** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Sumber: http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002-October/000567.html Subject:[Nusantara] MENYATUKAN DIRI MEMBELA RI From: gigihnusantaraid gigihnusantaraid@xxxxxxxxx Date: Tue Oct 29 11:03:46 2002 MENYATUKAN DIRI MEMBELA REPUBLIK INDONESIA <Mantan Pimpinan SBKA/Sobsi GONDOPRATOMO, dalam "Seminar Peristiwa Madiun 1948"> Pengantar: "Peristiwa Madiun 1948" sudah berada di belakang kita. Ada yang bilang, mengapa kita bicarakan lagi peristiwa itu, itu kan sudah lama terjadi? Tetapi, dalam ukuran sejarah kita sebagai suatu nasion yang masih muda ini, masa 54 tahun itu belumlah lama. Bahkan, itu kurun waktu yang pendek dalam ukuran riwayat sesuatu bangsa. "Peristiwa Madiun1948", adalah salah satu peristiwa sejarah dimana telah timbul korban begitu banyak kader-kader perjuangan kemerdekaan dan ribuan lagi prajurit-prajuit kemerdekaan Indonesia yang tidak bersalah. Maka adalah penting sekali artinya untuk menarik pelajaran dari peristiwa tsb. Itu semua untuk kepentingan generasi muda dan haridepan bangsa kita. Sehubungan dengan itu, prakarsa para penylenggara SARASEHAN PERISTIWA MADIUN 1948, Holland, 19-20 Oktober, 2002, patut disambut dan didukung. Suatu inisiatif yang positif dan sangat berguna. Sarasehan itu punya arti khusus, karena di situ hadir dan bicara SAKSI-SAKSI HIDUP SUMARSONO, "peserta" hidup F. FANGGIDAEJ, dan juga GONDOPRATOMO, peserta hidup peristiwa tsb yang <makalahnya dibacakan dimuka Sarasehan, karena berhalangan datang berhubung kesehatan tidak mengizinkan>. Beliau-beliau itu sudah mancapai usia lanjut. Sumarsono dan Gondo Pratomo sudah diatas 80, sedangkan F. Fanggidaej juga mendekati usia itu. Beliau-beliau itu adalah aset yang sangat berharga dalam rangka penulisan sejarah bangsa kita. Yang lebih penting lagi, ialah bahwa mereka masih ingat betul kejadian-kejadian tsb, karena berada disitu, dan sampai kini, semangat beliau-beliau itu TETAP SEMANGAT KEMERDEKAAN, SEMANGAT MEMBELA RAKYAT, MEMBELA REPUBLIK INDONESIA! Di bawah ini adalah MAKALAH GONDOPRATOMO. Karena merupakan dokumen sejarah penting, yang ikut saya dengarkan ketika dibacakan, saya tilpun beliau minta persetujuannya agar saya bisa publikasikan makalah penting ini, agar lebih banyak pembaca yang mengetahuinya. Syukurlah beliau menyetujuinya. Siapa GONDOPRATOMO? Kiranya beliau cukup dikenal sebagai pejuang kaum buruh dan pejuang kemerdekaan. Tetapi baiklah saya kemukakan lagi. Beliau sedang belajar di negeri Belanda ketika Perang Dunia II meletus. Sebagai anggota Perhimpunan Indonesia, PI, Nederland, Gondopratomo sudah sejak masa mudanya aktif ambil bagian dalam kegiatan para mahasiswa Indonesia lainnya di Belanda untuk kemerdekaan Indonesia. Ketika Belanda diduduki tentara fasis Jerman, Gondopratomo bersama pemuda-pemuda Indonesia (PI) lainnya yang berada di Belanda ketika itu, seperti Irawan (diekekusi oleh tentara fasis Jerman), Thaher Thayeb, Jusuf Muda Dalam, Setiadjit, Sunito, Slamet Faiman dll, ambil bagian aktif dalam perjuangan perlawanan (Verzetstrijd), menyatukan diri dengan perjuangan rakyat Belanda melawan pendudukan Jerman Hitler. Setelah Proklamasi Kemerdekaan beliau kembali ke Indonesia, ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan. Gondo Pratomo pada tahun-tahun itu adalah seorang pejuang kaum buruh dan kemerdekaan yang aktif di dalam Serikat Buruh Kereta Api - SOBSI, sebagai Sekretaris Pertama. Ketika terjadi Gerakan 30 September, 1965, atas tuduhan terlibat beliau dijebloskan Suharto ke dalam penjara. Menyadari pentingnya peranan kaum muda, Gondo Pratomo, beberapa kali memberikan pengalaman perjuangannya dalam pertemuan-pertemuan ANTARA GENERASI, yang diselenggarakan beberapa kali di Belanda. Dalam makalahnya di muka SARASEHAN PERISTIWA MADIUN 1948, a.l. Gondo Pratomo, menekankan, sbb: Kenyataan seperti dijelaskan di atas justru menunjukkan bahwa semua kami yang ditahan dengan dituduh "membikin sovyet di Madiun", setelah keluar dari penjara dengan tidak ragu sedikitpun menyatukan diri dengan kekuatan rakyat melawan Belanda membela Republik Indonesia. Betapa besarnya semangat membela Republik Indonesia dari pejuang-pejuang kemerdekaan yang dituduh memberontak terhadap Republik Indonesia. Selanjutnya silakan mengikuti uraian Gondo Pratomo: Gondo Pratomo: KEJADIAN-KEJADIAN PENTING MENJELANG PERISTIWA MADIUN DAN JATUHNYA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM JEBAKAN NEKOLIM (1945 - 1949) I. Tahap pertama. Beberapa lama setelah proklamasi Republik Indonesia pasukan-pasukan Sekutu mulai mendarat di Indonesia. Kemudian terjadilah konflik-konflik bersenjata dengan rakyat Indonesia di berbagai tempat seperti Surabaya, Semarang, Bandung dan di Sumatra. Konflik-konflik ini menyedarkan pimpinan Sekutu bahwa mereka harus berurusan dengan kekuasaan negara Republik Indonesia yang baru dan sedang dibangun. Oleh sebab itu mereka bersedia menempuh jalan perundingan/ negosiasi dengan republik. Pada bulan Maret 1946 Syahrir secara rahasia telah bersepakat dengan van Mook untuk melakukan perundingan atas dasar kedaulatan de facto Republik hanya atas Jawa, Madura dan Sumatra saja, pengakuan terhadap kedaulatan Belanda di wilayah-wilayah lainnya dan upaya bersama Belanda-Republik untuk membentuk negara Indonesia federal di dalam suatu Uni Belanda-Indonesia. Pada bulan Juni 1946 Hatta menyampaikan pidato di Yogyakarta yang mengungkapkan sifat terbatas dari posisi berunding pemerintah. Oposisi menganggap ini suatu pengkhianatan terhadap pendirian "kemerdekaan 100%". Jalan diplomasi menghasilkan persetujuan Linggarjati yang kemudian disusul dengan persetujuan Renville. Dari pihak Indonesia hal ini - paling tidak dengan persetujuan Linggarjati - dianggap sebagai langkah maju karena ada pengakuan "de facto". Sesungguhnya ini tak ada arti apa-apa, bersifat menipu saja. Prinsip kedaulatan R.I. atas wilayah seluruh Indonesia - suatu prinsip yang tidak bisa diganggu-gugat - sudah dilepaskan, diganti dengan apa yang dinamakan pengakuan kedaulatan de facto R.I. atas Jawa-Madura dan Sumatra. Masalah kedaulatan (suverenitas) tidak bisa dibagi-bagi "de facto" dan "de jure. Oleh sebab itu Belanda masih menganggap sebagai haknya untuk mempertahankan pasukan-pasukan tentaranya di Jawa. Kita (PKI dan kekuatan kiri) terjerat dalam kesepakatan mengenai pengakuan kedaulatan secara "de facto". Kedaulatan seharusnya mencakup aspek militer. Sebetulnya masa perundingan dimanfaatkan untuk memperkuat posisi militer. Fakta-fakta memang mengarah ke situ. Pasukan-pasukan Inggris dan Australia meninggalkan Indonesia dengan menyerahkan posisi-posisinya kepada pihak Belanda. Pasukan-pasukan baru Belanda didatangkan dari Belanda. Pada 24 September 1946 diberangkatkan dari Belanda kontingen pertama dari Divisi 7 Desember. (7 Desember punya arti simbolis, karena pada 7 Desember 1942 Ratu Wilhelmina mengucapkan pidato radio yang menjanjikan hubungan-hubungan sederajat dengan daerah-jajahan seusai perang). Dari pihak Indonesia juga ada perhitungan mengenai kemungkinan terjadinya perang. Di bawah pimpinan Bung Amir Syarifudin pada masa menjabat Perdana Menteri dilaksanakan penyusunan dan pembangunan kekuatan bersenjata. TRI (Tentara Republik Indonesia) diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Di samping itu semua pasukan lasjkar dipusatkan menjadi TNI Bagian Masyarakat. Kedua bagian kekuatan bersenjata ini mempunyai panglima komando masing-masing. Kedua-duanya berada di bawah satu komando tertinggi dari pak jenderal Sudirman. TNI Bagian Masyarakat berada di bawah komando Djokosujono dan wakilnya Sakirman. TNI disusun menurut struktur teritorial. Penyusunan kekuatan bersenjata yang demikian ini terbentuk dari perkembangan konkret setempat. TNI Bagian Masyarakat khususnya merupakan hubungan yang diperlukan dengan rakyat lewat organisasi-organisasi massa. Bila terjadi perang, politik kekuatan bersenjata yalah melaksanakan politik "bumi hangus". Dan perang sungguh-sungguh meletus, yaitu perang agresi kolonial pertama yang oleh Belanda dinamakan aksi polisionil pertama. Tetapi Yogyakarta pada waktu itu belum jatuh di tangan musuh. II. Tahap kedua. Persetujuan Renville sampai jatuhnya kabinet Amir Syarifudin. Sebagai akibat dari perang kolonial, di kalangan pemerintah Indonesia banyak terjangkit rasa jemu perang. Perundingan melahirkan persetujuan Renville. Bagaimana gencatan senjata harus dilaksanakan? Untuk itu perlu ditetapkan garis demarkasi yang menjadi garis pemisah antara pasukan Belanda dengan pasukan Indonesia. Ini berarti Republik harus melepaskan wilayah. Kantong-kantong, terutama di Jawa Barat, harus dikosongkan. Ini sangat merugikan bagi kita, tapi menguntungkan bagi mereka yang menginginkan penyelesaian kompromi dengan Belanda. Mereka bagaimanapun mau mempertahankan gencatan senjata dan merasa dapat kekuatan dengan adanya pasukan-pasukan Nasution di Yogyakarta (Jawa Tengah) yang ditarik dari kantong-kantong. Pasukan-pasukan Belanda hanya berjarak 40 km dari Yogya. Di bawah tekanan perundingan, Bung Amir akhirnya menandatangani persetujuan Renville. Tetapi segera sesudah itu ia diserang oleh Masyumi dan PNI. Maka Bung Amir mengundurkan diri dengan harapan akan ditunjuk oleh Soekarno sebagai formatur kabinet baru. Tetapi itu tidak terjadi. Hatta ditunjuk menjadi perdana menteri. Mundurnya Amir Syarifudin pada 23 Januari 1948 merupakan kesalahan terbesar dalam sejarah kita. III. Tahap ketiga. Peranan kita (kaum kiri) dalam pemerintahan berakhir. Lalu apa yang harus dilakukan? Langkahnya yalah kembali ke massa, yaitu mengintensifkan, menyempurnakan pekerjaan partai-partai politik (FDR) dan organisasi-organisasi massa SOBSI, BTI dll. Sejak 23 Januari 1948 pekerjaan massa digiatkan. 21 Februari 1948 dibentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) dalam kongres di Solo. Keputusan pertama kongres yalah membatalkan persetujuan Linggarjati dan Renville. Naiknya kabinet Hatta disertai tindakan-tindakan yang membatasi kebebasan demokratis bagi rakyat. Sengketa-sengketa terjadi, baik di bidang perburuhan maupun pertanian. Aktivitas keluar FDR yalah penyelesaian persoalan upah di pabrik karung Delanggu. Ini clash pertama antara kaum buruh dengan majikan dalam sejarah RI. Tuntutan upah yang diajukan oleh SOBSI dimenangkan 100%. Hanya mengenai hak konversi tidak ada kesimpulan. Aktivitas kedua yalah di pedesaan dilapangan pertanian, yaitu penghapusan tanah bengkok. Tuntutan menghapuskan tanah bengkok jangan salah diartikan perubahan tanah. Tanah bengkok berfungsi sebagai sumber penghasilan lurah. Menghapus tanah bengkok diganti dengan pemberian gaji kepada lurah. Tanah bengkoknya lalu dibagi di antara kaum tani miskin yang memerlukan tanah. Perubahan ini telah berjalan dengan baik dan berhasil di kawasan Gunung Kidul. Aktivitas ketiga yalah menghadapi rasionalisasi kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh Hatta. Formasi tentara yang disusun oleh Amir Syarifudin diubah lagi. TNI Bagian Masyarakat dibubarkan. Konflik-konflik mengenai rasionalisasi meletus di Surakarta dengan terjadinya penculikan dan pembunuhan. Rasionalisasi Hatta dilakukan dengan bersandar pada pasukan-pasukan Nasution yang tidak puas karena ditarik ke Yogyakarta. Dalam situasi yang keruh ini datanglah kembali ke tanahair Suripno dan Musso. Oleh pemerintah di bawah perdana menteri Amir Syarifudin Suripno dikirim ke luarnegeri dengan tugas khusus sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh dengan kedudukan menteri untuk menggalang hubungan dengan Uni Sovyet. Tugas ini resmi dan juga diumumkan oleh Radio Moskow. Walaupun kemudian dibantah oleh Hatta, fakta-fakta itu tak dapat diingkari. Apa yang terjadi setelah kedatangan Musso? Politbiro CC PKI pada bulan Agustus 1948 mengeluarkan resolusi yang mengkoreksi politik berkompromi dengan imperialis Belanda yang dijalankan sampai saat itu oleh pemerintah dan didukung oleh PKI dan partai-partai kiri. Resolusi Politbiro CC PKI berjudul "Jalan Baru untuk Republik Indonesia", juga dikenal sebagai "Koreksi Besar Musso". Resolusi ini memutuskan untuk meninggalkan politik kompromi dengan imperialisme Belanda dan untuk menempuh jalan baru untuk republik Indonesia, yaitu melaksanakan revolusi nasional untuk akhirnya mewujudkan demokrasi rakyat. Resolusi dapat segera diterima dan mendapat dukungan luas, karena pikiran-pikiran dalam resolusi itu sudah lama dicetuskan dan dibicarakan di kalangan FDR. Jadi dalam koreksi PKI yang dimuat dalam resolusi tersebut samasekali tak ada ide atau gagasan untuk membentuk sovyet-sovyet. Tugas PKI yalah mengusahakan pembentukan pemerintah front nasional yang akan meneruskan revolusi nasional. Ini jelas dari seluruh isi resolusi dan tegas dinyatakan dalam judul resolusi, yaitu "Jalan Baru untuk Republik Indonesia". Penyingkatan judul resolusi itu menjadi "Jalan Baru" saja, sengaja atau tidak sengaja mengaburkan tujuan utama resolusi, yaitu memenangkan perjuangan Republik Indonesia mencapai kemerdekaan 100% dari imperialisme/kolonialisme Belanda. Apa yang terjadi di Madiun? Saya tidak tahu karena tidak berada di Madiun melainkan di Yogyakarta. Pada 17 September 1946 SBKA menyelenggarakan konferensi guna membahas isi "Jalan Baru untuk Republik Indonesia". Delegasi-delegasi SBKA dari berbagai daerah sudah berkumpul di Yogya, 100 orang lebih, termasuk delegasi SBKA dari Madiun, d.a. ketua dan sekretarisnya. Dalam konferensi itu Musso yang sedang berada di Cepu akan hadir dan berbicara. Rencananya, konferensi akan dimulai pk 16.00-17.00. Tapi kami menerima telgram dari Musso, bahwa ia akan terlambat datang, karena terjadi pertempuran di satu bagian sepanjang jalan kereta-api. Delegasi Musso