[nasional_list] [ppiindia] [Doc. Sejarah NKRI] MENYATUKAN DIRI MEMBELA REPUBLIK INDONESIA oleh alm. GONDOPRATOMO

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: sastra pembebasan <sastra-pembebasan@xxxxxxxxxxxxxxx>, gigihnusantaraid@xxxxxxxxx
  • Date: Sat, 25 Feb 2006 14:43:09 -0800 (PST)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Sumber: 
http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002-October/000567.html
   
  Subject:[Nusantara] MENYATUKAN DIRI MEMBELA RI
From: gigihnusantaraid gigihnusantaraid@xxxxxxxxx
Date: Tue Oct 29 11:03:46 2002
   
  MENYATUKAN DIRI MEMBELA REPUBLIK INDONESIA 
   
  <Mantan Pimpinan SBKA/Sobsi GONDOPRATOMO, dalam "Seminar Peristiwa Madiun 
1948">
   
  Pengantar:
   
  "Peristiwa Madiun 1948"  sudah  berada di belakang kita. Ada yang bilang, 
mengapa kita bicarakan lagi peristiwa itu, itu kan sudah lama terjadi?
   
  Tetapi, dalam ukuran sejarah kita sebagai suatu nasion yang masih muda ini, 
masa 54 tahun itu belumlah lama. Bahkan, itu kurun waktu yang pendek dalam 
ukuran riwayat sesuatu bangsa. "Peristiwa Madiun1948",  adalah salah satu 
peristiwa sejarah dimana telah timbul korban begitu banyak kader-kader 
perjuangan kemerdekaan dan ribuan lagi prajurit-prajuit kemerdekaan Indonesia 
yang tidak bersalah. Maka adalah penting sekali artinya untuk menarik pelajaran 
dari peristiwa tsb. Itu semua untuk kepentingan generasi muda dan haridepan 
bangsa kita.
   
  Sehubungan dengan itu, prakarsa para penylenggara SARASEHAN PERISTIWA 
MADIUN 1948, Holland, 19-20 Oktober, 2002, patut disambut dan didukung.  
Suatu inisiatif yang positif dan sangat berguna. Sarasehan itu punya arti 
khusus, karena di situ hadir dan bicara  SAKSI-SAKSI HIDUP SUMARSONO, "peserta" 
hidup F. FANGGIDAEJ, dan juga GONDOPRATOMO, peserta hidup peristiwa tsb yang 
<makalahnya dibacakan dimuka Sarasehan, karena berhalangan datang berhubung 
kesehatan tidak mengizinkan>. Beliau-beliau itu sudah mancapai usia lanjut. 
   
  Sumarsono dan Gondo Pratomo sudah diatas 80, sedangkan F. Fanggidaej juga 
mendekati usia itu. Beliau-beliau itu adalah aset yang sangat berharga dalam 
rangka penulisan sejarah bangsa kita. Yang lebih penting lagi, ialah bahwa 
mereka masih ingat betul kejadian-kejadian tsb, karena berada disitu, dan 
sampai kini, semangat beliau-beliau itu TETAP SEMANGAT KEMERDEKAAN, SEMANGAT 
MEMBELA RAKYAT, MEMBELA REPUBLIK INDONESIA!
   
  Di bawah ini adalah MAKALAH GONDOPRATOMO. Karena merupakan dokumen 
sejarah penting, yang ikut saya dengarkan ketika dibacakan, saya tilpun beliau 
minta persetujuannya agar saya bisa publikasikan makalah penting ini, agar 
lebih banyak pembaca yang mengetahuinya. Syukurlah beliau menyetujuinya.
   
  Siapa GONDOPRATOMO?  
  Kiranya beliau cukup dikenal sebagai pejuang kaum buruh dan pejuang 
kemerdekaan. Tetapi baiklah saya kemukakan lagi. Beliau sedang belajar di 
negeri Belanda ketika Perang Dunia II meletus. Sebagai anggota Perhimpunan 
Indonesia, PI, Nederland, Gondopratomo sudah sejak masa mudanya aktif ambil 
bagian dalam kegiatan para mahasiswa Indonesia lainnya di Belanda untuk 
kemerdekaan Indonesia. 
   
  Ketika Belanda diduduki tentara fasis Jerman, Gondopratomo bersama 
pemuda-pemuda Indonesia  (PI) lainnya yang berada di Belanda ketika itu, 
seperti Irawan (diekekusi oleh tentara fasis Jerman), Thaher Thayeb, Jusuf Muda 
Dalam, Setiadjit,  Sunito, Slamet Faiman dll, ambil bagian aktif dalam 
perjuangan perlawanan (Verzetstrijd), menyatukan diri dengan perjuangan rakyat 
Belanda melawan pendudukan Jerman Hitler. Setelah Proklamasi Kemerdekaan beliau 
kembali ke Indonesia, ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan. Gondo Pratomo 
pada tahun-tahun itu adalah seorang pejuang kaum buruh dan kemerdekaan yang 
aktif di dalam Serikat Buruh Kereta Api  -  SOBSI,  sebagai Sekretaris Pertama. 
   
  Ketika terjadi Gerakan 30 September, 1965, atas tuduhan terlibat beliau 
dijebloskan Suharto ke dalam penjara.
   
  Menyadari pentingnya peranan kaum muda, Gondo Pratomo, beberapa kali
memberikan pengalaman perjuangannya dalam pertemuan-pertemuan ANTARA
GENERASI,  yang diselenggarakan beberapa kali di Belanda.
   
  Dalam makalahnya di muka SARASEHAN PERISTIWA MADIUN 1948, a.l. Gondo
Pratomo, menekankan, sbb:
  Kenyataan seperti dijelaskan di atas justru menunjukkan bahwa semua kami yang 
ditahan dengan dituduh "membikin sovyet di Madiun", setelah keluar dari penjara 
dengan tidak ragu sedikitpun menyatukan diri dengan kekuatan rakyat melawan 
Belanda membela Republik Indonesia.
   
  Betapa besarnya semangat membela Republik Indonesia dari pejuang-pejuang 
kemerdekaan yang dituduh memberontak terhadap Republik Indonesia. 
  Selanjutnya silakan mengikuti uraian Gondo Pratomo:
   
  Gondo Pratomo:
   
  KEJADIAN-KEJADIAN PENTING MENJELANG PERISTIWA MADIUN DAN JATUHNYA  REPUBLIK 
INDONESIA KE DALAM JEBAKAN NEKOLIM (1945 - 1949)
   
  I. Tahap pertama. Beberapa lama setelah proklamasi Republik Indonesia 
pasukan-pasukan Sekutu mulai mendarat di Indonesia. Kemudian terjadilah 
konflik-konflik bersenjata dengan rakyat Indonesia di berbagai tempat seperti 
Surabaya, Semarang, Bandung dan di Sumatra. Konflik-konflik ini menyedarkan 
pimpinan Sekutu bahwa mereka harus berurusan dengan kekuasaan negara Republik 
Indonesia yang baru dan sedang dibangun. Oleh sebab itu mereka bersedia 
menempuh jalan perundingan/ negosiasi dengan republik.
   
  Pada bulan Maret 1946 Syahrir secara rahasia telah bersepakat dengan van Mook 
untuk melakukan perundingan atas dasar kedaulatan de facto Republik hanya atas 
Jawa, Madura dan Sumatra saja, pengakuan terhadap kedaulatan Belanda di 
wilayah-wilayah lainnya dan upaya bersama Belanda-Republik untuk membentuk 
negara Indonesia federal di dalam suatu Uni Belanda-Indonesia.

  Pada bulan Juni 1946 Hatta menyampaikan pidato di Yogyakarta yang 
mengungkapkan sifat terbatas dari posisi berunding pemerintah. Oposisi 
menganggap ini suatu pengkhianatan terhadap pendirian "kemerdekaan 100%".

