[nasional_list] [ppiindia] Formalin dan Peta Ketahanan Ekonomi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 15 Jan 2006 01:58:43 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=132718


            Formalin dan Peta Ketahanan Ekonomi
            Oleh Geger Riyanto 



            Sabtu, 14 Januari 2006
            Para pelaku usahababak belur dihajar rangkaian hantaman ekonomi 
tahun lalu. Di bulan Oktober 2005, masyarakat usaha dicengangkan oleh kenaikan 
harga BBM (bahan bakar minyak) yang mencapai dua kali lipat. Pada bulan yang 
sama pula, tingkat inflasi mencapai angka 8,7%. Akibat gejolak tinggi inflasi 
yang sesaat dan bertahan tersebut, tahun 2005 ditutup dengan angka akumulasi 
inflasi tahunan 17,11%, di mana sektor yang memegang andil terbesar adalah 
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yakni sebesar 3,89%. 

            Pada titik inilah, para pengusaha dari berbagai skala (mikro hingga 
makro) menjadi gamang. Bahan bakar yang merupakan darah yang mengaliri setiap 
sendi-sendi usaha sektor riil, mendadak menjadi barang ekonomi yang semakin 
"sombong" seiring dengan kenaikan harga komoditas-komoditas vital lainnya. 

            Kekalutan menghadapi kemacetan produksi yang membentang di hadapan, 
memaksa para pengusaha memutar otak habis-habisan. Bagi mereka yang 
berkecimpung di seputar usaha pangan, alhasil ditemukanlah formalin sebagai 
alternatif pengawet makanan hasil produk mereka. 

            Zat yang bernama ilmiah larutan formadelhida (HCHO) ini biasanya 
dipergunakan sebagai bahan pengawet mayat. Apabila zat ini masuk ke dalam tubuh 
(melalui makanan) dengan dosis yang tinggi, akan menyebabkan kanker, gagal 
ginjal, lever, limpa dan merusak jaringan tubuh. 

            Sejumlah dasar hukum telah ditata untuk melarang penggunaan 
formalin ini secara sembarangan, yakni UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 
8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Kesehatan No 
1168/Menkes/PER/X/1999 yang melarang penggunaan formalin dalam makanan. Namun, 
betapa menggiurkan keuntungan ekonomis yang ditawarkan dari penggunaan 
(penyalahgunaan) formalin ini hingga berkecamuklah dorongan homo economicus 
terhadap sang pelaku ekonomi. 

            Menurut seorang pedagang ayam di Tangerang (Banten), daging ayam 
dapat bertahan (tidak membusuk) setelah dipotong dalam tempo 12 jam apabila 
direndam dalam formalin, sementara biasanya hanya dalam selang waktu 6 jam 
daging ayam sudah mengalami pembusukan. Bayangkan, keuntungan yang mungkin 
diraih dengan komoditas yang lebih awet dua kali lipat. Setidaknya hasil yang 
diperoleh sang pedagang sudah impas dengan biaya yang habis untuk menanggung 
beban ekonomi akibat kenaikan bahan bakar dan gas. 

            Di Kabupaten Lamongan, pantai utara Jawa Timur, ada sebuah kisah 
lain tentang bagaimana larutan kimia tersebut menyelamatkan nyawa ekonomi 
kalangan nelayan di tempat itu. Modal utama nelayan dalam produksi, yakni solar 
dan balok es mengalami peningkatan harga yang signifikan. Harga solar meningkat 
dari Rp 2.100 per liter menjadi Rp 4.300 per liter dan harga es balok yang 
dipergunakan untuk mengawetkan ikan meningkat dari Rp 4.500 per balok menjadi 
Rp 7.500 per balok. 

            Lonjakan harga barang-barang penyangga usaha nelayan ini membuat 
kalkulasi kebutuhan mereka membengkak luar biasa. Sekali melaut (selama 14 
hari) mereka membutuhkan biaya sekitar Rp 16 juta hingga Rp 23 juta. Padahal 
sebelum kenaikan harga BBM, biaya yang dikeluarkan sekitar setengahnya saja, 
yakni Rp 9 juta. 

            Demi keberlangsungan napas usaha bahari itu, maka masuklah formalin 
sebagai modal produksi, menggantikan balok es. Penggunaan formalin memangkas 
biaya operasional secara tidak tanggung-tanggung. Apabila biasanya untuk dua 
pekan biaya yang diperlukan untuk mengawetkan ikan Rp 5,25 juta atau setara 
dengan harga 700 balok es, sedangkan dengan formalin cukup Rp 7.000 atau setara 
dengan satu liter formalin. 

            Apa yang mengilhami nelayan-nelayan di tanah Lamongan turut 
mengilhami masyarakat usaha rumah tangga di Tanah Air, sehingga solusi 
penggunaan formalin ini merebak dengan cepat di kalangan pedagang tahu, mie 
basah, ikan asin dan lainnya. Berdasarkan laporan dari hasil penelitian BPPT 
(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), sekitar 62% produk tahu yang dijual 
di pasar tradisional mengandung bahan formalin. Sementara sekitar 16% produk 
tahu yang beredar di swalayan mengandung zat pengawet mayat ini. 

            Kerapuhan Ekonomi


            Ironis! Kini, ketika berita tentang penggunaan formalin yang 
dianggap sebagai "barang ekonomis" ini merebak di media massa, BPOM (Balai 
Pengawasan Obat dan Makanan) melaporkan bahwa nyawa 8 juta usaha mikro, kecil 
dan menengah (UMKM) di Tanah Air berada di ujung tanduk. Dari dua sisi yang 
berbeda, pemerintah telah menyalahi kodrat sebagai penjaga ketahanan rakyatnya. 

            Pertama, BPOM sebagai instrumen (perpanjangan tangan) pemerintah 
gagal dalam melindungi pasar dari produk yang mengancam kesehatan masyarakat. 
Prosedur-prosedur seperti perizinan, pendaftaran, dan standardisasi menjadi 
formalitas belaka tanpa dijiwai oleh semangat penjaga ketahanan pangan 
masyarakat yang sejati. 

            Kedua, pemerintah sebagai sentral kebijakan negara telah gagal 
menyediakan pemulihan ekonomi bagi masyarakat golongan ekonomi kecil yang 
terimbas kenaikan harga BBM. Jargon yang diumbar sebelum pencabutan subsidi 
kenaikan harga BBM bahwa "harga barang-barang kebutuhan pokok tidak akan naik", 
lenyap bagai buih. Masyarakat mesti bergelut dengan imbas inflasi 
komponen-komponen vital, yaitu bensin yang mencapai angka 2,61% dan tarif 
angkutan sebesar 2,79%. Benar bahwa kehadiran formalin ternyata "mengobati" 
babak belur pelaku usaha akibat rangkaian hantaman ekonomis perekonomian 
nasional. 

            Sekarang, tanpa campur tangan pemerintah yang bijak dan hati-hati, 
"bola liar" formalin akan merugikan berbagai pihak dengan implikasi jangka 
panjangnya yang tidak akan dapat diperkirakan. Api telah berkobar, kini 
pemerintah selayaknya harus memerhatikan usaha ekonomi rakyatnya. 

            Ingat, sebanyak 43,2 juta UMKM yang bergelut di bidang makanan dan 
minuman terguncang akibat isu penggunaan formalin pada makanan. Dari jumlah 
itu, 17% - 20%-nya (sekitar 8 juta) terancam gulung tikar. 

            Masalah pelik bangsa ini, harus dapat dijawab, yakni dengan 
kepedulian pemerintah pada sektor ekonomi menengah ke bawah. Di samping 
menuntut pula profesionalitas birokrasi, khususnya institusi yang berperan 
menjaga ketahanan bangsa ini. *** 

            Penulis peneliti dari Departemen Sosiologi
            Universitas Indonesia.  
     
     


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Formalin dan Peta Ketahanan Ekonomi