[nasional_list] [ppiindia] [Doc.Tercecer] Meminimalis Ilusi Heri Latief: SebuahEsai ?Sekedar?**) -- Fati Soewandi

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: sastra pembebasan <sastra-pembebasan@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sat, 12 Feb 2005 05:23:13 -0800 (PST)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

[galeri karya] Meminimalis Ilusi Heri Latief: Sebuah
Esai ?Sekedar?**) -- Fati Soewandi

http://www.cybersastra.net/modules.php?name=News&file=article&sid=3599

Dikemas 16/06/2003 oleh Editor

Heri Latief (HL), seorang penyair kelahiran Jakarta,
kali ini mencoba untuk unjukkata lewat antologi puisi
tunggalnya yang bertajuk Ilusiminimalis. Kata demi
kata ia rangkai dengan gaya khasnya tanpa menihilkan
terobosan maknanya. Ia coba membidik karya sastra
(baca: puisi) dari sisi kesederhanaannya, bahwa sastra
tidak melulu sarat dengan kerumitan filosofis yang
memaksa pembaca untuk mereinterpretasi karya sastra
tersebut dalam proses pembacaannya. Simak penggalan
puisi berikut:


Jim, kalau kamu nanti bisa ngomong betawi
jangan lupa datang ke Jakarta
mampir ke pasar manggis
nyobain ketan panggang
(Puisi ?Surat buat Jimmy Latief?)

Penggalan puisi di atas menunjukkan adanya
transformasi bentuk kata sehari-hari ke bentuk kata
yang penuh arti. Dengan merangkai kata-kata yang
biasa, HL mampu membawa pesan di dalamnya: bahwa di
mana pun kita berada, janganlah pernah lupa akan
asal-usul kita. HL jelas tidak ingin dibingungkan
dengan bentuk kata metaforik yang kadang malah akan
menjebak penulis maupun pembaca dalam kekosongan makna
karena tidak mampu menangkap maksud yang ingin
disampaikan. Terlalu dihiperbolakan.

Dalam proses penciptaannya, kentara sekali bahwa HL
cenderung memilih diksi yang semau gue. Kemunculan
beragam kata dari bahasa Jerman dan Belanda yang
sayangnya tidak dilampiri dengan artinya, Inggris yang
diaksaraindonesiakan, serta dialek Jakarta membuat
Ilusiminimalis serupa sebuah buku pelajaran bahasa
yang nyeleneh. Kata-kata dari bahasa Inggris yang
disulap oleh HL sedemikian rupa, seperti stenbai
(stand by), setisfeksyen (satisfaction), dan namberwan
(number one) tampaknya sekarang mulai dan/atau telah
menjadi gejala pembongkaran kemapanan fonetik.
Ambillah contoh yang ada saat ini seperti fesyen
(fashion) dan syampu (shampoo). HL berkuasa atas
kata-katanya (baca: sajak).

Ditambah lagi, HL mengawinkan dua poros kebudayaan,
Timur dan Barat, untuk mendukung sekaligus
mengaktualkan alam imajinya. Munculnya tokoh-tokoh
pewayangan?Karna, Kunthi, dan Arjuna?dan
bintang-bintang Eropa?Led Zepplin, Queen, dan Claude
Monet?sebagai inspirasinya menunjukkan bahwa HL ingin
mengajak pembacanya ke dalam jiwa rantaunya secara
nyata.

Secara tidak langsung, HL memaksa mereka untuk
membuka-buka kitab pewayangan dan ensiklopedia dunia
untuk memahami jalan pikir imajinatifnya. Dengan cara
demikian, ia serasa kembali pada masa kelananya, tapi
kali ini ia mengajak banyak teman.

Pengurangan intensitas penggunaan kata-kata puitik
bagi HL juga merupakan bentuk pemberontakannya
terhadap kebakuan dan kekakuan EYD, kitab suci para
pemuja bahasa, yang katanya, persatuan itu yang berisi
aturan berbahasa yang hegemonis. Ini juga berarti
upayanya untuk meminimalis kesan ilusi dalam karakter
sebuah karya sastra sebagai dunia lain di luar
realitas. Membuat puisi digambarkannya dengan
segamblang dan segampang mungkin. Seakan-akan setiap
orang yang menguasai bahasa Indonesia tidak akan
menemui kesulitan untuk merangkai kata demi kata
hingga menjadi sebuah puisi. Keeksklusifan sastra di
mata seorang HL terletak pada diksi yang tidak
muluk-muluk, mengena, sehingga mampu membawa pembaca
ke dalam sebuah obrolan yang santai tentang hidup,
cinta, dan kompleksitas keduanya.

hari ini jogja gerah
demo si malioboro!
menjerit-jerit marah
kerna lapar semakin parah
ra?yat aslinya melarat!

janji politisi itu hampa
pada materi mereka memuja
jadi buat apa kita memilih mereka?

gigitan matahari jogja
jadi pemanas protes mahasiswa
bicara atas nama kemiskinan
yang sudah jadi kebudayaan

korupsi dibiarkan
kucing-garong merajalela
lautan massa kelaparan
kita hanya menonton saja?
(Puisi ?Protes!?)

Sangatlah lumrah ketika seorang penyair meneriakkan
uneg-unegnya terhadap konflik sosial yang terjadi di
tanah airnya, karena sebuah karya adalah penyambung
lidahnya, dan kata adalah media subversif yang mujarab
untuk membangkitkan semangat juang si tertindas. Sajak
di atas menyuarakan ketidakpuasan HL terhadap aparatus
(ideologi) negara yang lebih sering mengkhianati
amanat rakyat ketimbang mewujudkannya. Merajalelanya
budaya pop para politisi, memanipulasi kepercayaan
rakyat, yang merupakan warisan sejarah feodal-kolonial
Indonesia, tak lepas dari sorotan seorang HL yang
humanis.

masihkah kita bisa dibilang seorang penyair?
jika kita hanya menulis soial jerawat di selangkangan
(Puisi ?Nunukan?)

Gaya mbeling HL, meminjam istilah Donny Anggoro, juga
tampak pada penggunaan parodi di beberapa sajaknya,
seperti ?Filosoto, Itu Baru Enak? dan ?Ngayal itu
Sehat dan Perlu!?. Parodi HL adalah tindak kreatifnya
untuk menggugat kemapanan tersamar lewat permainan
katanya yang dimaksudkan sebagai sindiran.

kuliah filosofimu terlalu achterbaks
panas seperti gas yang terbakar
di pengeboran minyak milik cukong raja nyolong
rakyat hanya menerima asap hitam, kelam
(Puisi ?Filosoto, Itu Baru Enak?)

Pada penggalan sajak di atas, kita temukan bagaimana
HL memlesetkan esensi filsafat, induk dari segala
ilmu. Filosofi direduksi menjadi ?gas yang terbakar?,
sumber kesengsaraan. Filosofi bukan lagi suatu
pemikiran atau perenungan yang akan mengantarkan
manusia ke realitas yang ?real?.

Selama ini orang-orang berfilosofi untuk menemukan
hakikat semesta dan isinya. Mereka akan lebih memahami
arti hidup yang hanya mampir ngombe ini. Seperti
seorang pertapa yang sedang melaksanakan semedinya,
mereka ingin mencari ketenangan hidup yang sempurna
bagi diri mereka sendiri, sesamanya, dan tempat
hidupnya.

Namun, oleh HL semua pemikiran itu diruntuhkan begitu
saja. Filosofi adalah sesuatu yang menjerumuskan.
Masing-masing orang malah menjadi makin arogan karena
merasa lebih mengerti tentang arti hidup. Akibatnya,
manusia saling ?memakan? satu sama lainnya. Keuntungan
satu orang bukan berarti akan menular ke keberuntungan
yang lainnya. Tindak parodi yang serupa lewat lelucon
HL juga tampak pada penggalan sajak berikut:

jangan suka makan kuwaci
kuwaci makanan kampret
jangan suka main banci
banci anunya karet
(Puisi ?Ngayal Itu Sehat dan Perlu!?)

HL menyindir para lelaki yang tak puas dengan ?satu
mainan? saja.

Membaca sajak demi sajak HL dalam kemasan
Ilusiminimalis, kita serasa digiring kepada proses
penjadiannya. Menurut A. Teeuw, sebuah karya sastra
(baca: sajak) tidak terlahir dari rahim kekosongan.
Penciptaannya berangkat dari suatu wilayah pencarian
estetik atas berbagai segi kehidupan, entah sebelum
maupun setelah mati, yang berbuah pretensi-pretensi
pesan. Kata tak dapat dipungkiri memang perangkat
sastra. Dan apa pun bentuknya, rangkaian kata tersebut
membangun daya reflektif bagi pembacanya.

Cinta, hidup, dan religi adalah kanonisasi tema yang
sering kita jumpai dalam karya-karya sastra. Cinta
adalah keinginan pada sesuatu yang diiringi pengertian
dan pengorbanan. Dalam pengembaraannya, HL memaknai
cinta sebagai peraduan hatinya, tempat ia tambatkan
hiruk-pikuk jiwa rantaunya, berharap untuk menemukan
kebahagian yang abadi bersama ?Madewi?, si terkasih.
Karenanya, ia sadar untuk menuju ke sana haruslah
disertai pengertian dan pengorbanan yang besar.

?kita membangun sesuatu yang suci,
cinta, itulah nama nya, yang akan kita susun, satu
demi
satu, bersatu?
(Puisi ?Madewi, Sayangku Cintaku?)

kelembutan wanita, kekasih
tempat kita bercerita
tentang egoismenya
kaumnya Nabi Adam
yang ingin menguasai malam
karena kita bisa meraung bak srigala
dan miauwen gaya kucing anggora
legitimasi buat menguasaimu?
(Puisi ?O Wanita??)

HL paham betapa tidak mudah membangun cinta. Dituntut
pengorbanan untuk mewujudkannya. HL rela ?nyandu
rindu? meski ?rindu itu bikin sakit hati? (Puisi
?Rindu??). Namun, HL adalah HL, seorang penyair
sekedar dengan segala kesederhanaannya, mampu mengolah
cinta dengan citarasa yang indah dan biasa, tidak
tampak terlalu dibumbu-bumbui.

Tak banyak kita temukan muatan religi dalam antologi
puisi tunggal HL ini.

aku bukan maling atau copet
aku anak baik-baik
memang aku jarang sembahyang
tapi aku tahu mana yang beracun
(Puisi ?Aku, Anak Rantau?)

HL memang bukan seorang pemeluk agama yang sufistik,
tapi ia menyadari bahwa kehidupan ini ada Yang
Mengatur. Dan ia yakin pada akhirnya akan ada balasan
atas apa yang manusia sedang, telah, dan akan lakukan
di dunia ini. Pada saat itulah, manusia akan
menghadapi pembongkaran ?rahasia-rahasia alam/ yang
mengajarkan siksaan dunia, jauh/ sebelum kita
merasakan siksa kubur? (Puisi ?Oktober, 1994?).

ada masanya iblis jadi malaikat
(Puisi ?Me Syok-ke?)

Hidup adalah ajang tranformasi. HL, seorang tukang
masak profesional yang telah didaulat menjadi seorang
penyair sekedar. Selalu ada yang berubah. Oleh karena
itu, ?jalani saja/ jalan yang kita pilih, jangan
melihat ke belakang? (Puisi ?Adiktif?).

All in all, menurut saya, HL adalah penyair sekedar
yang berkuasa atas kata-katanya hingga membuatnya
?tidak sekedar? di mata yang lainnya. Pengoptimalan
kata-kata biasa, menjadikan ilusi-ilusi HL tak
kentara, diminimalis ketika pembaca serasa dibawa
dalam rute perjalanan hidupnya, dari HL si tukang
masak sampai menjadi HL si penyair sekedar.**)

---------------------
* Fati Soewandi, esais, tinggal di Surabaya.
**) Esai ini menerima serapah-puja


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
All your favorites on one personal page ? Try My Yahoo!
http://my.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] [Doc.Tercecer] Meminimalis Ilusi Heri Latief: SebuahEsai ?Sekedar?**) -- Fati Soewandi