** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/17/utama/1564441.htm Kamis, 17 Februari 2005 Bahasa Media Massa Cetak Semakin Vulgar Jakarta, Kompas - Penggunaan bahasa dalam media massa (cetak) Indonesia selama tiga tahun terakhir menunjukkan fenomena menarik. Penggunaan metafora sebagai cermin komunikasi masyarakat berbudaya kini tereduksi oleh pemakaian ungkapan-ungkapan vulgar dalam intensitas cukup tinggi. Kenyataan ini mengindikasikan terjadinya pergeseran tata nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kajian yang dilakukan Endro Sutrisno dari IKIP PGRI Madiun dan Susi Harliani dari Institut Teknologi Surabaya, yang dipresentasikan dalam forum Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya di Jakarta, Rabu (16/2), menunjukkan bahwa pergeseran pola komunikasi itu berjalan paralel dengan gerakan reformasi. Bahkan, pada beberapa kasus, ada kesan rasa hormat masyarakat terhadap para tokohnya telah tereduksi sedemikian rupa, sebagaimana tercermin dari munculnya ungkapan-ungkapan vulgar tersebut. "Juga terbaca kesan skeptis. Boleh jadi ini terjadi karena terbangunnya kebebasan pers seiring lahirnya gerakan reformasi. Tidak seperti masa-masa sebelumnya. Artinya, di sana ada alasan sosial-politik," ungkap Endro, sebagaimana juga diakui oleh Susi, yang tampil dalam satu sesi di forum tersebut. Penggunaan istilah-istilah yang tergolong vulgar di sejumlah media cetak yang dijadikan bahan analisis, termasuk Kompas, dari hari ke hari cenderung meningkat. Dicontohkan, ketika popularitas penyanyi Inul Daratista muncul ke permukaan, di harian Kompas tiba-tiba terbaca judul tulisan yang menyertakan kosakata tergolong vulgar: "Pantat Inul adalah Wajah Kita Semua". Di dalam tulisan itu tertuang kalimat, "Orang bahkan mendambakan 'pantatnya' Inul, dan membayar untuk 'dipantati' Inul" (Kompas, 4 Mei 2003). Juga ditemukan penggunaan metafora "dijual" dan "menjual", yang-jika dicermati-sudah bisa dikategorikan vulgar. Itu bisa disimak pada kalimat, "Mereka khawatir Amien Rais tidak akan laku lagi 'dijual' dalam Pemilu 2004" (Kompas, 1 Agustus 2002), atau "Hukum berat pelaku korupsi yang 'menjual' rakyat kecil" (Surya, 29 Agustus 2002), serta "Nama mirip, berlomba-lomba 'jualan' agama" (Jawa Pos, 17 Agustus 2002). Ini baru beberapa contoh kasus yang dikemukakan oleh Endro Sutrisno dan Susi Harliani. Masih ada contoh lain yang tak kalah vulgar, seperti "Lembaga legislatif juga 'busuk'" (Jawa Pos, 12 Maret 2002). Kecenderungan umum Meski hanya memfokuskan kajian pada tiga media cetak tadi (Kompas, Jawa Pos, dan Surya), kecenderungan ini sesungguhnya berlaku umum pada media massa di Indonesia, terutama sejak era reformasi. Anehnya, masyarakat pembaca pun seolah tidak lagi risi dengan istilah-istilah vulgar tersebut. "Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai ingin lebih cepat mengungkapkan pesan (struktur batin) tanpa lebih panjang mengalami seleksi leksikon, yang dimotori pertimbangan budaya, sebagaimana yang dilakukan jika menggunakan metafora," kata Endro dan Susi. Sangat boleh jadi, semua itu cermin dari sikap pragmatis yang dimotivasi oleh pergeseran tata nilai di masyarakat. Jika lazimnya istilah-istilah vulgar itu digunakan dalam kondisi emosional atau marah, kini kondisi psikis tersebut tak lagi diperlukan. Dari sudut pandang semantik-pragmatik, ini dapat disebut pergeseran pola komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Jika semula dikenal berkonteks budaya tinggi lewat bahasa metaforanya, kini mulai bergeser ke masyarakat berkonteks budaya rendah. (ken) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **