[nasional_list] [ppiindia] Generasi yang Hilang

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 24 Jul 2006 23:27:09 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **RIAU POS



      Generasi yang Hilang        


      Senin, 24 Juli 2006  
      Sebuah undangan untuk memperingati Hari Anak Nasional 2006 pada 23 Juli 
2006  disampaikan kepada saya. Terbayanglah saya laporan dari  WHO mengenai 
nasib anak-anak Indonesia yang rundung berbagai malang mulai dari tsunami di 
Aceh sampai dengan tsunami di Pangandaran, dimana lebih dari tiga juta 
anak-anak kekurangan asam amino triptopan. Sedangkan yang dimaksud dengan asam 
amino ini adalah komponen dari protein dan ada 10 asam amino yang tak dapat 
dibentuk oleh tubuh tapi diperlukan oleh tubuh antara lain adalah triptopan. 
Apa kegunaan triptopan ini? Triptopan adalah asam amino yang diperlukan oleh 
otak anak-anak sehingga kincir-kincir otak dapat memegang peranan penting dalam 
proses berpikir. Kebanyakan ahli-ahli berpendapat  bahwa perkembangan kejiwaan 
anak dari mulai lahir sampai usia tujuh tahun. Itulah yang menentukan  
kehidupan anak ini kelak dalam menggunakan akal sehat. Nah, kekurangan 
triptopan menyebabkan otak tak dapat lagi memutar akal sehat. Dengan demikian 
 sisa sesudah anak hidup pada usia selanjutnya, plong. 

      Bagaimana di Riau? Ternyata melebihi angka nasional. Ambillah misalnya di 
Pekanbaru. Walaupun menjadi perdebatan tetapi tiba-tiba muncul angka Kelompok 
Sosial Masyarakat (KSM) Tunas Bangsa menyatakan Riau gizi buruk nomor satu di 
Indonesia. Walaupun menjadi perdebatan tapi angka yang ditemukan oleh Kadiskes 
Riau sangat mengejutkan yakni 12,7 persen. Dan Kadiskes Riau terkejut, 
maklumlah baru menjabat beberapa pekan. Riau Pos pun (19/7) menulis, "Riau 
peringkat teratas gizi buruk." Data yang terdapat di Departemen Kesehatan RI, 
Provinsi Riau dinyatakan sebagai provinsi peringkat pertama ditemukan kasus 
gizi buruk secara nasional. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Pusat Kelompok 
Sosial Masyarakat (KSM) Tunas Bangsa, Endang Asgustini Syarwan Hamid, saat 
kegiatan Trainning of Trainer (ToT) relawan balita penderita Kekurangan Energi 
Protein (KEP) di Hotel Aryaduta. Terpuruknya Riau memang luar biasa. Dari 18 
provinsi, Riau berada di peringkat  teratas ditemukan kasus balita pen
 derita gizi buruk". Apa kata koran ini lagi? "Untuk wilayah Pulau Jawa, 
tertinggi kasus balita gizi buruk ditemukan di Jawa Timur, sementara luar pulau 
Jawa, tertinggi ditemukan di Riau. Dikatakan pula secara nasional angka balita 
penderita gizi buruk berkisar antara 20-40 persen di masing-masing provinsi. 
Menanggapi temuan gizi buruk Riau tertinggi secara nasional ini, Kepala Dinas 
Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau  dr Taswin Jacob dalam kesempatan sama mengaku 
cukup kaget". Walaupun terjadi silang pendapat antara Kelompok Sosial 
Masyarakat (KSM) Tunas Bangsa Wilayah Riau sementara data di Diskes Riau 12,7 
persen. Pendapat ini dibantah pula oleh Diskes Riau, dr Taswin Jacob. Namun 
angka-angka yang dikeluarkan badan internasional seperti WHO, UNICEF dan UNDP 
angka-angka mereka  tetap mengkhawatirkan akan terjadinya The lost generation 
(generasi yang akan hilang di Indonesia). Angka-angka ini sejajar  dengan angka 
pengangguran telanjang (tidak bekerja sama sekali) lebih dari 1
 0,4 juta, sementara angka pengangguran dengan hanya dua jam kerja 48,2 juta 
maka prediksi WHO pun memperkirakan 3 juta dari Balita di Indonesia kekurangan 
asam amino triptopan. Untunglah asam amino ini ada pada beras. Nah, kalau 
diganti dengan jagung dan ubi dimana protein kebih kecil dari satu persen, 
alamat gembung dan bebal. 

