[nasional_list] [ppiindia] Beras dan Aspek Keadilan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 20 Jan 2006 06:08:10 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA
Jumat, 20 Januari 2006


Beras dan Aspek Keadilan 


Mustafa Edwin Nasution
Ketua Umum DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)

Mohammad Soleh Nurzaman
Pengajar Fakultas Ekonomi UI 

Rencana pemerintah untuk melakukan impor beras sebesar 110 ton dari Vietnam 
pada bulan ini sebagian di antaranya telah masuk di beberapa titik pelabuhan 
yang ditunjuk pemerintah menuai berbagai permasalah yang pada dasarnya dapat 
dihindari dari awal.
Kontroversi impor beras menjadi permasalahan klise setiap tahun, semenjak 
swasembada pangan tak mampu kita capai lagi. Ketidakmampuan produksi domestik 
untuk memenuhi kebutuhan yang ada selalu menjadi alasan pemerintah untuk 
mengimpor beras dari luar negeri.

Kondisi pertanian
Para petani selalu termarginalisasi. Punya tanggung jawab memenuhi kebutuhan 
dasar seluruh masyarakat, tetapi kebutuhan dasar mereka sendiri sering pada 
posisi tidak berkecukupan. Dengan kata lain, menjadi petani bukanlah sebuah 
profesi yang dapat menopang kehidupan. Menjadi petani hanyalah semata karena 
tidak ada pilihan lain.

Terlalu jauh membandingkan kondisi petani kita dengan petani di Jepang maupun 
di Amerika yang hidup sejahtera dan dalam posisi yang dihormati. Dibandingkan 
dengan petani di Asia tenggara seperti Vietnam saja, pertanian kita didominasi 
oleh petani gurem yang notabene hanya buruh dengan penguasaan lahan sawah 
rata-rata hanya 0,3 hektare (rata-rata produksi nasional 45 kuintal per 
hektare) dan total biaya setiap panen lebih dari 30 persen nilai produksi.

Sehingga dengan lahan yang sempit itu tentu sulit untuk mencapai tingkat 
produktivitas yang tinggi serta memperoleh keuntungan yang layak, karena tidak 
memenuhi skala usaha ekonomi. Kombinasi tidak adanya insentif dan produktivitas 
yang rendah ini membuat pertanian menjadi benar-benar terpinggirkan.

Pemerintah berjanji bahwa impor hanya dijadikan sebagai buffer stock. Sehingga 
dijamin hanya akan dikeluarkan jika produksi lokal tidak mampu memenuhi 
kebutuhan atau tingkat harga jual telah melewati ambang atas tertinggi, karena 
itu tidak akan mengganggu kestabilan harga ditingkat petani. Kemudian, di 
lapangan harga beras terus menaik melewati ambang batas Rp 3.500 per kilogram 
dan operasi pasar dengan beras domestik gagal mencegahnya. Sehingga ada 
kekhawatiran bahwa beras impor mau tidak mau akan digunakan untuk 
menyeimbangkan kebutuhan pasar.

Tetapi para petani berteriak agar mereka kali ini dibiarkan menikmati tingginya 
harga jual setelah sekian lama tidak menikmati kondisi ini. Sebagian daerah 
yang surplus menolak impor, karena pada kenyataannya beras di daerah mereka 
lebih dari cukup. Mereka justru mengusulkan mengapa tidak melakukan 'impor 
lokal', sehingga yang disubsidi tetaplah petani kita, bukan petani vietnam. 

Daerah-daerah tersebut mengatakan beras di tingkat petani dalam kondisi cukup, 
bahkan lebih. Artinya, tidak ada masalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. 
Tetapi di pasar, ada kecenderungan beras langka, sehingga keseimbangan 
permintaan dan penawaran beras terganggu di tingkat konsumen. Jelas sekali 
dalam hal ini ada masalah distribusi. Dan sekali lagi, yang banyak diuntungkan 
adalah pedagang besar, para spekulan, dan pencari rente. Yang jadi pertanyaan 
siapa mereka dan mengapa hal ini terus terjadi?

Islam dan keadilan
Terlepas dari kontroversi impor beras apakah benar atau salah, yang terpenting 
adalah menjawab tantangan apakah kita dapat mengoptimalkan kemampuan sendiri 
untuk memenuhi kebutuhan. Karena toh, pada kenyataannya, kita adalah bangsa 
agraris yang sebagian besar penduduknya --sekitar 25 juta keluarga-- mencari 
nafkah di sektor pertanian. Sehingga dalam konteks keadilan Islam, potensi yang 
ada wajib didukung sepenuhnya untuk kemaslahatan seluruh masyarakat.

Karena itu, dalam problematika makanan pokok seperti beras ini, Islam memandang 
ada beberapa poin penting yang harus dipenuhi untuk mencapai keadilan. Pertama, 
hajat hidup orang banyak harus dikelola dan menjadi tanggung jawab negara. 
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ''manusia berserikat dalam tiga hal yaitu 
api, air, dan rumput''. Dalam konteks kekinian, rumput dalam hadits tersebut 
meliputi sumber makanan pokok masyarakat. Artinya, menjadi tanggung jawab 
pemerintah untuk memastikan bahwa rakyat dalam kondisi mampu memenuhi kebutuhan 
pokoknya.

Karena itu sudah selayaknya sektor pertanian didukung sepenuhnya. Tidak sekadar 
menjamin untuk membeli, tetapi bagaimana meningkatkan produktivitas yang selama 
ini menjadi titik lemah mengapa pertanian dibandingkan negara lain begitu 
tertinggal. Juga meningkatkan efisiensi dalam produksi beras sehingga margin 
keuntungan dapat diperlebar.

Kedua, mekanisme pasar harus berjalan sempurna; ikhtikar (penimbunan) dan 
spekulasi harus ditangani. Islam memandang keadilan harus menjadi prinsip 
sistem ekonomi. Dalam pandangan Islam, mekanisme pasar bebas adalah sistem yang 
alami, sistem yang memungkinkan pelaku ekonomi berkompetisi menuai hasil atas 
usaha masing-masing.

Tetapi Islam menekankan perlunya perlindungan kepada si lemah oleh pemerintah. 
Islam memandang pentingnya pengorbanan si kuat untuk berbagi kepada sesama. 
Bukan sebaliknya, para pedagang besar terus menggerus keuntungan yang 
seharusnya milik mereka para petani yang telah berkeringat. Para pencari rente 
leluasa tanpa batas memaksimalkan profit atas nama beras.

Ketiga, upaya untuk ''mensyariahkan'' sektor pertanian. Lembaga Keuangan 
berbasis syariah terus berkembang dengan pesat. Tetapi sampai sekarang sangat 
jarang, kalau bisa dibilang belum ada, pembiayaan syariah yang melirik 
pertanian sebagai sektor yang layak diberikan pembiayaan. Perbankan syariah 
masih asyik bermain pada pembiayaan konsumtif, bukan produktif.

Pemerintah dapat meminta perbankan syariah untuk membantu fokus pada 
peningkatan produktivitas, seperti mekanisasi pertanian atau pembelian pupuk 
dan bibit. Beberapa skim pembiayaan seperti pinjaman kebaikan atau ijarah dapat 
digunakan untuk hal ini. Sejatinya, tidak ada masalah bagi lembaga keuangan 
syariah untuk terjun langsung ke sektor pertanian. Pertanian merupakan sektor 
strategis yang memberikan potensi jika dikelola dan didukung dengan baik. 
Lagipula, lembaga-lembaga keuangan syariah memiliki tanggung jawab vertikal dan 
horisontal untuk merealisasikan tujuan keadilan.




[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: