[nasional_list] Re: [ppiindia] Kesulitan Papua, pak YK

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 20 Sep 2006 00:07:14 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Mengenai pendidikan di Papua ada 
masalah, yaitu misalnya  banyak sekolah 
dasar dan memengah  yang diasuh oleh gereja di pedalaman dataran tinggi 
Papua  ditutup, karena tidak ada  biaya sekolah untuk membayar gaji-gaji 
para guru dan berbagai ongkos.  Biasanya sebahagian besar biaya disumbangkan 
dari negeri Belanda, tetap karena  pemerintah Indonesia telah melarang 
gereja untuk menerima bantuan keuangan dari sana.



----- Original Message ----- 
From: "aris solikhah" <fm_solihah@xxxxxxxxx>
To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Tuesday, September 19, 2006 9:44 AM
Subject: Re: [ppiindia] Kesulitan Papua, pak YK


> Main ke Papua? Tentu saja mau.. tapi siapa yang mensponsori saya? biaya 
> hidup disana mahal bukan? Transportasi antar daerah menjadi kendala. SMU 
> adek itu saya lupa?
>
>  Sekolah gratis yang berada di atas bukit dan kalau sedang bersekolah dia 
> bisa melihat perbedaan warna air laut dibawahnya (sangking indahnya).
>
>
>  Terima kasih atas diskusi ini. Akhirnya dari diskusi mas Yohannis, saya 
> memahami kesulitan teman-teman IPB saat mau membantu kerawanan pangan di 
> Yakohimo. Saya dulu tak habis berpikir, kenapa hanya berhenti pada skala 
> kebun percontohan saja.
>
>  Menurut sebuah diskusi, IPB telah berbuat sesuatu tapi saya berkata dalam 
> hati malu juga sih, Apa yang dilakukan IPB? ko nggak berhasil atau tak ada 
> imbasnya. Padahal katanya IPB telah pernah membantu dengan cara budidaya 
> berbagai jenis ubi dan teknologi pembuatan produk pangan (cake, bolu, 
> brownies, sereal dll) dari ubi, jauh bahkan sebelum kasus Yakohimo.
>
>  Oh ya, kini departemen Teknologi pangan sedang mengembangkan formula 
> tepung ubi jalar. Dulu waktu bantu teman penelitian buatnya sulit, 100 kg 
> ubi hanya jadi 20 kg pati dan terjadi browning (pencoklatan), jelek 
> mutunya. Kini ada metode lain, namun masih belum sempurna. Bogasari flour 
> kayaknya sedari dulu menunggu hasilnya ..
>
>  Cara efektif menangani krisis di Papua sekarang memang memberi bahan baku 
> langsung. Tapi kan tak bisa terus-terusan begitu. Rekan-rekan papua harus 
> mandiri untuk melakukan budidaya biar survive. Mengandalkan hasil alam pun 
> juga sulit, makin hari, jumlah pangan di alam berkurang apalagi kalau 
> kemarau.CMIIW
>
>   Instansi kita pernah disalahkan, ko tidak segera membantu.
>
>   Begitu pula kata media masa, pemerintah lambat membantu.  Kuncinya putra 
> daerah sendiri yang melakukan edukasi dan perubahan. Yang lain bekerja 
> dibelakang layar, mendukung dan mendorong. Denger2 dari Mentan ada proyek 
> swasembada gula di sana? semoga saja berhasil.
>
>  salam,
>  aris
>
>
>  Yohanis Komboi <ykomboi@xxxxxxxxx> wrote:
>  On 9/19/06, aris solikhah wrote:
>
> Iya terima kasih-terima kasih atas pencerahan matoa-nya. Kenapa saya harus
> pergi jauh-jauh. Pada akhirnya, seorang mahasiswi baru asal Jayapura
> menunjukkan di depan fakultas kehutanan IPB ada pohon matoa (ada 2 pohon
> yang baru bisa diidentifikasikan). Sedang berbuah lagi, tapi masih hijau.
> Ada yang mau membantu metik nanti sebelum diserobot codot (kelelewar 
> buah)?
> ^_^
>
> yk: Sudah kukatakan bukan kalau di lingkungan IPB ada pohon matoa? Lbh
> banyak lagi di sekitar CIFOR.
>
> Tapi tidak tahu jenis kelapa atau pepela (bener nggak), yang jenis kelapa
> katanya sangat manis dan tak bisa dikatakan dengan kata-kata. Satu kilo Rp
> 40 ribu, kenapa tak coba budidaya ya dan mengekspor, ini ide yang cerdas.
>
> yk: 'Investment - investasi', untuk orang Papua kebanyakan yg hidup 
> dimanja
> alam kata ini kurang bermakna. Dulu pernah ada proyek percontohan 
> pertanian
> di daerah Wamena yg dimotori oleh BPPT dan LIPI yg dikomandoi oleh bu 
> Astrid
> Soesanto dr BAPPENAS. Proyek ini bisa dibilang 'sukses'. Lelah dng 
> berbagai
> usaha meningkatkan ketrampilan masyarakat sekitar karena rendahnya animo,
> akhirnya peneliti LIPI dan BPPT memutuskan untuk memfokuskan diri ke kebun
> percobaannya tanpa repotrepot melibatkan masyarakat. Tanaman tumbuh subur
> dan nampak banyak hasilnya. Tapi hasil panen ternyata sangat sedikit,
> terlalu sedikit untuk volume yg terlihat sebelumnya. Apa yg terjadi?
>
> Selang sebulanan peneliti gabungan itu menemukan banyak ladangladang baru 
> yg
> tampak tumbuh subur dng tanaman dr varietas unggulan spt yg awalnya 
> ditanam
> di kebun percobaan. Rupanya hasil panen kebun percobaan itu tlh dijarah
> terlebih dulu oleh masyarakat sekitar, menjadikannya sbg bibit dan
> menanamnya... heheheh... baik-buruk memang relatif. Sampai di titik ini
> ternyata semua oke saja. Sayangnya semangat tanam itu tdk bertahan lama
> karena kehabisan bibit utk tanam berikutnya. Menyimpan panen untuk 
> dijadikan
> bibit, apalagi untuk tanaman asing rupanya belum membudaya.
>
> Dia juga menceritakan di rumah asalnya ada buah matoa, tapi jauh nian ya.
> Dan dia juga cerita masalah perang antar suku, iyah masalah kehormatan dan
> anggaplah ego nya tinggi. Tapi kalau sudah disentuh hidayah dan dibina 
> baik,
> penduduk papua itu cerdas-cerdas dan berkarakter kuat. Yah mendengarnya,
> saya membayangkan suku Khajraj dan Aus yang tinggal di Madinah, bawaannya
> perang suku melulu. Bahkan hanya karena sapi yang terbunuh saja mereka
> bunuh-bunuhan, tapi kebanyakan karena provokasi Yahudi di Madinah.
>
> yk: Sesuai fithrah manusia dibekali kecerdasan. Tapi proses learning,
> spt halnya pembangunan, sangatlah path dependent untuk bisa mencapai 
> dampak.
> Bbrp perkecualian tentu ada, spt bbrp genius Papua yg bergabung dalam 
> 'Papua
> Frontiers' tapi itu saja tdk cukup. Ttg 'software' mbak Aris, pribadi saya
> lbh suka melihat orang Papua kembali ke system of belief asli mrk....
> betapapun naifnya system itu di mata Anda. Paling tidak agama tradisional
> ini tidak melahirkan dichotomy di kepala manusiamanusia sederhana itu.
>
> Tapi ketika di sentuh ISlam yang dibawa MUsha'b bin Umair.. mereka menjadi
> kompak, hebat dan pahlawan tangguh. Maaf lho ya mas Yohannis..., but saya
> bisa melihat karakter itu ketika studi banding dosen UNIPA dan mahasiswa
> Uncen yang berkunjung ke sini. ^_^.
>
> yk: Kalau ada waktu berkunjunglah. Biar lebih tahu kondisi riil.
>
> Pada akhirnya seorang adek mahasiswa baru asal jayapura itu mengeluhkan
> ketidakbolehan pakai kerudung di sekolah SMU Jayapuranya. Dia cerita ubi
> yang dibakar di batu panas.
>
> yk: Dia dari Jayapura? SMU brp? Terusterang saya tdk percaya ada aturan 
> spt
> itu di SMUN. Tentu saja mslhnya jadi lain kalau dia belajar di sekolah
> kristen.
>
> Jadi saya kira itu juga tidak perlu dirubah teknologi ini, bila ternyata
> kandungan gizinya malah masih bagus daripada dikukus.
>
> yk: Tentang Barapen - ini istilah utk masak ala bakar batu itu. Di Jepang,
> masak bakar batu dipromosikan utk memberikan flavor exotic di resortresort
> dan daerah camping. Tentu saja ditambahi info lebih sehat dll. Kalau di
> Jepang semua materi dipersiapkan dng detil dan hygienis, di Papua kurang
> begitu. Ya, aspek ini dan estetik sj lagi yg perlu diperbaiki.
>
> Dia ketawa ketika saya tanya mengenai RUU APP, karena dia bilang yang
> memakai koteka itu sekarang sangat sedikit, daerah yang sangat pedalaman.
> Malah dia dkk pun ikut mendukung aksi RUU APP. Beda dengan media masa ya?
>
> yk: Ya dan tidak. Kalau mhs Anda itu hanya berkutat di seputar Jayapura
> saja, mungkin itu picture Jayapura di kepala dia. Coba dia mau sedikit ke
> luar ke arah barat atau barat daya, ke kantongkantong hunian migrant dari
> gunung tentu gambaran itu akan sangat lain. Koteka di sana dijadikan 
> sumber
> identitas. Bahkan adikadik yg kuliah di Jkt, Yogya pun akan dng ringan 
> hati
> melepaskan pakaiannya dan ganti mengenakan koteka saat kembali ke kampung.
> Kita melihat hal ini dr perspective berbeda mbak. Koteka has absolutely
> nothing to do dng sex atau sexuality. Dia cuma pakaian lain yg lagi naik
> pamor sbg identitas pemberontakan, shg kurang tepat memaknainya sbg act of
> obscenity.
>
> Toh dalam pandangan saya memakai busana muslim (bukan pengaturan busana di
> RUU APP ya) itu kan hanya diwajibkan muslim. Kalau soal pakaian, 
> perkawinan,
> ibadah, makan dan minum semua diserahkan bagaimana masing-masing agama
> mengaturnya. ^_^ Sorry...jadi cerita panjang lebar, tapi memang disana
> banyak kenekaragaman hayati. Paling bagus produk pertaniannya kata dia di
> Wamena. CMIIW. Dia juga ketawa soal rumbia buat busana muslim ^_^
>
> yk: Anda mengatakan halhal yg benar, tapi realita sering tdk sebenar itu.
> Ramadan sebentar lagi (selamat berpuasa ya). Dan kita akan memperoleh
> tayangan lengkap ttg realita.
>
> Tanah Wamena termasuk subur, tapi kurang cocok untuk pertanian 
> besarbesaran
> krn masalah kemiringan lahan yg menyulitkan pertanian/perkebunan intensif.
> Ini akan lbh bermasalah lagi saat nanti tekanan demografi lbh besar.
> Karenanya skrngpun sdh bisa kita hitung kapan kirakira akan ada konflik 
> krn
> resource scarcity.
>
> Dia juga cerita soal lobi-lobi, kalau ini mah saya sudah mencicipi. Asem
> banget yah, tapi asyik kalau buat rujak he he he.
>
> yk: Wah... langsung mulai berliur nih...
>
> 'lam,
>
> yk
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> The great job makes a great man
>  pustaka tani
>  nuraulia
>
>
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> -- 
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG Free Edition.
> Version: 7.1.405 / Virus Database: 268.12.5/450 - Release Date: 9/18/2006
> 



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] Re: [ppiindia] Kesulitan Papua, pak YK