[nasional_list] [ppiindia] [Doc.Tercecer] Berita Puisi tentang Manusia Oleh Ribut Wijoto

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: sastra pembebasan <sastra-pembebasan@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 15 Feb 2005 10:18:27 -0800 (PST)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **


http://www.sinarharapan.co.id/hiburan/budaya/2003/1122/bud2.html
 
B  U  D  A  Y  A
 
Berita Puisi tentang Manusia

Oleh Ribut Wijoto
 
Apa yang terjadi dengan manusia? Bagaimanakah manusia memahami dan menghayati 
lingkungannya, juga dirinya? Kiranya, ini sebuah persoalan pelik. Jawaban pasti 
mesti ditunda. Ada kesejarahan panjang dalam pribadi kemanusiaan. 
 
Dulu kala, di Abad Pertengahan, Galileo Galilei menyatakan, ?barang siapa 
hendak membaca buku; aksara-aksaranya ialah bentuk-bentuk segitiga, lingkaran, 
dan empat per segi?. Galilei, filsuf yang hidupnya diakhiri di tiang gantungan 
ini, mengingatkan bahwa dunia akan lebih bisa dipahami melalui gejala-gejala 
primernya. Berat, warna, volume, suhu, panjang, atau hal-hal yang berkaitan 
dengan pancaindera. Lebih khusus lagi, matematika. Saat itu, Galilei sedang 
memberi dasar bagi suatu peradaban yang dikemudian periode amat menguasai 
masyarakat: ilmu pengetahuan. Sebuah dasar yang lantas disempurnakan oleh Isaac 
Newton. Kepastian akan adanya hukum-hukum: manusia dan lingkungannya digerakkan 
oleh suatu logika kepastian, ialah hukum alam. 
 
Lantas, bagaimanakah pengaruh penerapan hukum alam bagi kemanusiaan? Ada 
baiknya, di sini, patut diperhatikan pengakuan Heri Latief melalui puisi ?Mama? 
(antologi Ilusiminimalis, 2003): Umur yang kita rancang ternyata bukan punya 
kita, milik kita hanyalah ingatan, kenangan yang tak habis dimakan sunyi, di 
sini kita memandang langit sehabis hujan, berwarna kelabu, tempat berkumpulnya 
titik-titik embun. Ada banyak hal yang bisa cermati dari larik-larik puisi 
Latief. Penyair yang juga salah satu pendiri situs Cybersastra ini seperti 
memasang semacam lonceng; berdentang mewartakan soal genting. Degradasi 
kemanusiaan. Ialah ketika manusia hanya mampu memiliki sedikit bagian dari 
dirinya sendiri. Mengapa? Kiranya, ia berkaitan dengan dasar-dasar pembangunan 
Galilei, hukum pancaindera. 
 
Pada kesehariannya, manusia dipahami sebagai struktur-struktur sosial dan 
materi, yaitu peranan manusia di dalam masyarakat: apa yang seseorang kerjakan, 
bagaimana prestasi kerjanya, kedudukannya, hobi, pendidikan. Selebihnya, 
manusia dipahami sebagai tumpukan materi. Corak rambut, cara berpakaian, jenis 
kelamin, tinggi badan, warna kulit, atau hal-hal yang berkaitan dengan ?kartu 
tanda penduduk?. Organisasional dan material. 
Manusia diatur dalam peran-peran sosial. Sebagai suatu aset yang mesti 
bermanfaat. Menghasilkan barang-barang atau jasa. Tanpa itu, manusia belum bisa 
dianggap manusia. Perihal perilaku, manusia dihadapkan pada berbagai petunjuk 
bertele-tele mengenai kesantunan dan kesusilaan. Macam-macam perilaku 
dibungkam. Pamali. Semisal tentang seksualitas. 
 
Wilayah seksualitas hanya boleh diperkatakan di ruang-ruang tersembunyi. Ia 
hanya boleh dibicarakan akrab oleh pasangan suami-istri. Atau, sengaja 
diciptakan ruang khusus yang di sana orang bebas membicarakan seks. Pelacuran. 
Hanya saja, ruang tersebut secara norma sosial telah dinilai bejat. Dan, kalau 
diperkatakan saja sudah mesti berhadapan dengan banyak aturan, maka dalam 
tingkat tindakan, berlaku aturan-aturan yang lebih kaku lagi. Segalanya mesti 
terkontrol. Terkondisikan agar lebih bisa dinilai sebagai manusia normal. 
Dan begitulah, puisi Latief mempersoalkan inti dari kemanusiaan. Sublimitas. 
Sejauh mana seseorang punya makna dalam kehidupan. Dengan rada sinis, Latief 
memberi catatan: Bukankah mereka juga mengerti, tiap manusia yang rada waras, 
pasti suka bicara memakai logika-cinta, karena moral ternyata susah diukur 
(puisi ?Nyamuk?).