akan berusaha datang dengan naik mobil. Tapi kami dianjurkan untuk mulai dulu. Konferensi dimulai pk 19.00-20.00. Malam itu atau lebih tepat pagi-buta pk 02.00 pada 18 September 1948 kami dikepung oleh Mobrig dan ditangkap, dibawa ke benteng Vredenburg. Paginya dibawa ke gedung Normaal School. Ternyata tidak hanya orang-orang SBKA yang ditangkap. Tan Ling Djie, Abdulmadjid dan tokoh-tokoh FDR lainnya masuk jadi tahanan. Kami tidak tahu apa yang dituduhkan pada kami. Pada malam kedua atau ketiga saya, Gondo Pratomo, menjadi orang pertama yang dipanggil dan dihadapkan ke jaksa untuk interogasi. Di situ saya baru mendengar tuduhan seakan-akan kita mau membikin sovyet. Saya membantah. Kepada interogator saya katakan: "kalian sudah menyita semua notulen rapat kami. Dari situ kalian kan dapat tahu apa yang kami bicarakan". Dan lagi kalau di Madiun akan diadakan pemberontakan, mengapa pengurus SBKA Madiun datang dan dengan tenang menghadiri konferensi itu. Jadi tidak ada alasan untuk menahan kami lagi. Tapi serdadu pengawal lalu mengkokang senapannya mengancam. Dari sekolah kami dipindahkan lagi ke kamp-kamp di sekitar pabrik-pabrik gula. Sudah banyak tahanan, menurut berita kl 2000 orang dari daerah sekitar Yogyakarta. Dari sini jelas, bahwa pihak pemerintah Hatta sudah lama mempersiapkan penangkapan ini dan sudah menseleksi orang-orang yang oleh mereka dianggap "berbahaya". Didalam tahanan itu, baru kami dengar mengenai peristiwa di Madiun, yaitu bahwa CPM dilucuti dan tuduhan bahwa di Madiuin didirikan sovyet. Kami dengar pidato Bung Karno yang menyatakan harus pilih "Sukarno-Hatta atau Musso". Dalam pidato itu Bung Karno juga menegaskan ia sendiri akan memimpin perang gerilya. Melalui seleksi akhirnya kami sejumlah kl 100 orang dimasukkan dalam penjara di Wirogunan. Karena personil penjara juga anggota SOBSI, maka kami bisa membikin kontak dengan teman-teman diluar dan mengikuti perkembangan situasi. Ketika itu sudah jelas bahwa Belanda akan menyerang lagi republik kita. Kepada para penjaga penjara kami tanyakan bagaimana dengan kami kalau Belanda menyerang. Jawab mereka, kalian tahanan politik. Maka kalau Belanda menyerang tentu akan dibebaskan. Tetapi ketika Belanda menyerang kami tidak dibebaskan, malah masih ada tahanan baru yang dimasukkan, a.l. Pamudji. Maka kami tolak untuk ditahan terus dan mendobrak keluar dari penjara. Pasukan-pasukan Belanda sudah memasuki Yogya, maka kami harus lari mencari jalan menghindari pasukan-pasukan itu. Ada yang malang, ditangkap dan ditembak mati pasukan Belanda, a.l. Mr. Hendromartono. Sebagian dari kami (kl 15 orang) berkumpul di Padokan - pabrik gula dekat Yogya. Ada pemuda-pemuda Pesindo datang di situ. Mereka dari Yogya membawa pak Dirman ke istana untuk bertemu dengan Bung Karno. Maksud pak Dirman mengajak Bung Karno keluar kota untuk bergerilya. Tapi Bung Karno menolak dan pak Dirman keluar Yogya lagi memimpin perang gerilya. Kami rundingkan apa yang harus kami lakukan? Pak Djokosudjono menyatakan tidak ada jalan lain, harus perang gerilya. Semua setuju. Lalu siapa harus memimpin? Kami sepakat, pak Otto Abdurrachman. Ia tamatan KMA (Koninklijke Militaire Academie), ambil bagian dalam perang dunia kedua di Eropa, jadi punya pengalaman berperang. Ia juga ditahan di Wirogunan dalam kaitan peristiwa Madiun. Kepada kami yang sudah berumur disarankan jangan ikut perang fisik, tapi diantar ke daerah-daerah pedesaan yang