  Jalan diplomasi menghasilkan persetujuan Linggarjati yang kemudian disusul 
dengan persetujuan Renville. Dari pihak Indonesia hal ini - paling tidak dengan 
persetujuan Linggarjati - dianggap sebagai langkah maju karena ada pengakuan 
"de facto". 
  Sesungguhnya ini tak ada arti apa-apa, bersifat menipu saja. Prinsip 
kedaulatan R.I. atas wilayah seluruh Indonesia - suatu prinsip yang tidak bisa 
diganggu-gugat - sudah  dilepaskan, diganti dengan apa yang dinamakan pengakuan 
kedaulatan de facto R.I. atas Jawa-Madura dan Sumatra.

  Masalah kedaulatan (suverenitas) tidak bisa dibagi-bagi "de facto" dan "de 
jure. Oleh sebab itu Belanda masih menganggap sebagai haknya untuk 
mempertahankan pasukan-pasukan tentaranya di Jawa. Kita (PKI dan kekuatan kiri) 
terjerat dalam kesepakatan mengenai pengakuan kedaulatan secara "de facto". 
Kedaulatan seharusnya mencakup aspek militer. Sebetulnya masa perundingan 
dimanfaatkan untuk memperkuat posisi militer. Fakta-fakta memang mengarah ke 
situ. Pasukan-pasukan Inggris dan Australia meninggalkan Indonesia dengan 
menyerahkan posisi-posisinya kepada pihak Belanda.
   
  Pasukan-pasukan baru Belanda didatangkan dari Belanda. Pada 24 September 1946 
diberangkatkan dari Belanda kontingen pertama dari Divisi 7 Desember. (7 
Desember punya arti simbolis, karena pada 7 Desember 1942 Ratu Wilhelmina 
mengucapkan pidato radio yang menjanjikan hubungan-hubungan sederajat dengan 
daerah-jajahan seusai perang).

  Dari pihak Indonesia juga ada perhitungan mengenai kemungkinan terjadinya 
perang. Di bawah pimpinan Bung Amir Syarifudin pada masa menjabat Perdana 
Menteri dilaksanakan penyusunan dan pembangunan kekuatan bersenjata. 

  TRI (Tentara Republik Indonesia) diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia 
(TNI). Di samping itu semua pasukan lasjkar dipusatkan menjadi TNI Bagian 
Masyarakat. Kedua bagian kekuatan bersenjata ini mempunyai panglima komando 
masing-masing. Kedua-duanya berada di bawah satu komando tertinggi dari pak 
jenderal Sudirman. 
   
  TNI Bagian Masyarakat berada di bawah komando Djokosujono dan wakilnya 
Sakirman. TNI disusun menurut struktur teritorial. Penyusunan kekuatan 
bersenjata yang demikian ini terbentuk dari perkembangan konkret setempat. TNI 
Bagian Masyarakat khususnya merupakan hubungan yang diperlukan dengan rakyat 
lewat organisasi-organisasi massa. Bila terjadi perang, politik kekuatan 
bersenjata yalah melaksanakan politik "bumi hangus". 

  Dan perang sungguh-sungguh meletus, yaitu perang agresi kolonial pertama yang 
oleh Belanda dinamakan aksi polisionil pertama. Tetapi Yogyakarta pada waktu 
itu belum jatuh di tangan musuh.
   
  II. Tahap kedua. Persetujuan Renville sampai jatuhnya kabinet Amir 
Syarifudin. Sebagai akibat dari perang kolonial, di kalangan pemerintah 
Indonesia banyak terjangkit rasa jemu perang. Perundingan melahirkan 
persetujuan Renville. Bagaimana gencatan senjata harus dilaksanakan? 

  Untuk itu perlu ditetapkan garis demarkasi yang menjadi garis pemisah antara 
pasukan Belanda dengan pasukan Indonesia. Ini berarti Republik harus melepaskan 
wilayah. Kantong-kantong, terutama di Jawa Barat, harus dikosongkan. Ini sangat 
merugikan bagi kita, tapi menguntungkan bagi mereka yang menginginkan 
penyelesaian kompromi dengan Belanda. Mereka bagaimanapun mau  mempertahankan 
gencatan senjata dan merasa dapat kekuatan dengan adanya pasukan-pasukan 
Nasution di Yogyakarta (Jawa Tengah) yang ditarik dari kantong-kantong. 
Pasukan-pasukan Belanda hanya berjarak 40 km dari Yogya.

  Di bawah tekanan perundingan, Bung Amir akhirnya menandatangani 
persetujuan Renville. Tetapi segera sesudah itu ia diserang oleh Masyumi dan 
PNI. Maka Bung Amir mengundurkan diri dengan harapan akan ditunjuk oleh 
Soekarno sebagai formatur kabinet baru. Tetapi itu tidak terjadi. Hatta 
ditunjuk menjadi perdana menteri. Mundurnya Amir Syarifudin pada 23 Januari 
1948 merupakan kesalahan terbesar dalam sejarah kita.
   
  III. Tahap ketiga. Peranan kita (kaum kiri) dalam pemerintahan berakhir.
Lalu apa yang harus dilakukan? Langkahnya yalah kembali ke massa, yaitu
mengintensifkan, menyempurnakan pekerjaan partai-partai politik (FDR) dan
organisasi-organisasi massa SOBSI, BTI dll.

  Sejak 23 Januari 1948 pekerjaan massa digiatkan. 21 Februari 1948 dibentuk 
Front Demokrasi Rakyat (FDR) dalam kongres di Solo. Keputusan pertama kongres 
yalah membatalkan persetujuan Linggarjati dan Renville. 
Naiknya kabinet Hatta disertai tindakan-tindakan yang membatasi kebebasan 
demokratis bagi rakyat. Sengketa-sengketa terjadi, baik di bidang perburuhan 
maupun pertanian. Aktivitas keluar FDR yalah penyelesaian persoalan upah di 
pabrik karung Delanggu. Ini clash pertama antara kaum buruh dengan majikan 
dalam sejarah RI. Tuntutan upah yang diajukan oleh SOBSI dimenangkan 100%. 

  Hanya mengenai hak konversi tidak ada kesimpulan. Aktivitas kedua yalah di
pedesaan dilapangan pertanian, yaitu penghapusan tanah bengkok. 
Tuntutan menghapuskan tanah bengkok jangan salah diartikan perubahan tanah. 
Tanah bengkok berfungsi sebagai sumber penghasilan lurah. Menghapus tanah 
bengkok diganti dengan pemberian gaji kepada lurah. Tanah bengkoknya lalu 
dibagi di antara kaum tani miskin yang memerlukan tanah. Perubahan ini telah 
berjalan dengan baik dan berhasil di kawasan Gunung Kidul.

  Aktivitas ketiga yalah menghadapi rasionalisasi kekuatan bersenjata yang 
dilakukan oleh Hatta. Formasi tentara yang disusun oleh Amir Syarifudin diubah 
lagi. TNI Bagian Masyarakat dibubarkan. Konflik-konflik mengenai rasionalisasi 
meletus di Surakarta dengan terjadinya penculikan dan pembunuhan. Rasionalisasi 
Hatta dilakukan dengan bersandar pada pasukan-pasukan Nasution yang tidak puas 
karena ditarik ke 
Yogyakarta. Dalam situasi yang keruh ini datanglah kembali ke tanahair Suripno 
dan Musso. Oleh pemerintah di bawah perdana menteri Amir Syarifudin Suripno
dikirim ke luarnegeri dengan tugas khusus sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh
dengan kedudukan menteri untuk menggalang hubungan dengan Uni Sovyet. Tugas ini 
resmi dan juga diumumkan oleh Radio Moskow. Walaupun kemudian dibantah oleh 
Hatta, fakta-fakta itu tak dapat diingkari.
  
Apa yang terjadi setelah kedatangan Musso? Politbiro CC PKI pada bulan Agustus 
1948 mengeluarkan resolusi yang mengkoreksi politik berkompromi dengan 
imperialis Belanda yang dijalankan sampai saat itu oleh pemerintah dan didukung 
oleh PKI dan partai-partai kiri. Resolusi Politbiro CC PKI berjudul "Jalan Baru 
untuk Republik Indonesia", juga dikenal sebagai "Koreksi Besar Musso". Resolusi 
ini memutuskan untuk meninggalkan politik kompromi dengan imperialisme Belanda 
dan untuk menempuh jalan baru untuk republik Indonesia, yaitu melaksanakan 
revolusi nasional untuk akhirnya mewujudkan demokrasi rakyat.  
   
  Resolusi dapat segera diterima dan mendapat dukungan luas, karena 
pikiran-pikiran dalam resolusi itu sudah lama dicetuskan dan dibicarakan di 
kalangan FDR. Jadi dalam koreksi PKI yang dimuat dalam resolusi tersebut 
samasekali tak ada ide atau gagasan untuk membentuk sovyet-sovyet. Tugas PKI 
yalah mengusahakan pembentukan pemerintah front nasional yang akan meneruskan 
revolusi nasional. Ini jelas dari seluruh isi resolusi dan tegas dinyatakan 
dalam judul resolusi, yaitu "Jalan Baru untuk Republik Indonesia". Penyingkatan 
judul resolusi itu menjadi "Jalan Baru" saja, sengaja atau tidak sengaja 
mengaburkan tujuan utama resolusi, yaitu memenangkan perjuangan Republik 
Indonesia mencapai kemerdekaan 100% dari imperialisme/kolonialisme Belanda.
  
Apa yang terjadi di Madiun? Saya tidak tahu karena tidak berada di Madiun 
melainkan di Yogyakarta. Pada 17 September 1946 SBKA menyelenggarakan 
konferensi guna membahas isi "Jalan Baru untuk Republik Indonesia".

  Delegasi-delegasi SBKA dari berbagai daerah sudah berkumpul di Yogya, 100 
orang lebih, termasuk delegasi SBKA dari Madiun, d.a. ketua dan sekretarisnya. 
Dalam konferensi itu Musso yang sedang berada di Cepu akan hadir dan berbicara. 
Rencananya, konferensi akan dimulai pk 16.00-17.00.
Tapi kami menerima telgram dari Musso, bahwa ia akan terlambat datang, karena 
terjadi pertempuran  di satu bagian sepanjang jalan kereta-api.

  Delegasi Musso akan berusaha datang dengan naik mobil. Tapi kami dianjurkan 
untuk mulai dulu. Konferensi dimulai pk 19.00-20.00. Malam itu atau lebih tepat 
pagi-buta pk 02.00 pada 18 September 1948 kami dikepung oleh Mobrig dan 
ditangkap, dibawa ke benteng Vredenburg. Paginya dibawa ke gedung Normaal 
School. Ternyata tidak hanya orang-orang SBKA yang ditangkap. Tan Ling Djie, 
Abdulmadjid dan tokoh-tokoh FDR lainnya masuk jadi tahanan. 
  
Kami tidak tahu apa yang dituduhkan pada kami. Pada malam kedua atau ketiga 
saya, Gondo Pratomo, menjadi orang pertama yang dipanggil dan dihadapkan ke 
jaksa untuk interogasi. Di situ saya baru mendengar tuduhan seakan-akan kita 
mau membikin sovyet. Saya membantah. Kepada interogator saya katakan: "kalian 
sudah menyita semua notulen rapat kami. Dari situ kalian kan dapat tahu apa 
yang kami bicarakan". 
   
  Dan lagi kalau di Madiun akan diadakan pemberontakan, mengapa pengurus SBKA 
Madiun datang dan dengan tenang menghadiri konferensi itu. Jadi tidak ada 
alasan untuk menahan kami lagi. Tapi serdadu pengawal lalu mengkokang 
senapannya mengancam. Dari sekolah kami dipindahkan lagi ke kamp-kamp di 
sekitar pabrik-pabrik gula. Sudah banyak tahanan, menurut berita kl 2000 orang 
dari daerah sekitar Yogyakarta. Dari sini jelas, bahwa pihak pemerintah Hatta 
sudah lama mempersiapkan penangkapan ini dan sudah menseleksi orang-orang yang 
oleh mereka dianggap "berbahaya". 
   
  Didalam tahanan itu, baru kami dengar mengenai peristiwa di Madiun, yaitu 
bahwa CPM dilucuti dan tuduhan bahwa di Madiuin didirikan sovyet. Kami dengar 
pidato Bung Karno yang menyatakan harus pilih "Sukarno-Hatta atau Musso". 
Dalam pidato itu Bung Karno juga menegaskan ia sendiri akan memimpin perang
gerilya. 

  Melalui seleksi akhirnya kami sejumlah kl 100 orang dimasukkan dalam penjara
di Wirogunan. Karena personil penjara juga anggota SOBSI, maka kami bisa 
membikin kontak dengan teman-teman diluar dan mengikuti perkembangan situasi. 
Ketika itu sudah jelas bahwa Belanda akan menyerang lagi republik kita. Kepada 
para penjaga penjara kami tanyakan bagaimana dengan kami kalau Belanda 
menyerang. Jawab mereka, kalian tahanan politik. Maka kalau Belanda menyerang 
tentu akan dibebaskan. Tetapi ketika Belanda menyerang kami tidak dibebaskan, 
malah masih ada tahanan baru yang dimasukkan, a.l. Pamudji. Maka kami tolak 
untuk ditahan terus dan mendobrak keluar dari penjara.

  Pasukan-pasukan Belanda sudah memasuki Yogya, maka kami harus lari mencari
jalan menghindari pasukan-pasukan itu. Ada yang malang, ditangkap dan ditembak 
mati pasukan Belanda, a.l. Mr. Hendromartono. Sebagian dari kami (kl 15 orang) 
berkumpul di Padokan - pabrik gula dekat Yogya. Ada pemuda-pemuda Pesindo 
datang di situ. Mereka dari Yogya membawa pak Dirman ke istana untuk bertemu 
dengan Bung Karno. Maksud pak Dirman mengajak Bung Karno keluar kota untuk 
bergerilya. Tapi Bung Karno menolak dan pak Dirman keluar Yogya lagi memimpin 
perang gerilya. Kami rundingkan apa yang harus kami lakukan? Pak Djokosudjono 
menyatakan tidak ada jalan lain, harus perang gerilya. Semua setuju. Lalu siapa 
harus memimpin? Kami sepakat, pak Otto Abdurrachman. Ia tamatan KMA 
(Koninklijke Militaire Academie), ambil bagian dalam perang dunia kedua di 
Eropa, jadi punya pengalaman berperang. 
Ia juga ditahan di Wirogunan dalam kaitan peristiwa Madiun. Kepada kami yang 
sudah berumur disarankan jangan ikut perang fisik, tapi diantar ke daerah-daerah
pedesaan yang aman. Sebagian diantar ke Wonosari, sebagian ke daerah Magelang.
  
Perang agresi kolonial kedua Belanda dimulai pada 19 Desember 1948. 
Kemudian baru kami ketahui bahwa pada menjelang serangan Belanda itu sejumlah 
kawan pimpinan PKI, SOBSI, BTI, Pesindo dll, yaitu sebelas kawan yang 
diantaranya
Kw Amir Syarifudin dieksekusi, ditembak mati tanpa proses pengadilan apapun.
Pada serbuan Belanda ke Yogyakarta presiden Sukarno, wakil presiden Hatta dan 
pimpinan tinggi pemeritah Republik semua ditangkap oleh Belanda. 

  Boleh dikata dengan penangkapan itu republik runtuh, pucuk pimpinan republik
bagaikan sudah mengibarkan bendera putih. Belanda mengira mereka sudah berhasil 
menaklukkan republik dan mencapai kemenangan. Tapi rakyat Indonesia tidak 
menyerah, tetap bertahan meneruskan perjuangan. Perang gerilya yang dilancarkan 
dan dikembangkan rakyat justru makin sukar dihadapi Belanda dan membuat korban 
makin banyak pada tentara mereka. Dunia internasional juga menggugat Belanda. 
Uni Sovyet , negeri-negeri Eropa Timur dan negeri-negeri Asia yang penting 
memberikan dukungan solidaritas pada perjuangan rakyat Indonesia. Amerika 
Serikat terlibat dalam perang Vietnam, tidak mau terikat di Indonesia. Perang 
rakyat di Indonesia dan faktor internasional akhirnya memaksa Belanda angkat 
kaki dari Indonesia.
  
Dalam meninjau kembali kejadian-kejadian pada waktu itu, muncullah pertanyaan 
kunci. Yaitu "Siapa musuh kita pada waktu itu?" Pertanyaan ini mestinya menjadi 
bahasan dalam serasehan ini. Bagi PKI sebagaimana dengan jelas dan tegas 
dirumuskan dalam resolusi "Jalan Baru untuk Republik Indonesia" musuh kita 
adalah imperialisme Belanda yang harus diusir dari wilayah Indonesia dan 
ditegakkan kedaulatan rakyat Indonesia. Kami (kaum komunis dan progresif) yang 
dituduh membikin sovyet, mengkhianati republik, justru menyatu dengan kekuatan 
rakyat yang teguh melawan Belanda. 

  Tapi bagi Hatta dkk musuhnya yalah PKI dan kekuatan progresif, bukan 
imperialisme
Belanda. Pembunuhan dan penyingkiran kekuatan komunis dan kekuatan progresif
telah melemahkan kekuatan republik yang memperjuangan kemerdekaan 100%,
melempangkan jalan untuk berkompromi dengan imperialisme/kolonialisme Belanda. 
Penyelesaian kompromi ini berwujud hasil Konferensi Meja Bundar.dan pembentukan 
RIS.yang jajahan model baru. Indonesia tidak hanya masih terikat secara 
politik, ekonomi dan militer pada Belanda, tapi Belanda membuat problem 
kolonial yang baru: Belanda menolak untuk menyerahkan Irian Barat. 
Republik Indonesia betul-betul jatuh dalam jebakan nekolim!
   
  Kejadian-kejadian sejarah yang diuraikan diatas membuktikan bahwa PKI tidak 
pernah ada niat atau rencana membentuk sovyet-sovyet, tapi justru berjuang 
untuk menegakkan Republik Indonesia yang 100% merdeka.  Karena pendirian PKI
yalah bahwa revolusi Indonesia adalah suatu revolusi nasional untuk mewujudkan 
kemerdekaan nasional. Tetapi di buku-buku sejarah di sekolah-sekolah Indonesia 
mulai dari SD masih saja dicantumkan pemulasan sejarah, bahwa PKI berontak di 
Madiun dan membentuk sovyet-sovet. Misalnya, buku pelajaran sejarah untuk 
Sekolah Menengah, karangan Drs. Soeroto "Indonesia ditengah-tengah Dunia dari 
Abad keabad" pada halaman 210-211 ditulis bahwa Amir Syarifudin dan Musso 
bersama-sama "pada bulan September 1948 mengadakan coup di Madiun dan 
memproklamirkan negara Republik Sovyet Indonesia". Dengan tuduhan palsu dan tak 
berbukti ini sejumlah kawan pejuang teguh kemerdekaan Indonesia dieksekusi 
dengan keji oleh kekuatan reaksioner Indonesia. Di desa Ngalihan dieksekusi 
kawan-kawan:
  
1. Sardjono, anggota Politbiro CC PKI, ex-Ketua CC PKI,
2. Maruto Darusman, anggota Politbiro CC PKI, Sekretaris CC PKI dan Ketua Umum 
SARBUPRI, 
  3. Suripno, anggota Politbiro CC PKI, anggota Badan Pekerja Federasi Pemuda 
Demokratis Sedunia, ex Duta Istimewa R.I. di Eropa Timur,
4. Haryono, anggota Politbiro CC PKI, Ketua Umum SOBSI,
5. Amir Syarifudin, anggota Politbiro CC PKI, ex Perdana Menteri, ex Menteri 
Pertahanan R.I.,
6.  Oei Gee Hwat, anggota PKI, anggota Sentral Biro SOBSI,
7.  Sukarno, anggota PKI, anggota Dewan Pusat PESINDO,
8.  Ronomarsono, anggota PKI,
9.  D. Mangku, anggota PKI, memimpin majalah "BANGUN",
  10.Katamhadi, anggota PKI, ex jenderal-mayor ALRI,
11. Djokosujono, anggota PKI, ex jenderal-mayor TNI.
Di samping itu ada 41 kawan di Magelang yang diberondong mati. Salah seorang
berhasil lolos dan sempat bertemu dengan saya di daerah Merapi.
Kita kenang dan salut pada mereka atas semua jasa dan pengorbanan yang sudah
mereka berikan dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia .
   
  Kenyataan seperti dijelaskan di atas justru menunjukkan bahwa semua kami yang 
ditahan dengan dituduh "membikin sovyet di Madiun", setelah keluar dari penjara 
dengan tidak ragu sedikitpun menyatukan diri dengan kekuatan rakyat melawan 
Belanda membela Republik Indonesia. Saya berada di daerah Gunung Merapi, 
diterima dengan penuh kehangatan oleh penduduk setempat. 
Lurah di situ kebetulan lurah yang tanah bengkok sudah diambil dan diganti 
honorarium biasa. Jusuf Mudadalam berada di daerah Gunung Merbabu, Tan Ling 
Djie di Pracimantoro, daerah Pacitan, Suparna di daerah Klaten. Di daerah-daerah
basis perlawanan rakyat ini, kekuatan PKI dan kaum kiri dapat berangsur-angsur 
dipulihkan dan diperkuat. Hubungan-hubungan dengan daerah-daerah lain dapat 
dipulihkan. Bahkan bagi saya ada kemungkinan diatur naik kereta-api ke Jakarta, 
sebab SOBSI dan SBKA masih terus melaksanakan kegiatannya. Pimpinan PKI dapat 
menjalankan peranannya.

  Sekitar bulan Agustus-September 1949 ini, lewat Kementerian Perburuhan R.I. 
SOBSI menerima undangan Gabungan Serikatburuh Sedunia (WFTU) untuk menghadiri 
Konferensi Serikatburuh Australasia yang akan diselenggarakan pada 
November-Desember 1949 di Beijing, di Republik Rakyat Tiongkok yang baru 
diproklamirkan pada 1 Oktober 1949. Melalui usaha keras dan jalan berliku-liku 
SOBSI berhasil untuk pertama kali sejak proklamasi kemerdekaan RI mengirim 
delegasi ke konferensi itu. Dengan demikian menembus blokade dan menggalang 
kembali hubungan solidaritas internasional.

  Pada bulan Agustus-September 1949 sebelum perjanjian KMB ditandatangani, 
Politbiro CC PKI mengeluarkan pernyataan menolak KMB, pernyataan yang berjudul 
"RIS yang bukan setengah jajahan garis haluan PKI". Suatu kesimpulan tepat atas 
hasil-hasil Konferensi Meja Bundar. Dengan segala perjuangan yang dilakukan 
kemudian, harus kita konstatasi, bahwa tujuan kita mencapai kemerdekaan 
Indonesia 100% hingga kini belum tercapai. 
Nekolim masih mencengkeram negeri kita. Perjuangan rakyat pasti juga masih
diteruskan!
   
  19 Oktober 2002

  Gondo Pratomo

  Sejak 1947 sekretaris pertama Serikat Buruh Kereta Api (SBKA).
   
  ****
   
   


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






                
---------------------------------
Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail  makes sharing a breeze. 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] [Doc. Sejarah NKRI] MENYATUKAN DIRI MEMBELA REPUBLIK INDONESIA oleh alm. GONDOPRATOMO