Heri Latief, penyair yang pernah tinggal di negeri Belanda ini, menggiring 
persoalan pemahaman diri (manusia) melalui hal yang lebih mendalam. Moralitas. 
Logika cinta. Keduanya berlawanan dengan pemikiran Galilei berkenaan ?pemahaman 
atas manusia?. Pemikiran Galilei meyakini bahwa identitas manusia diperoleh 
dari situasi sosial. Berada di luar manusia. Sedangkan yang diyakini Latief, 
identitas bersifat personal. Berkaitan dengan kenangan, moralitas, cinta. 
Berada dalam diri manusia. Sifatnya metafisik. Apa yang tampak belum tentu 
merepresentasikan kenyataan diri. Dengan begitu identitas sosial, yaitu 
identitas yang biasa dilekatkan masyarakat kepada seseorang, itu hanya kulit 
luarnya saja. Sebab identitas sosial berasal dari apa-apa yang tampak. Sebuah 
identitas empiris. Satu misal paling gampang adalah pemakaian aksesoris. Suatu 
kali, seseorang memakai kalung yang berbandul logam berbentuk silang. Maka, 
orang-orang akan dengan mudah menjatuhkan klaim, dia seorang nasrani. Atau
 seseorang memakai tato bergambar pedang di lengan, maka orang-orang akan 
berusaha menjaga jarak dengan dirinya. Tato menciptakan identitas bernuansa 
buruk bagi seseorang. Lantas, apakah itu merupakan kebenaran identitas manusia. 
Bersandar pada puisi Latief, kiranya terlalu mudah untuk cepat-cepat 
menjatuhkan putusan. Masalah identitas diri adalah masalah dunia dalam, 
metafisika. Berakar pada hakikat kemanusiaan. Di mana manusia bisa dengan 
secara tegas terbedakan dengan benda-benda atau dengan para hewan. 
 
Pada manusia ada terletak pikiran, perasaan, imajinasi, cinta, dan obsesi 
terhadap fantasi. Di situ, manusia mempertaruhkan kesadaran, kebebasan, pilihan 
hidup, tanggung jawab. Titik tolaknya pada kesadaran diri. Sehngga persoalannya 
bukan pada penolakan partisipasi peran sosial, tetapi pada terciptanya relasi 
etis antara peran sosial dengan hakikat kemanusiaan. Dituliskannya oleh Latief 
dalam puisi ?Egoisme?: Itulah harapan kita, tanpa topeng ada wajah yang asli, 
lihatlah kejujuran memang membosankan. 
 
Identitas asli seperti bayang-bayang dapat dilihat tapi sulit dipastikan, 
apalagi keasliannya. Ilmu alam sebagaimana disorongkan Galilea hanya mampu 
menyoroti bentuk luar dari bayang-bayang. Sedangkan hal-hal yang membentuk 
bayang-bayang, yaitu manusia itu sendiri, berdiri jauh di balik pancaindera. 
Pengenalan hanya bisa dilakukan melalui penghayatan yang intens. Melelahkan, 
menjemukan, dan bagi ilmu alam yang mengagungkan efisiensi, bisa jadi ia 
mendekati sia-sia. Juga bagi orang-orang lain, masyarakat, publik. Identitas 
manusia lebih mudah diberikan dari luar daripada digali dari dalam. Seseorang 
adalah ilmuwan berprestasi, seseorang adalah pemain sepak bola nasional, 
pedagang buah, petani miskin, pejabat berpakaian rapi. 
 
Klaim-klaim tentang identitas manusia berseliweran dari berbagai arah. Saling 
merangsek untuk dipasrahi. Karena, masyarakat punya kekuatan untuk membentuk 
sanksi. Seorang pegawai perusahaan akan ditertawakan atau malah di-phk bila 
berani memakai baju senam saat tugas kantor. Mengenaskan, seseorang dicela atau 
dihormati karena sesuatu di luar dirinya. Kemanusiaan terpasung di situ. 
Kebebasan dalam mengekspresikan diri terpagari oleh aturan-aturan penuh sanksi. 
Begitulah, sebagian besar umur manusia bukanlah milik dirinya. Umur atau waktu, 
menjadi milik peran-peran yang mesti disandang manusia. Tinggal dijalani, dan 
tak mudah diberontaki. Yang tersisa bagi manusia hanya ingatan, kenangan yang 
tak habis dimakan sunyi. Di situ, manusia jadi terasingkan dari dirinya 
sendiri. Merasa diri kurang punya makna. 
 
Kehadiran diri hanya bisa dipenuhi oleh peranan-peranan dari luar. Ia sebagai 
bagian dari sesuatu yang lebih luas. Diposisikan, ditugasi, dinilaikan, dan 
dikekang. Sebab, ia bukan milik dirinya. Ia milik aturan-aturan. Kurang lebih 
sama dengan benda-benda. Di tingkat ini, ketika kesadaran diri telah bangkit, 
dua pilihan buruk bisa terwujud. Pilihan pertama, tindakan agresif brutal. 
Bersifat menyerang, merusak, dan dorongan untuk menguasai orang-orang lain. 
Suatu keinginan untuk balas dendam atau keinginan untuk membalik keadaan. 
Pilihan kedua, tindakan apatis. Kepercayaan terhadap orang lain, bahkan 
kepercayaan kepada diri sendiri, telah sirna. Ia merasa tidak lagi punya makna. 
Juga dunia tidak punya makna. Tiada perlu lagi beraktivitas. Atau bisa jadi, 
menganggap tiada perlu lagi melanjut hidup. Bunuh diri sosial, ataupun bunuh 
diri nyata. Lenyap. Mati, sendiri, dan tak terpahami. 
 
Hukum alam, ah logika ini memang penting bagi peradaban. Tentang kemutlakannya, 
beberapa ihwal masih perlu dipertimbangkan. Berita-berita dari puisi, semacam 
berita puisi Heri Latief sungguh patut untuk diberi perhatian, diberi tempat 
berbiak. Dengan harapan sederhana: agar kelak, anak-anak kita masih bisa 
membaca hakikat cinta, dan manusia masih ada.***
 
Studio Gapus, Surabaya.
 
  
   
   
 Copyright © Sinar Harapan 2003 
 



                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 The all-new My Yahoo! ? Get yours free!    

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] [Doc.Tercecer] Berita Puisi tentang Manusia Oleh Ribut Wijoto