      Bencana alam dan kekeringan yang terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa 
Barat, Banten, Lampung, Aceh dan terus keberbagai daerah di Timur Indonesia 
makin  memperbesar angka kekurangan triptopan yang diperlukan untuk berpikir 
lebih dari 3 juta balita. Dari mana kita harus memulai? Inilah yang tak dapat 
jawaban selama birokrasi pemerintahan berbelit-belit dan tak dapat diadakan 
suatu penilaian. Di Sumatera Barat beberapa tahun yang lalu ketika Padang 
Express mengundang saya ke daerah Padang Panjang dimana didapatinya gizi buruk 
pada balita, saya melihat tidak terdapat korelasi antara bentuk rumah dan 
perhiasan keluarga dengan gizi buruk. Artinya gizi baik sangat memerlukan suatu 
pengetahuan dasar kapan seorang anak harus dipisahkan dari susu ibu (kini 
Depkes menganjurkan sampai dua tahun) sementara diberbagai negara maju di 
Amerika Serikat misalnya sangat sedikit ibu-ibu yang menyusui anaknya. Itulah 
sebabnya WHO menganjurkan pada negara yang sedang berkembang sebaiknya
  menyapih susu pada usia dua tahun.

      Gizi Buruk dan Pendidikan
      Gizi buruk sebagai hantu yang menahan kepintaran anak-anak (IQ). 
Pengalaman di Ethiopia  gizi buruk yang terjadi pada tahun 60-an sampai 30 
tahun kemudian badan-badan pendidikan dunia masih tetap meresahkan dengan 
berbagai masalah-masalah sosial bahkan lebih sulit diatasi dari masalah-masalah 
akibat perang. Perang Dunia I dan Perang Dunia II hanyalah sekilas lalu yang 
menyebabkan terjadinya masalah-masalah sosial. Akan tetapi sulit bagi 
badan-badan dunia untuk mengatasi gizi buruk yang terjadi akibat 
kering-kerontangnya tanah. Pengetahuan selanjutnya terjadi bahwa gizi buruk 
disebabkan oleh karena tidak cukupnya gizi yang diberikan terutama dikala 
pertanian tak lagi menjanjikan karena musim kering yang berkepanjangan seperti 
sekarang ini yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Gizi buruk juga 
terjadi pada makanan yang cukup tapi pada kualitas protein yang buruk. Di 
berbagai tempat di Asia Selatan kekurangan vitamin B1 yang ditemukan Eykman 
terjadi akibat penggunaa
 n mesin giling pada padi yang lebih dikenal dengan beri-beri. Dalam keadaan 
ini maka berat badan bukannya berkurang, tapi bertambah sebagaimana dikatakan 
oleh Kasubdin Yankes dan Gizi Diskes Riau, drg Burhanudian MM sehingga berat 
badan yang ditimbang di Posyandu  tidaklah dapat digunakan dengan sebagai 
kriteria gizi baik karena gemuknya gedempong. Lepas dari betul atau tidaknya 
angka yang dikeluarkan oleh Kelompok Sosial Masyarakat (KSM) Tunas Bangsa 
Wilayah Riau, angka yang dikeluarkan Diskes Riau 12,7 persen apalagi angka yang 
dikeluarkan oleh Burhanuddin. Saya dengan mata kepala sendiri melihat gizi 
buruk ini terjadi pada kelompok masyarakat Meranti Pandak bahkan saya melihat 
kuburan tiga anak di Duri akibat makan ubi manggalo. Bila angka ini diajukan 
kepada WHO maka masalahnya kini  bukannya hanya kekurangan gizi, akan tetapi 
sebuah generasi yang hilang akibat dari ekonomi yang makin terpuruk, cuaca yang 
tidak menentu baik banjir maupun kekeringan, last but not least ke
 pada pengetahuan keluarga akan pentingnya gizi bagi balita  karena pada momen 
inilah yang menentukan nasib yang ditempuh oleh anak pada masa depannya. Ini 
adalah merupakan tanggung jawab masyarakat, tanggung jawab pemerintah dan 
marilah kita berhenti menjadi pemimpin yang sasau, pemimpin yang suka pamer dan 
yang sok mercusuar. Saya teringat pengalaman saya 50 tahun yang lalu ketika 
berkunjung dengan ayah saya ke rumah Mak Uniang di Limbukan. Diapun berkata 
"Rab,  baalah caronyo ko, lumbuang panuah, manuai saketek lai, dimana ka 
dilatakkan bareh (Rab, bagaimana caranya, lumbung padi masih penuh sedangkan 
panen sudah dekat)". Lima puluh tahun berikutnya saya datang ke Mak Uniang 
"Tab, baa caronyo ko, lumbuang lah kosong, manuai lamo lai" (Tab, bagaimana 
caranya, lumbung padi kosong sedangkan panen masih lama). Hanya 50 tahun 
terjadinya kontradiktif dari pangan yang berkecukupan menjadi pangan yang serba 
kekurangan.

      Semoga timbul kesadaran kita bahwa masalah yang utama dari bangsa ini 
bukannya PON, yang menjadi masalah kita sekarang ini hilangnya sebuah generasi 
(The lost generation). Dalam keadaan beginilah kita memperingati Hari Anak 
Nasional.***


      Prof  dr Tabrani Rab, Rektor Rak University. 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Generasi yang Hilang