** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **JAMBI EXPRESS Thursday, 31 August 2006 Inovasi dan Inisiatif Dalam Pendidikan Oleh Amirul Mukminin, S.Pd, M.Sc.Ed Pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan di sana-sini, mulai dari pergantian menteri, UU Pendidikan, UU Guru dan Dosen, pergantian berbagai kurikulum sampai kenaikan gaji guru PNS. Namun, perubahan ini belum diikuti perubahan yang memberikan keleluasaan dalam berinovasi dan berinisiatif bagi pelaku pendidikan, khususnya guru dan dosen. Perubahan yang tampak hanya terjadi berkaitan dengan penggantian menteri pendidikan dan sebatas perubahan materi pendidikan, bukan sistem pendidikan itu sendiri. Fakta ini bisa kita lihat pada hubungan pemerintah-lembaga pendidikan, Diknas-Kepala sekolah dan guru-murid, rektor-dekan, dekan-dosen, dekan-ketua jurusan, dan dosen-mahasiswa yang menganut "Higher Power Distance". Dimana semua jurusan dan keputusan harus berasal dari atasan atau orang yang memiliki posisi lebih tinggi dan sering kali tidak memperhatikan posisi bawahan. Misalnya, seorang guru atau seorang dosen yang hendak melanjutkan pendidikan lebih banyak berjuang dan sibuk dalam hal mengurusi surat-surat yang berhubungan dengan izin belajar di kantornya sehingga waktu pendaftaran akan habis sebelum proses lamaran terjadi. Seharusnya ini tidak perlu terjadi lagi. Kondisi seperti ini bukan hanya menghalangi dan menghambat kemajuan serta percepatan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan, tetapi juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi yang sampai saat ini belum terlihat perubahan yang berarti dalam hal inovasi dan inisiatif. Kering Inovasi Hofstede seorang ahli psikologi industri pada 1991 melakukan penelitian selama enam tahun tentang perbedaan budaya di 40 negara salah satunya di Thailand sebagai anggota Asean. Menurut Hofstede, Thailand sangat menganut "High Power Distance". Dimana keputusan harus selalu dibuat oleh yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan seringkali diikuti tekanan seperti hubungan kepala dinas dengan kepala sekolah, guru dengan murid dan kepala sekolah dengan guru. Selain itu, senioritas masih dipegang teguh oleh Thailand dalam dunia pendidikan. Kondisi Thailand, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, sampai hari ini kita masih menganut apa yang ada di Thailand. Dalam dunia pendidikan kita, inovasi dan inisiatif serta kreativitas sangat sulit dilakukan secara individu. Sangat mustahil seseorang bergerak tanpa ada keputusan dari pihak yang memiliki posisi lebih tinggi. Misalnya, ketika seorang guru ingin mengikuti lomba karya ilmiah atau inovasi teknologi dalam mengajar. Yang pertama harus dia urusi adalah "izin dan persetujuan" atasan. Ini tentu sangat lucu dan memalukan. Orang mau maju, kok malah dipersulit dengan berbagai alasan ini dan itu. Ini sangat ironis dengan UU Guru dan Dosen yang mengagung-agungkan profesionalisme guru dan dosen. Contoh lainnya, di Negara-negara seperti Norwegia, Finlandia, Belanda, Swedia dan Jerman orang yang berkarya dan bekerja di perguruan tinggi minimal bergelar doktor atau professor. Artinya, perguruan tinggi disana, sangat susah menemui dosen atau peneliti bergelar S1 atau Master. Namun, di Indonesia jangankan untuk bergelar doktor atau professor, mau melamar sekolah saja sulitnya minta ampun. Padahal, sekolahnya dibiayai pihak lain. Dan lagi-lagi mempersulit adalah karena sistem "Higher Power Distance". Collectivism dan Senioritas Kita juga menganut paham "Collectivism" dimana segala sesuatu harus dilakukan secara bersama-sama dan semua keputusan harus dilakukan atas persetujuan bersama pula sehingga risiko yang akan dihadapi akan ditanggung bersama. Dalam pendidikan kita, sifat individualitik sangat tidak didukung. Hal ini sangat memungkinkan sebuah inovasi dan inisiatif akan memakan waktu yang lama dalam prosesnya dan mungkin pudar sebelum menjadi sebuah projek karena sulitnya mencari kata setuju diantara anggota kelompok. Padahal, inovasi akan muncul dari individu-individu yang memang memiliki bakat untuk maju secara sendiri-sendiri sehingga hasilnya bias digunakan secara bersama-sama. Dan parahnya, senioritas masih sangat dijunjung tinggi di dalam dunia pendidikan kita. Kita memang diharuskan mendukung ungkapan bahwa "yang lebih tua lebih berpengalaman dalam berinovasi dan berkreasi. Serta pendidikan kita juga selalu mengutamakan yang lebih senior dan yang memiliki posisi lebih tinggi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan diluar seperti seminar, workshop, lokakarya, bahkan studi lanjutpun harus senior kalau perlu lebih dahulu. Bahkan atas nama kebersamaan dan senioritas seringkali mengangkat dan memilih orang tidak tepat serta kering inovasi untuk menduduki jabatan tertentu. Memang di dalam dunia pendidikan menjunjung tinggi hubungan sosial dan kebersamaan, mempertahankan harmonisasi dalam kelompok dan mencegah konflik sangat dibutuhkan agar tujuan yang telah disepakati bias dicapai. Akan tetapi, jangan sampai inovasi, kreativitas dan inisiatif untuk kemajuan sebuah lembaga terhambat oleh hal tersebut diatas. Kalau ini terjadi maka sampai kapanpun, pendidikan kita akan tetap mengalami kekeringan dalam berinovasi. (From where does man's weakness come? From the inequality between his strength and his desires). Penulis adalah Dosen FKIP UNJA dan Stuned Ambassador, Alumnus IFP-Ford Foundation di Maastricht University dan Rijksuniversiteit Groningen, The Netherlands [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **