** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **RIAU POS Jumat, 08 September 2006 "Bola Liar" Data Kemiskinan Peningkatan jumlah warga miskin sebesar 1,78 persen atau 3,95 juta jiwa sebagaimana diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) akhir Agustus 2006 lalu, mendapat respon yang berbeda dari sejumlah kalangan. Jika para pengamat ekonomi lebih banyak menilai angka itu terlalu underestimate (di luar perkiraan), karena kenyatannya lebih besar, kalangan internal kabinet malah meragukan data itu karena dianggap terlalu besar. Menyoal masalah data kemiskinan ini, sering banyak pihak yang merasa dirugikan. Misalnya, di saat data kemiskinan di daerah itu diumumkan -yang dijabarkan dalam bentuk kartu miskin yang berhak mendapat SLT-, maka orang miskin yang tak terdaftar pun akan menjerit, miskin kok tidak sebut miskin. Demikian juga bagi pemerintah, data kemiskinan itu ibarat dua mata pisau, satu sisi data itu digunakan untuk mendapatkan bantuan APBN atau APBD bahwa daerahnya memerlukan bantuan disebabkan banyaknya jumlah rakyat miskin yang masih perlu dibantu. Maka jika data untuk mendapatkan dana APBN atau APBD yang diinginkan, data terbanyak miskin lah yang dilaporkan. Namun, di sisi lain, data kemiskinan itu juga diperlukan ketika sang pemimpin menyampaikan laporan tahunan, biasanya data yang disampaikan adalah data minimal. Misalnya di saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pidato kenegaraan di sidang paripurna DPR 16 Agustus lalu menyebutkan tingkat kemiskinan berhasil dikurangi dari 23,4 persen pada tahun 1999 menjadi 16 persen pada tahun 2005. Padahal, data itu sebelum kenaikan harga BBM, tentulah angka kemiskinan sedikit, coba disampaikan data terakhir, maka jumlah kemiskinan itu tentunya meningkat. Nah, di sinilah data kemiskinan itu sering menjadi ''bola liar'', bisa-bisa sang pemimpin jatuh di tengah jalan, sebab pihak DPR menyatakan mosi tidak percaya. Sebab, data kemiskinan itu menunjukkan keberhasilan atau kegagalan seorang bupati, gubernur dan presiden. Masih ingat dalam pikiran kita, di akhir jabatan Gubernur Riau, H Saleh Djasit SH, masalah data kemiskinan ini menjadi polemik. Di satu sisi, data kemiskinan BPS Riau menyatakan angka kemiskinan menurun, tetapi di sisi lain, data kemiskinan BKKBN menyatakan angka kemiskinan itu meningkat. Tetapi kalangan politisi lawannya, lebih sering menggunakan data yang meningkat. Maka data kemiskinan yang disampaikan BKKBN Riau itu laris manis dibandingkan data kemiskinan BPS Riau saat itu. Saleh Djasit pun dinilai tak berhasil dalam menjalankan tugasnya selama lima tahun, sebab angka kemiskinan dinilai meningkat dan program pengentasan kemiskinan yang digerakkan melalui dinas-dinas teknis dinilai gagal. Dari kasus itu, tergambar bahwa data kemiskinan itu sangat rawan dipolitisir. Kalau saja pihak eksekutif dan legislatif itu menyadari bahwa angka itu adalah untuk mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan untuk mengurangi kemiskinan. BPS dan BKKBN tidak salah, sebab mereka menyampaikan data yang sebenarnya. Yang salah mereka-mereka yang mempolitisir data itu, sementara si miskin makin miskin. Data kemiskinan itu memang berbeda antara BPS dan BKKBN, sebab indikasi yang digunakan berbeda. Demikian juga hasil riset Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga berbeda dengan BKKN dab BPS. TIB mencatat angka kemiskinan naik dari 16 persen per Februari 2005 menjadi 18,7 persen per Juli 2005 dan 22 persen per Maret 2006. Angka-angka itu idealnya bukan digunakan untuk menghantam pemerintah yang menjabat saat itu, tetapi bagaimana memperbaiki sistem dan kebijakan yang salah selama ini. Kerana data itu menggambarkan wajah Indonesia.*** [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **