rakyat banyak membutuhkannya. Dengan cara
menolong orang lain sebagai tugas utama seorang dokter, ia berhasil
keluar dari rasa trauma yang dialaminya.  Selain itu cara pandang
bahwa: Tuhan adalah pemilik tunggal kehidupan sehingga ketika Ia
memanggil milikNya tentu kita harus mempersilahkan Ia mengambilnya
dengan cara apapun, pandangan ini sangat membantunya menghadapi trauma.
 
Ia menyimpulkan ada dua situasi utama yang dihadapi:
1. Trauma yang muncul karena peristiwa gempa dan Tsunami
2. Rasa takut yang berlebihan yang menimbulkan respons social yang
rendah (contohnya enggan membantu orang lain), dan juga rasa frustasi
yang tinggi.
 
Oleh karena itu respons positif yang didapat Aceh dari bantuan dunia,
danberbagai elemen agama di negeri ini sangat membantu. Karena bencana
ini tidak saja untuk rakyat Aceh tetapi juga untuk Indonesia dan juga
dunia. Dan ia sangat berharap tidak ada lagi peperangan di tanah Aceh,
dengan adanya perundingan RI-GAM diharapkan "Badai Tsunami dan Gempa"
ini menjadi mentari baru bagi Aceh untuk membangun dirinya. Biarkan
bantuan yang ada membuka mata rakyat Aceh untuk merasa kesatuan dan
persatuan dengan Indonesia, dan juga agar rakyat Aceh sadar dan tidak
sombong.
 
Satu yang disesalkan oleh dr. Sarbini adalah : "Teman-teman yang
membantu di sana (Aceh) selalu sibuk dengan membawa 'bendera'nya
masing-masing, mengapa tidak melepaskan itu semua dan ikhlas membantu
sesama?"  Selain itu diakuinya juga ada beberapa oknum orang Aceh yang
mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menaikkan sewa kendaraan
secara gila-gilaan. Dan ini juga sangat mengecewakannya.
  
Ulil sebagai pembicara ke dua, mengatakan Gempa dan Tsunami yang
terjadi di Aceh adalah agar kita semua mampu merenung dan refleksi ke
dalam diri.Semuanya membuat kita berpikir kembali tentang keimanan
kita. Dikatakannya manusia tidak pernah bisa diam, selalu ada jarak
antara alam dan dirinya. Berbeda dengan dunia binatang, ketika mereka
lahir, mereka sudah kongruen dengan alam semesta sehingga tidak ada
jarak lagi, mereka menyatu dengan alam semesta. Manusia harus
menciptakan dunianya sendiri agar selaras dengan alam. Rumah-rumah
yang hancur bisa dilihat dari sisi fisik tetapi sekaligus simbolik
dalam artian turut hancur pula "rumah diri atau jiwa" manusia. Dari
sini mungkin akan muncul pemaknaan kembali akan segala sesuatu yang
terjadi. Dan muncul pula pertanyaan Dimana Keadilan Tuhan?

Pertanyaan ini muncul karena konsep kita mengenai Tuhan yang
Monoteistik (agama-agama Samawi), ketika kita menganggap Dia adalah
muara segalanya. Kalau Tuhan Maha Baik tentu Ia juga Maha Buruk, di
sini biasanya kita menolak yang Maha Buruk sehingga keadilanlah yang
dipertanyakan. Menurutnya penganut Tuhan Polyteistik tidak terlalu
sulit menghadapi suatu kejadian yang buruk, karena Tuhan yang
bepekerjaan yang buruk-buruk itu memang ada.

"Guncangan" ini sangat terasa di Lisabon abad ke 18 ketika kaum
Katholik pun mempertanyakan hal yang sama tatkala terjadi bencana
banjir yang dahsyat. Saat itu rumah gubernur Lisabon yang anti
Katholik selamat sedangkan gereja hancur.

Hal yang sama dialami Islam ketika Mongol menyerang Baghdad. Islam
sangat terguncang karena Kerajaan dari orang-orang beriman bisa
dihancurkan oleh kaum kafir (bar-bar). Ke duanya menimbulkan sinisme
agama, demikian pula yang terjadi di Aceh, bedanya masjid tidak
hancur. Dari sini muncul dua sikap, yang satu bersikap pasrah -
fatalistic, dan yang lain berontak dan mempertanyakan mengapa Tuhan
demikian?
 
Makna Tsunami bagi orang beriman juga bermacam-macam:
1. Azab dari Tuhan
2. Ujian dari Tuhan
3. Kita tidak tahu tetapi Allah punya rencana tersendiri

Ulil tidak berpendapat pada ke 1 maupun ke 2 karena dikatakannya :
"God is busy everday."   Emangnya Tuhan gak punya kerjaan lain. 
Geerrrrrrrrrrr ... peserta pun tertawa. 

Namun ia lebih condong kepada yang ke tiga, karena menurutnya:

* Sebagai manusia kita punya kontribusi pada apa yang kita lakukan.
"I'm responsible for everything I do." Dari sudut pandang antropologi
hal ini dimungkinkan karena kelalaian kita pada terumbu karang, hutan
bakau, dan lainnya menyebabkan Aceh tidak punya perlindungan alam.
Selain itu juga kita harus selalu mawas diri. Kita harus punya Early
warning system. Kita selalu hidup dengan musuh sehingga kita harus
'sadar' dan dapat mengelola segala sesuatu dengan baik (contoh
penyakit flu).

* Agama is not the big solution, kesalahan fatal kita semua (seluruh
agama) adalah menyatakan agama dapat menjawab seluruh hal. Padahal
tidak seluruhnya dapat kita kembalikan pada Tuhan, contohnya: masa'
kalau sakit ke Tuhan, kalau melahirkan ke Tuhan? Ya sakit dan
melahirkan ya ke dokter, kalau mau bikin jalan masa' ke Tuhan ya
belajar sipil dan bangun jalan  .... Grrrr ... tawa peserta membahana.
Dan tidak seluruh tindakan Tuhan harus kita pahami, ada misteri
tersendiri dengan kehadiran Dia. Manusia hidup dalam misteri dan juga
sibuk untuk membongkar misteri dan ini yang menciptakan ketegangan dan
kreatifitas manusia.  Agama bagi saya is full of passion. Ini
ditunjukkan dengan symbol penghancuran 360 berhala oleh Muhammad, di
sini yang dihancurkan bukan berhalanya tetapi keberagaman agama yang
telah padam apinya. Seperti yang dikatakan Sukarno: "Agama yang sudah
padam apinya tinggal abunya saja, maka agama harus ditinggalkan." Maka
bagi saya pribadi setiap saat akan 'tercipta' agama baru pemaknaan
baru. Hijab yang ada harus kita singkap pelan-pelan, kita harus dapat
memaknai fenomena alam dengan kreatif. 
 
Sebelum beralih ke Maya Safira, Wandy menggarisbawahi kaum fatalistic
yang pasrah pada keadaan dan jika kita tidak dapat mengambil pelajaran
apapun dari kejadian ini sangat sayang sekali. Kita yang selama ini
men'sosok' kan Tuhan, mencoba mempersonifikasi Dia, mungkin benar -
mungkin juga kurang benar, mungkin cara pandang kita salah dan ini
yang menjadikan sikap hidup kita salah? Dengan mengutip BBC tentang
konsepsi kita mengenai Tuhan bisa bermacam-macam (mempersonifikasikan
Dia), Wandy membuat satu bahan renungan buat kita semua. 
 
Maya Safira Muchtar, mengatakan Tragedi Aceh adalah Tragedi Indonesia
dan dunia. Ia mempertanyakan ketika Syariat Islam diberlakukan, apakah
penerapannya yang salah? Atau ada sesuatu yang salah dengan ini semua?
Dengan menyinggung kisah terbunuhnya Hamzah Fanshuri seorang tokoh
besar di Aceh dan juga menyitir surat An-Najm tentang peringatan Allah
akan kesadaran manusia. Ia memulai sessinya. Selanjutnya Maya lebih
menerangkan pada penemuan dr. Masaro Emoto tentang air yang sangat
berkaitan dengan pikiran manusia. Demikian juga dengan alam, karena
hakekatnya alam adalah kekosongan  sehingga keadaan kosong ini akan
merefleksikan pikiran manusia. Contohnya: ketika kita berteriak di
gunung, maka suara itu akan bergema. Jadi alam sebenarnya bisa
merasakan apa yang kita rasakan. Maka sebaiknya kita tidak bertengkar
dan muter-muter melulu di konsep, tetapi juga supaya kita mampu
merasakan Cinta kepada Tuhan. Aceh membutuhkan kelembutan jiwa dan
jika mereka tertutup maka rasa ini tidak akan mampu 'masuk', maka ia
pun meminta Aceh untuk membuka diri dan merasakan Cinta. Do everything
with LOVE and feel it.
 
Sebelum beralih ke sessi diskusi dan sharing, Wandy mencoba menarik
benang merah dari para pembicara kali ini, dikatakannya bahwa : yang
menarik dari semua adalah kita harus mencoba untuk bertanggung jawab
atas segala perbuatan kita karena alam adalah refleksi dari pikiran
kita semua.
 
Dari floor, Inez yang adalah istri Ulil, yang pertama kali sharing
dengan bercerita pengalamannya ikut pengajian di lingkungannya.
Dikatakan bahwa menurut ustadzahnya bencana Aceh adalah murni hukuman
dari Allah karena Aceh menjalankan syariat hanya sekedar kewajiban
saja, dengan mengatakan ia dapat fotocopyan ombak yang bertuliskan
lafadz Allah yang didownload dari internet Dan ia bertanya pada dr.
Sarbini, benarkah perempuan Aceh sudah demikian parah mentalnya,
kabarnya mereka mulai menjajakan diri? Pak Jabar, mengatakan secara
langsung begitu kejadian ia langsung menilai siapa muslim dan siapa
bukan muslim berdasarkan hadits. Ada hadits yang mengatakan bahwa
"kalau satu bagian tubuhmu sakit maka yang lainnya turut merasakan
sakit itu." Di situ langsung terlihat nomor satu yang turun adalah
negara-negara yang kita golongkan kafir, bahkan Arab Saudi dan negara
Islam sekitarnya baru menyumbang setelah "disindir" dan itu pun sangat
sedikit sekali padahal mereka adalah negara kaya yang notabene adalah
negara Islam. Kemudian ia melanjutkan bahwa terjadinya kerusakan di
darat dan laut itu
karena ulah manusia, sehingga Allah Maha Adil dan tidak bisa salah
dalam menjatuhkan hukuman. Menurut ibu mertuanya (yang orang Aceh),
orang Aceh itu degil sih. Lebih lanjut jika ditelaah lebih dalam lagi,
sebenarnya Allah Maha Kasih dan Maha Sayang, seperti proses pemurnian,
itulah yang terjadi. Saat ini Aceh lagi di suling lagi dari H2O untuk
menjadi H2 dan bersatu dengan Sang Khalik, dan ini suatu proses untuk
mencapai kesadaran yang lebih tinggi lagi. Dengan mengutip sebuah ayat
yang kurang lebih artinya: "jika kau sungguh-sungguh ingin mencapai Ku
maka akan kutunjukkan jalan-jalan kepadamu" pak Jabar pun mengakhiri
sharingnya.
 
Sedangkan Sulaiman mengatakan segala sesuatu yang terjadi ada
hikmahnya. Ketika ajal tiba tidak ada sesuatu pun yang dapat
menghalangi Tuhan. Menurutnya Tuhan itu lucu karena dalam salah satu
perkataanNya dalam sebuah ayat dikatakan: "Aku menciptakan manusia
yang penuh dosa." Selain itu Sulaiman juga berpendapat bahwa tragedi
Aceh adalah tragedi untuk kita semua, agaknya kita telah mensalah
pahami Tuhan.
 
Kemudian Wandy mempersilahkan dr. Sarbini untuk menanggapi pertanyaan
yang ditujukan untuknya. Aceh adalah kumpulan dari bangsa-bangsa ada
Arab di situ, Cina, Indonesia dan Hindia di situ. Jadi menurutnya
pemahaman kultur adalah cara yang tepat untuk penyelesaian konflik.
 
Sebelum jeda untuk sholat maghrib Erwin, teman kita dari Lampung pun
urun pendapat. Menurutnya Hamzah Fanshuri mempunyai kontibusi besar
dalam mengangkat bahasa Melayu yang nantinya akan diangkat sebagai
bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu ia juga seorang dengan
pandangan Tauhid Universal yang lebih mengutamaan sifat Ar-Rahman dari
Allah. Apa yang hilang dari budaya Aceh? ... kelembutan dan Tauhid
Universal ini. Aceh harus kembali pada sufisme yang juga dibawa oleh
Syah Kuala. Yang seharusnya menjadi gema pikiran kita adalah Allahu
Akbar ... Yaa Rahman .... Yaa Rahman Setelah itu Erwin pun menyinggung
RUU Kerukunan Umat beragama dan mempertanyakan tentang adanya satu
ayat yang menyatakan darah muslim untuk kaun muslim dan orang non
muslim tidak dapat menjadi donor darah bagi kaum muslim. Erwin
berpendapat: darah sesama manusia hukumnya halal tidak ada label
haram, terkecuali darah anjing misalnya. Ia menilai RUU ini membawa
kemunduran bagi umat Islam contohnya selain donor darah tersebut juga
hukum rajam untuk yang berzinah dengan ketentuan harus ada 2 orang
saksi yang melihat, ini kemunduran besar bagi umat Islam katanya.
Hukum ataupun undang-undang harus dilihat secara lebih dalam lagi
karena jika tidak akan membawa bencana bagi seluruh umat manusia.
 
Sedangkan Nino mengatakan ada banyak hal yang harus dilihat dan sudah
waktunya kita semua harus dapat menerima perbedaan. Karena menurutnya
rumors yang didapat adalah Tsunami terjadi karena perayaan 25 Desember
2004 yang lalu, padahal faktanya tidak seperti itu, dia mengajak kita
semua melihat dan menerima perbedaan yang ada.
 
Ibu kita yang satu ini memang sedikit berbeda, ibu Norma melihat
keberagaman Aceh dari sisi makanan, tarian dan juga budaya.
Disinggungnya bahwa dari hal itu saja kita bisa melihat jaman dulunya
Aceh itu adalah orang-orang yang terbuka dan mampu menerima dan
berasimilasi dengan berbagai orang dengan budaya yang berbeda-beda.
Tetapi mengapa sejak syariat masuk ke bumi rencong ini semua menjadi
kaku dan keras, ia berpendapat sebaiknya kita semua kembali ke
sufistik dan tidak terjebak dalam syariat yang kaku dan keras.
 
Pertanyaan dan sharing terakhir dilontarkan oleh pak Gito yang sejak
selesai break menunggu bapak Ulil. Ia membuka dengan mengatakan yang
hadir dalam diskusi ini berbeda dengan yang lain, jadi pak Ulil
diminta untuk menjawab dengan radikal. Dalam Tuhan pasca Tsunami dalam
harian Kompas yang ditulis Ulil, dikatakan bahwa Tuhan tidak pernah
bisa menjawab tuntas seluruh permasalahan. Agama monoteis 'terlanjur'
menempatkan Tuhan sebagai sosok yang selalu salah. Pertanyaannya:
Apakah perlu mereposisi Tuhan ataukah kita hanya cukup merasakan saja?
 
Pertanyaan ini langsung dijawab Ulil, dikatakan radikal sebenarnya
adalah cara berfikir sampai ke akar ataupun inti masalah dan kita
tidak terbiasa melakukannya. Sehingga ketika menemui orang yang
berfikir sampai ke akar dan berbeda dengan orang yang lain maka
dikatakan radikal dalam pengertian negatif. Menjawab pertanyaan
mengenai reposisi Tuhan, dijawab ya setiap saat kita harus
melakukannya. "Kita harus berani membuka didi akan pemaknaan Tuhan
dari berbagai arah, karena Tuhan itu unlimited," katanya lebih lanjut.
Baginya setiap hari adalah destruktif sekaligus konstruktif sehingga
tiap saat ia menemukan makna baru. Mengutip Iqbal: " ketika manusia
menganggap didi hanya sebagai lempung maka pada saat itu Tuhan mati."
Karena Tuhan itu unlimited, Dia hidup dan Dia adalah nyala pelita yang
bisa menyalakan pelita dalam diri kita. Sehingga bagi saya tidak ada
Islam tetapi yang ada adalah mengIslam secara terus menerus.  Ketika
kita sudah menyatakan Islam berarti sudah mati - Islam is something
outthere seperti paket delivered Mc.Donald sudah ada nama pemesan,
alamatnya tinggal dikirim dan ketika sampai tinggal disajikan dan
dimakan. Islam bukan paket praktis yang mass production dan tinggal
dimakan saja. Baginya Islam yang seperti ini adalah Islam 'kapsul'
yang melupakan racun bagi kita karena kita tidak akan berkembang dan
inilah yang dikatakan Karl Marx agama merupakan candu. Dalam agama
Budha pun dikatakan jika kamu bermeditasi dan menemukan budha dalam
diri maka bunuhlah dia. Esensi yang ditangkap adalah kita harus
'membunuh' ketenangan, kenyamanan, keamanan dan seterusnya, karena ini
akan menghentikan proses kreativ kita. Dikatakan karena baginya Tuhan
unreachable dan sebuah misteri sehingga upaya ini harus dilakukan
secara terus menerus untuk mereposisi Tuhan dan juga kita harus aktif
terus menerus memahami Tuhan dari segala arah. Agama bukan hanya untuk
'berdagang' ataupun yang mempunyai neraca dosa/pahala yang jelas, dan
ini yang terjadi tidak saja dengan Islam tetapi juga dengan Kristen,
Yahudi, Farisi yang disinggung dalam Al-Quran. Sehingga memaknai
fenomena alam dengan kreatif menjadi kunci utama. Islam adalah satu
proses yang terus menerus. 
  
Tuhan meliputi segalanya tidak ada deviasi (tidak ada penyimpangan
dariNya) karena Ia adalah elemen nyata. Deviasi terjadi ketika
kesadaran orang itu turun, merosot dan tidak ada cahaya hati, manusia
menganggap dirinya lempung. Padahal manusia adalah ruh Tuhan, jiwa
Tuhan dan spirit Tuhan sehingga deviasi tidak semestinya terjadi.
Menekankan kembali kisah penghancuran berhala oleh Nabi Muhammad,
dikatakan Rasul menghancurkan yang tidak ada cahaya Tuhan, segala
sesuatu yang tidak memancarkan sinar Tuhan dalam dirinya itu yang
dihancurkan. Karena keberadaan cahaya inilah yang membuka jiwa kita
akan segala sesuatu. Kita ini semua insecure in front of God  sehingga
seharusnya kita beragama dengan sehat tidak ada ambigo dan iman yang
baik adalah iman yang up and down  karena sifat dinamis ini yang
mengantar kita untuk terus menerus berkembang. Kreatifitas membuat
agama sebagai berkah dan agama 'kapsul' adalah racun bagi kita.
Beragama juga sebuah proses dengan keyakinan dan tanyakanlah pada
dirimu dan jawaban yang benar adalah yang keluar dari lubuk hatimu
yang terdalam. Dan agama yang benar seperti Ali Syariati katakan
adalah agama yang terus menerus direvisi itulah agama yang dikehendaki
oleh Tuhan.
 
Dan menjawab Sulaiman, Ulil mengatakan Tuhan bukan 'melucu' tetapi
benar-benar itulah yang diinginkanNya karena dalam salah satu hadits
dikatakan Jika dunia terisi oleh manusia yang taat maka Tuhan akan
menghancurkan dan mengisinya kembali dengan sebagian manusia yang
membangkang dan sebagian lagi taat.
 
Menyinggung yang disampaikan pak Jabar dikatakan kita semua jangan GR
(gede rasa) ketika dalam Al-Quran dibilang agama yang terbaik,
sebenarnya kita harus membuka diri dengan kritikan tidak hanya ekstern
tetapi juga intern artinya kita harus instrospeksi diri seperti halnya
dikatakan jika kaum Yahudi dan Nasrani berbuat sesuatu dan tidak
dibenarkan dalam Al-Quran sebaiknya kita mawas diri juga apakah kita
berlaku demikian. Sehingga jika memahami ini barulah berkah akan
muncul dan agama menjadi berkah bagi kita semua.
 
Beralih ke dr. Sarbini, ia mengatakan jika ada yang melarang transfusi
darah dari yang non muslim orang itu sakit jiwa. Sesuai dengan medical
record apabila donor darah itu golongan dan rhesus serta trombosit dan
lain sebagainya setelah dites cocok untuk pasien maka langsung menjadi
donor tanpa membedakan agamanya. Bukan karena syariah Islam. Kemudian
ia pun menerangkan bahwa di jaman Sultan Iskandar Muda berkuasa ada 2
mufti besar yaitu Hamzah Fanshuri dan Nurruddin Ar Raniri yang
berpengaruh. Hamzah adalah sufi sedangkan Ar Raniri ahli fiqh, dan
karena politik maka Ar Raniri memfitnah Hamzah hingga jatuhlah
perintah Sultan untuk membunuh.  Dari sini kemudian jaman Belanda Ule
Balang dibunuh karena ulama, DOM, Gam sehingga rasa percaya diri
perlahan surut dan kecurigaan meninggi. Sampai dengan sekarang konflik
yang terjadi sudah pasti mempengaruhi genetik rakyat Aceh. Padahal
asalnya budaya Aceh adalah budaya pantai yang terbuka dengan siapa
saja. Contohnya di Pakoman antara Cina yang Budhis dan rakyat Aceh
yang muslim semuanya rukun. Entah darimana ketertutupan ini muncul.
Oleh karena itu ia pun menghimbau rakyat Aceh untuk terbuka dan
instrospeksi diri karena pembangunan harus segera dilakukan tidak saja
secara fisik tetapi menyeluruh. Tsunami yang terjadi adalah upaya
rekonstruksi ulang untuk rakyat Aceh.
 
Sebelum menutup acara diskusi ini, Wandy mengungkapkan memang refleksi
tidak pernah seragam, tetapi bagaimana cara kita melihat Aceh dan
merefleksi ke dalam diri, intinya adalah ke dalam diri itu yang
diperlukan.
 
Sambil menghangatkan suasana Guruji berkata jika test DNA dilakukan
pasti Mahathir, Sarbini, Benazir dari genetik yang sama, dan beliaupun
setuju dengan pendapat Ulil, Islam is on going process. "Jangan
sekali-kali menyatakan dirimu sebagai muslim biarlah Allah Ta Alla
yang menyatakan bahwa kamu adalah seorang muslim."
 
Sumbangan Islam yang terbesar adalah runtuhnya sekat antara manusia
dan Tuhan. Hubungan kita dan Tuhan adalah direct dan inilah Ijtihad
terbesar nabi Muhammad. Ini dilambangkan dengan mesjid yang lapang dan
siapapun bisa masuk berbeda dengan candi misalnya.  Sehingga sangat
disayangkan apabila kita tidak berijtihad padahal menurut Al-Quran
dikatakan Nasrani dan Yahudi itu musyrik karena mereka mempercayai
imam-imam mereka secara membabi buta. Kritikan itu sebenarnya bukan
ditujukan pada dua golongan di atas melainkan juga kepada kita semua.
 
Syariat Islam sebenarnya sangat dinamis dan fiqh sangat membingungkan
maka segala sesuatu diseragamkan dan dibekukan. Kita semua terjebak
dan terbuai oleh luarannya saja dan tidak pernah bisa menghujam
langsung ke akar, begitu juga dengan sholat kita baru badannya saja
tetapi jiwanya tidak. Ketika nabi Muhammad mendapat wahyu pertama, ia
bukan seorang yang buta huruf dan bibi Khadijah tidak salah
memilihnya. Ia seorang yang cerdas dan bibi Khadijah mendukungnya
dengan membawa ke pamannya yang seorang pendeta dikatakan Muhammad
adalah nabi. Perintah untuk 'membaca' atau Iqro sebenarnya adalah
membaca ayat-ayat Allah yang bertebaran di alam semesta. Dan jika kita
tidak dapat membaca ayat Allah melalui Tsunami Aceh ini maka secara
terus menerus Tuhan akan mengirimkan ayat-ayatNya sampai kita dapat
membacanya.
 
Sehingga seharusnya kita menggali kembali budaya asal kita, Indonesia
membutuhkan kelembutan karena inilah sifat dasar kita. Jika kita mau
merubah jiwa kita maka Al-Quran berisikan keindahan yang bermakna
universal.  Beliaupun mengakhiri dengan tawaran untuk program pasca
Tsunami, program untuk PTSD. Dikatakan kita semua harus berani
berijtihad, harus bekerja sekarang. Yoga terbukti mampu
mendetoksifikasi otak dan program ini ditawarkan untuk membantu tanpa
membawa bendera apapun. Acara pun berakhir dengan lagu dan bingkisan
dari Anand Ashram untuk para pembicara.
 
Laporan oleh The Torchbearers
http://www.anandkrishna.org









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Liputan Diskusi Mahasiswa Bulanan The Torchbearers-Anand Ashram