aman. Sebagian diantar ke Wonosari, sebagian ke daerah Magelang. Perang agresi kolonial kedua Belanda dimulai pada 19 Desember 1948. Kemudian baru kami ketahui bahwa pada menjelang serangan Belanda itu sejumlah kawan pimpinan PKI, SOBSI, BTI, Pesindo dll, yaitu sebelas kawan yang diantaranya Kw Amir Syarifudin dieksekusi, ditembak mati tanpa proses pengadilan apapun. Pada serbuan Belanda ke Yogyakarta presiden Sukarno, wakil presiden Hatta dan pimpinan tinggi pemeritah Republik semua ditangkap oleh Belanda. Boleh dikata dengan penangkapan itu republik runtuh, pucuk pimpinan republik bagaikan sudah mengibarkan bendera putih. Belanda mengira mereka sudah berhasil menaklukkan republik dan mencapai kemenangan. Tapi rakyat Indonesia tidak menyerah, tetap bertahan meneruskan perjuangan. Perang gerilya yang dilancarkan dan dikembangkan rakyat justru makin sukar dihadapi Belanda dan membuat korban makin banyak pada tentara mereka. Dunia internasional juga menggugat Belanda. Uni Sovyet , negeri-negeri Eropa Timur dan negeri-negeri Asia yang penting memberikan dukungan solidaritas pada perjuangan rakyat Indonesia. Amerika Serikat terlibat dalam perang Vietnam, tidak mau terikat di Indonesia. Perang rakyat di Indonesia dan faktor internasional akhirnya memaksa Belanda angkat kaki dari Indonesia. Dalam meninjau kembali kejadian-kejadian pada waktu itu, muncullah pertanyaan kunci. Yaitu "Siapa musuh kita pada waktu itu?" Pertanyaan ini mestinya menjadi bahasan dalam serasehan ini. Bagi PKI sebagaimana dengan jelas dan tegas dirumuskan dalam resolusi "Jalan Baru untuk Republik Indonesia" musuh kita adalah imperialisme Belanda yang harus diusir dari wilayah Indonesia dan ditegakkan kedaulatan rakyat Indonesia. Kami (kaum komunis dan progresif) yang dituduh membikin sovyet, mengkhianati republik, justru menyatu dengan kekuatan rakyat yang teguh melawan Belanda. Tapi bagi Hatta dkk musuhnya yalah PKI dan kekuatan progresif, bukan imperialisme Belanda. Pembunuhan dan penyingkiran kekuatan komunis dan kekuatan progresif telah melemahkan kekuatan republik yang memperjuangan kemerdekaan 100%, melempangkan jalan untuk berkompromi dengan imperialisme/kolonialisme Belanda. Penyelesaian kompromi ini berwujud hasil Konferensi Meja Bundar.dan pembentukan RIS.yang jajahan model baru. Indonesia tidak hanya masih terikat secara politik, ekonomi dan militer pada Belanda, tapi Belanda membuat problem kolonial yang baru: Belanda menolak untuk menyerahkan Irian Barat. Republik Indonesia betul-betul jatuh dalam jebakan nekolim! Kejadian-kejadian sejarah yang diuraikan diatas membuktikan bahwa PKI tidak pernah ada niat atau rencana membentuk sovyet-sovyet, tapi justru berjuang untuk menegakkan Republik Indonesia yang 100% merdeka. Karena pendirian PKI yalah bahwa revolusi Indonesia adalah suatu revolusi nasional untuk mewujudkan kemerdekaan nasional. Tetapi di buku-buku sejarah di sekolah-sekolah Indonesia mulai dari SD masih saja dicantumkan pemulasan sejarah, bahwa PKI berontak di Madiun dan membentuk sovyet-sovet. Misalnya, buku pelajaran sejarah untuk Sekolah Menengah, karangan Drs. Soeroto "Indonesia ditengah-tengah Dunia dari Abad keabad" pada halaman 210-211 ditulis bahwa Amir Syarifudin dan Musso bersama-sama "pada bulan September 1948 mengadakan coup di Madiun dan memproklamirkan negara Republik Sovyet Indonesia". Dengan tuduhan palsu dan tak berbukti ini sejumlah kawan pejuang teguh kemerdekaan Indonesia dieksekusi dengan keji oleh kekuatan reaksioner Indonesia. Di desa Ngalihan dieksekusi kawan-kawan: 1. Sardjono, anggota Politbiro CC PKI, ex-Ketua CC PKI, 2. Maruto Darusman, anggota Politbiro CC PKI, Sekretaris CC PKI dan Ketua Umum SARBUPRI, 3. Suripno, anggota Politbiro CC PKI, anggota Badan Pekerja Federasi Pemuda Demokratis Sedunia, ex Duta Istimewa R.I. di Eropa Timur, 4. Haryono, anggota Politbiro CC PKI, Ketua Umum SOBSI, 5. Amir Syarifudin, anggota Politbiro CC PKI, ex Perdana Menteri, ex Menteri Pertahanan R.I., 6. Oei Gee Hwat, anggota PKI, anggota Sentral Biro SOBSI, 7. Sukarno, anggota PKI, anggota Dewan Pusat PESINDO, 8. Ronomarsono, anggota PKI, 9. D. Mangku, anggota PKI, memimpin majalah "BANGUN", 10.Katamhadi, anggota PKI, ex jenderal-mayor ALRI, 11. Djokosujono, anggota PKI, ex jenderal-mayor TNI. Di samping itu ada 41 kawan di Magelang yang diberondong mati. Salah seorang berhasil lolos dan sempat bertemu dengan saya di daerah Merapi. Kita kenang dan salut pada mereka atas semua jasa dan pengorbanan yang sudah mereka berikan dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia . Kenyataan seperti dijelaskan di atas justru menunjukkan bahwa semua kami yang ditahan dengan dituduh "membikin sovyet di Madiun", setelah keluar dari penjara dengan tidak ragu sedikitpun menyatukan diri dengan kekuatan rakyat melawan Belanda membela Republik Indonesia. Saya berada di daerah Gunung Merapi, diterima dengan penuh kehangatan oleh penduduk setempat. Lurah di situ kebetulan lurah yang tanah bengkok sudah diambil dan diganti honorarium biasa. Jusuf Mudadalam berada di daerah Gunung Merbabu, Tan Ling Djie di Pracimantoro, daerah Pacitan, Suparna di daerah Klaten. Di daerah-daerah basis perlawanan rakyat ini, kekuatan PKI dan kaum kiri dapat berangsur-angsur dipulihkan dan diperkuat. Hubungan-hubungan dengan daerah-daerah lain dapat dipulihkan. Bahkan bagi saya ada kemungkinan diatur naik kereta-api ke Jakarta, sebab SOBSI dan SBKA masih terus melaksanakan kegiatannya. Pimpinan PKI dapat menjalankan peranannya. Sekitar bulan Agustus-September 1949 ini, lewat Kementerian Perburuhan R.I. SOBSI menerima undangan Gabungan Serikatburuh Sedunia (WFTU) untuk menghadiri Konferensi Serikatburuh Australasia yang akan diselenggarakan pada November-Desember 1949 di Beijing, di Republik Rakyat Tiongkok yang baru diproklamirkan pada 1 Oktober 1949. Melalui usaha keras dan jalan berliku-liku SOBSI berhasil untuk pertama kali sejak proklamasi kemerdekaan RI mengirim delegasi ke konferensi itu. Dengan demikian menembus blokade dan menggalang kembali hubungan solidaritas internasional. Pada bulan Agustus-September 1949 sebelum perjanjian KMB ditandatangani, Politbiro CC PKI mengeluarkan pernyataan menolak KMB, pernyataan yang berjudul "RIS yang bukan setengah jajahan garis haluan PKI". Suatu kesimpulan tepat atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar. Dengan segala perjuangan yang dilakukan kemudian, harus kita konstatasi, bahwa tujuan kita mencapai kemerdekaan Indonesia 100% hingga kini belum tercapai. Nekolim masih mencengkeram negeri kita. Perjuangan rakyat pasti juga masih diteruskan! 19 Oktober 2002 Gondo Pratomo Sejak 1947 sekretaris pertama Serikat Buruh Kereta Api (SBKA). **** Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ --------------------------------- Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **