[nasional_list] [ppiindia] [Dokumen Tercecer]: SEPINTAS Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan Sejarah (4)

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: Kolektif Info Coup d'etat 65 <kolic65@xxxxxxxxxxx>
  • Date: Sun, 24 Sep 2006 16:49:44 -0700 (PDT)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SEPINTAS Gerakan Wanita Indonesia 
Dalam Perkembangan Sejarah (4)
   
  Oleh Rusiyati
   
  II. REPLUBLIK INDONESlA 1945 ? 1990 
   
  A. Periode 1945 - 1965
   
  Dengan proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, 
perjuangan rakyat Indonesia mencapai zaman baru sama sekali, zaman Republik 
Indonesia, hasil perjuangan rakyat selama tiga abad lebih dalam membebaskan 
diri dari penjajahan Belanda dan Jepang. 
   
  Berbeda dengan pada zaman kolonial memerinci perjuangan wanita dalam berbagai 
periodisasi, pada zaman baru Republik Indonesia saya tidak lagi menguraikan 
secara rinci mengenai gerakan wanita diperiode-periode perjuangan wanita 
melalui Perjuangan Kemerdekaan (1945 ? 1949), Demokrasi Liberal (1950 ? 1959)  
dan Demokrasi Terpimpin (1960 ? 1965). Karena pada umumnya para Ibu dan 
Saudara-saudara yang hadir disini telah mengalami sendiri bahkan aktif ikut 
serta memperjuangkan menegakkan serta mempertahankan Republik kita. Justru saya 
mengharapkan pertemuan seperti ini dilanjutkan, dimana kita bisa saling belajar 
dari pengalaman-pengalaman berharga para hadirin yang pasti akan sangat 
memperkaya pengalaman dan pelajaran bagi perjuangan kita selanjutnya. 
   
  Dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh 
Soekarno - Hatta, tidaklah berarti bahwa kita sudah mencapai tujuan kemerdekaan 
rakyat Indonesia, tetapi baru merupakan jembatan emas untuk menuju kebebasan 
dan kemakmuran rakyat, seperti selalu didengungkan oleh pejuang kemerdekaan 
Sukarno. Dan kalau melihat situasi tanahair kita pada dewasa ini, tujuan rakyat 
masih sangat jauh dari jangkauannya. 
   
  Begitu kemerdekaan tanahair diproklamasikan, mulailah bentrokan-bentrokan 
senjata terjadi dengan fihak tentara pendudukan Jepang, yang diperintah untuk 
mempertahankan "status quo" sampai waktu mereka menyerahkan kekuasaan pada 
Sekutu, jadi berarti bahwa nasib bangsa Indonesia masih berada ditangan 
penjajah Jepang untuk kemudian dioperkan lagi kepada penguasa/penjajah yang 
baru. Tàpi rakyat Indonesia sudah bertekad bulat membebaskan diri dari 
kekuasaan asing. Dan dilihat dari semboyan-semboyan pada waktu itu a.l.  
"Sekali merdeka, tetap merdeka", "lebih baik mati berkalang tanah daripada 
hidup dijajah", Merdeka atau mati". Tanpa komando, tetapi berdasarkan kesadaran 
dan keyakinan, seluruh rakyat  bergolak mempertahankan kemerdekaan tanahairnya. 
Demikianlah maka terjadi benturan dengan tentara Jepang dimana ?mana, melucuti 
tentara yang sudah turun moril (Karena Jepang sudah menyerah balik kepada 
sekutu), dan dengan demikian pejuang kemerdekaan memikul senjata untuk
 mempertahankan kemerdekaan tanah airnya.
   
  Tanggal 29 September 1945 Tentara Serikat (Inggris) mendarat di Jakarta, 
dipimpin Jendral Chris Tisonn. Namun tanggal 1 oktober 1945 Markas Besar 
Tentara Jepang di Surabaya sudah menyerah kepada Tentara Rakyat Indonesia 
setelah bertempur antara tentara Jepang dan rakyat. Dengan demikian, pada 
tanggal 15 oktober 1945 tentara Inggris (dengan Ghurkanya) yang diboncengi 
tentara Belanda mendarat di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Medan dan 
tempat-tempat lain. Mereka diperintahkan oleh tentara Sekutu, yang menang 
Perang Dunia II (1938-1945), untuk menerima penyerahan dari Jepang. Panglima 
tentara Inggris mengumumkan bahwa mereka mewakili Sekutu untuk melucuti tentara 
Jepang dan membebaskan tawanan, tidak akan mencampuri soal politik. 

  Tentara Belanda yang berkedok sebagai tentara Inggris melakukan 
penembakan-penembakan dan pembunuhan terhadap rakyat Indonesia. Tawanan bekas 
KNIL (Koninklijke Nederlands-Indische Leger) dipergunakan kembali oleh Belanda 
untuk melakukan terornya menghadapi menaklukan rakyat Indonesia. 
   
  Pertempuran paling dahsyat terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945, 
ketika para pemuda beserta seluruh rakyat Surabaya menolak ultimatum Jendral 
Mansergh dari tentara Sekutu untuk menyerahkan semua senjata. Awal pecahnya 
pertempuran ini sekarang dikenal sebagai Hari Pahlawan. Rakyat bertempur 
pantang menyerah secara sangat heroik melawan tentara Sekuku yang baru keluar 
sebagai pemenang dari Perang Dunia II.  Pada waktu yang bersamaan, 10 November 
1945,  pemuda-pemuda melangsungkan kongres pertamanya di Jogja menyatakan 
semangat menyala-nyala akan ikut bertempur di Surabaya selesai kongres, 
sementara sebagian delegasi Surabaya kembali ke daerahnya. 

   
  Pemerintah Indonesia selalu mengusahakan taktik diplomasi dan pertempuran 
silih berganti. Dalam persetujuan Linggarjati Belanda mengakui kekuasaan de 
fakto Republik Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatra. 

  Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mengadakan Aksi Polisionil ke-I (istilah 
Belanda) dan pada 19 Desember 1948 melakukan agresinya ke-II dengan menyerbu 
Ibukota Republik di Jogya. 
   
  Sekedar lukisan suasana untuk menggambarkan perjuangan para wanita pada waktu 
permulaan Zaman Kemerdekaan. Revolusi Agustus 1945 mendobrak ikatan-ikatan adat 
dan tradisi yang sebelumnya menghambat gerak maju wanita. Penderitaan dan 
penghinaan selama penjajahan sudah cukup berat, dan kini, sewaktu revolusi 
urusan-urusan yang tidak pokok tidak dihiraukan lagi. Seluruh rakyat merasa 
terpanggil untuk ikut berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan. 
Organisasi-organisasi wanita pada umumnya di waktu itu mengutamakan usaha-usaha 
perjuangan, baik di garis belakang dengan mengadakan dapur umum dan pos-pos 
Palang Merah, maupun di garis depan dengan nama suatu badan perjuangan maupun 
tergabung dengan organisasi-organisasi lain. Timbul laskar-laskar wanita; 
tugas-tugas mereka sangat luas: di garis depan, di medan pertempuran, melakukan 
kegiatan intel, jadi kurir, menyediakan dan mengirimkan makanan ke garis depan, 
membawa kaum pengungsi, memberi penerangan dll. 
   
  Dalam kesibukan revolusi fisik maupun dalam bidang sosial politik, pergerakan 
wanita berbenah diri untuk menggalang persatuan yang kuat. Kongres pertama 
diadakan di Klaten pada bulan Desember 1945, dengan maksud menggalang persatuan 
dan membentuk badan persatuan. Persatuan Wanita Indonesia (perwani) dan Wanita 
Negara Indonesia (Wani) dilebur menjadi badan fusi dengan nama Persatuan Wanita 
Republik Indonesia (Perwari). 
   
  Pada bulan Februari 1946 di Solo, lahirlah Badan Kongres Wanita Indonesia 
(KOWANI). Pada bulan juni 1946  diselenggarakan Kongres Wanita Indonesia di 
Madiun, yang merupakan Kongres Wanita Indonesia ke-V.  Sesuai dengan 
kebijaksanaan pemerintah untuk menembus blokade ekonomi dan politik, Kongres 
memutuskan antara lain mulai mengadakan hubungan dengan luarnegeri. Maka dari 
itu Kongres Wanita Indonesia menjadi anggauta WIDF (Women's International 
Democratic Federation). Dijiwai oleh tekad untuk ikut serta dalam pembangunan 
jaringan kerjasama Internasional, mendukung pergerakan wanita selanjutnya 
menyusun program-program kerja, yang tidak hanya meliputi bidang pembelaan 
negara, tetapi juga bidang-bidang sosial, politik, pendidikan, dan lain-lain 
sesuai dengan derap perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik pada 
waktu itu. 
   
  Secara umum  arah perkembangan gerakan wanita sampai tahun 1950 telah 
mencakup paling tidak hal-hal berikut: 
1. pertama, sebagai kelanjutan dari kecenderungan pada masa sebelumnya, wawasan 
dan lingkup perhatian organisasi wanita telah meluas tidak hanya pada masalah 
dan isue wanita saja, tetapi juga ke bidang-bidang lain seperti politik dan 
pemerintahan. 

   
  2. Kedua,muncullah jenis organisasi wanita yang semakin beragam. Selain 
organisasi-organisasi yang sudah ada sebelumnya seperti organisasi yang 
berafiliasi pada partai politik dan organisasi yang berazaskan agama, muncul 
pula organisasi khusus pada kelompok sosial tertentu seperti dikalangan istri 
Angkatan Bersenjata, dan organisasi profesi. Selain itu, azas demokrasi yang 
dipercaya sebagai dasar negara yang baru merdeka juga telah mendorong kaum 
wanita untuk membentuk partai politik agar kepentinngan kaum wanita juga 
terwakili dan tersalur. 

  3. Ketiga, ruang gerak organisasi wanita juga semakin meluas, tidak hanya 
lokal dan nasional tetapi juga internasional, dengan bergabungnya 
organisasi-organisasi dalam Kowani dengan WIDF. 

   
  4. Keempat,sebagai akibat orientasi gerakan yang diambil, kegiatan 
organisasi-organisasi wanita juga beragam. Yang terakhir ini paling tidak dapat 
dipisahkan menjadi dua kelompok besar, pertama organisasi-organisasi yang 
mendasarkan kegiatannya pada kesejahteraan (welfare) yaitu masalah pendidikan, 
sosial ekonomi, kewanitaan dan kegiatan karitatif; dan kedua organisasi yang 
berkonsentrasi pada masalah-masalah politik. Kelompok yang disebut pertama 
jumlahnya lebih besar dari yang kedua, dan mencakup diantaranya 
organisasi-organisasi yang tergabung dalam Kowani, organisasi-organisasi yang 
berazaskan agama, organisasi khusus dan organisasi profesi. Sedangkan yang 
termasuk kategori kedua yaitu berfokus pada kegiatan politik tidak lebih dari 
tiga organisasi saja. Di sini terlihat bahwa ciri domestik dan karitatif memang 
sejak awal telah melekat pada organisasi wanita dan tetap bertahan sebagai ciri 
utama yang membedakannya dari organisasi massa umum yang didominasi laki-laki. 
   
  Sesudah tahun 1950 masalah-masalah politik makin banyak minta perhatian. 
Bermacam persoalan yang berkaitan dengan masalah penyusunan kekuatan 
partai-partai politik. Perhatian masyarakat mulai disita oleh persiapan 
penyelenggaraan pemilihan umum pertama yang akan diadakan pada tahun 1955. 

   
  Makin banyak kegiatan kaum wanita yang ditujukan kepada masalah-masalah 
politik, mengingat usaha masing-masing aliran politik untuk tampil sebagai 
pemenang dalam pemilihan umum. Tapi tidak dilupakan juga, masalah rutine 
sebelumnya seperti memperjuangkan peraturan perkawinan yang tidak merugikan 
kaum wanita. Organisasi-organisasi yang berafiliasi pada partai politik sibuk 
membantu partai induknya mempersiapkan diri menghadapi pemilu. 

  Kegiatan politik para wanita anggauta organisasi-organisasi bagian wanita 
partai-partai politik mendorong kaumnya kearah kesadaran politik. Tetapi 
difihak lain masih perlu dipertanyakan sampai dimana kegiatan-kegiatan mereka 
dalam menangani masalah- masalah yang sifatnya kewanitaan dan karitatif saja 
diorganisasinya itu. 
   
  Jadi perkembangan yang terjadi yalah semakin banyaknya organisasi wanita 
seprofesi seperti Ikatan Bidan Indonesia (1951), Ikatan Guru Taman kanak-kanak 
(1951), Perhimpunan Wanita Universitas Indonesia (1957) yang namanya kemudian 
berobah menjadi Ikatan Sarjana Wanita indonesia dsb. Selain itu, mulai muncul 
pula organisasi dari para isteri, yang suaminya tergabung dalam organisasi 
profesi, seperti Persatuan istri insinyur Indonesia (1951), Ikatan istri dokter 
Indonesia (1954), Ikatan istri wartawan Indonesia (1957 dsb. 

   
  Juga dilingkungan jawatan-jawatan dan departemen pemerintah misalnya: Ikatan 
Wanita Kereta, IKW, Ikatan Istri Kementrian Penerangan dan beberapa lagi. 
Organisasi semacam ini lebih bersifat kekeluargaan dan sosial, dibentuk dengan 
fungsi penunjang profesi dan organisasi profesi suami. Karena itu kegiatan yang 
dilakukan lebih bersifat perpanjangan peran domestik para isteri tersebut 
seperti misalnya menangani urusan konsumsi bagi rapat dan kegiatan kantor suami 
piknik keluarga, kursus ketrampilan rumahtangga dan kegiatan2 serupa. Selain 
itu, organisasi semacam ini juga memainkan fungsi kontrol sosial terutama bagi 
gerak dan tingkah laku sosial para suami. 
   
  Sampai tahun 1965 dapat dikatakan bahwa lingkup perhatian dan wawasan kaum 
wanita cukup luas dan mendunia, disamping merupakan cerminan dari aliran 
politik ditingkat nasional. 
  
bersambung...


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






                                
---------------------------------
Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] [Dokumen Tercecer]: SEPINTAS Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan Sejarah (4)