[nasional_list] [ppiindia] [40thn GESTOK 65] Acara Bedah Buku Antologi 65 4 Oktober 2005& BEDAHLAH, KENANGANMU TAKKAN PERNAH HILANG

  • From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@xxxxxxxxx>
  • To: LSM Sastra Pembebasan <lembaga_sastrapembebasan@xxxxxxxxx>, "Kolektif (i)nfo Coup d'etat 65" <kolic65@xxxxxxxxxxx>, Yonathan <yonathanrahardjo@xxxxxxxxx>, Sihar Ramses Simatupang <blackpoems@xxxxxxxxx>, Dira Rahadi <diratari@xxxxxxxxx>, sastra pembebasan <sastra-pembebasan@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 5 Oct 2005 04:57:29 -0700 (PDT)

** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** 
** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** 
** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
Catatan laluta:
 
... "Kita akan bedah habis-habisan..." kata Moderator ketika membuka acara 
Bedah Buku Antologi "Tragedi Kemanusiaan 1965 - 2005", yang dihadiri oleh Bung 
Yonathan Raharjo, Bung Ramses Simatupang bersama kawan-kawan hadirin agenda 
serangkaian Acara Pekan Seni Budaya 28 September - 5 Oktober 2005.  Untuk itu 
mengucapkan Banyak Trimakasih atas Usaha Niat baik kitakita serta Usaha 
Sumbangan besar Mbak Madia Patra dkk dari KIPAS, sekaligus pencipta rangkaian 
kata Indah berjudul "Menguak Tabir Merajut Masa Depan".
 
Bersama ini kuforwardkan sajian karya cermin diri dari pandangan matabatin Bung 
Yonathan Raharjo berjudul "Acara Bedah Buku Antologi 65 - 4 Oktober 2005" dan 
"BEDAHLAH, KENANGANMU TAKKAN PERNAH HILANG".
 
Mengucapkan banyak Trimakasih atas partisipasi kawan-kawan hadirin yang hadir 
pada acara tanggal 04 Oktober 2005, Jam 14.00 - 16.00, juga mengucapkan banyak 
Trimakasih atas Usaha Niat Baik Bung Yonathan Rahardjo bersama Bung Ramses 
Simatupang menjadi Nara Sumber, yang sekaligus mengemban segala beban tanggung 
tanggung jawab penerbitan buku kitakita semua demi Perjuangan menuntut Keadilan 
Sosial dan Kebenaran Sejarah Peristiwa Berdarah 1965. 

La Luta Continua! 
 
***
 
Yonathan Rahardjo <yonathanrahardjo@xxxxxxxxx> wrote:
 
Date: Tue, 4 Oct 2005 21:06:26 -0700 (PDT)
From: Yonathan Rahardjo <yonathanrahardjo@xxxxxxxxx>
Subject: Acara Bedah Buku Antologi 65 4 Oktober 2005 

Acara Bedah Buku Antologi 65 4 Oktober 2005 termasuk Sukses. 

Yonathan bacakan seluruh makalahnya (terlampir dengan gaya pembacaan sajak 
sambil berdiri). Sihar membaca seperti umumnya pembicara.

Penanya banyak. timbulkan perdebatan seru, dan bisa dijawab dan dicari solusi 
oleh dua narasumber (Yonathan dan Sihar), dan moderator (panitia). Para penanya 
antara lain:
1. Bambang Asrini W (Penulis, Pelukis): soal buku, soal sastra 
2. Bapak2: soal seni dan perjuangan
3. Dadang Ismawan, Jakar: soal Da Sign, Da Solen, nDasmu.
4. Martin Aleida (sastrawan): soal buku, soal kebenaran 
5. lupa
6. Ipung (aktivis): soal fiksi, soal trauma
7. Budiman Sujatmiko (mantan Ka PRD, PDIP): optimisme rekonsiliasi.

 
Di jawab Yonathan dan Sihar dengan baik. Yonathan bisa mempertanggungjawabkan 
buku Yang dieditori Heri Latief, Ratih Miryanti, dan Daniel Mahendra sebagai 
buku yang penting hadir di bumi Indonesia.

Di tutup pembacaan puisi Bu Sumini (korban 65, puisi Bayu Narcisxt), Sihar, dan 
Yonathan (puisi Buru, di Pulau).


Kita teruskan perjuangan ini. Salam,

***
 
BEDAHLAH, KENANGANMU TAKKAN PERNAH HILANG
 
Yonathan Rahardjo, Bedah Buku Antologi Tragedi 65 (Puisi-Cerpen-Esai-Curhat 
Tragedi Kemanusiaan 1965-2005, Penerbit Malka-Sastra Pembebasan, Editor Heri 
Latief-Ratih Miryanti-Daniel Mahendra), Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki 
Jakarta, 4 Oktober 2005

Apa yang mau dikatakan untuk membedah buku setebal 350 halaman, berisi 12 
cerpen, 16 curhat, 7 esai, 11 puisi, diapit semacam prolog dan satu epilog, 
ditulis oleh 37 penulis yang terserak, tersebar tempat di belahan-belahan bumi 
yang berbeda, dengan kehidupan berbeda, dengan pengalaman berbeda, dengan latar 
belakang berbeda, dengan umur-umur generasi yang tidak sama yang lahir terbelah 
dua bagian, sebelum 1965 dan sebagian sesudah tahun 1965, saat tragedi di tahun 
1965 ini menyatukan perasaan, nasib, hati, kepedulian, kemanusiaan dan 
kegelisahan para manusia-manusia yang telah menulis karya-karya ini?
 
Bisakah dan untuk apa pisau bedah paling tajam mengiris, memotong, menguak, 
menguliti, memilah mengidentifikasi setiap kata, frasa, kalimat, paragraf dan 
bangunan utuh tulisan yang merupakan pembuluh darah, darah, anatomi, organ, 
sistem organ, nafas, rasa dan jiwa serta roh hidup manusia-manusia yang wujud, 
sosok, dan kehadirannya adalah cermin dari tubuh, pribadi, dan kemanusiaan kita 
sendiri? 
 
Sungguh, para penulis ini punya suatu pesan yang hendak disampaikan, suatu 
denyut nadi yang telah diputus, detak jantung yang tak didengar, suara yang 
dibisukan, nurani yang dibutakan, memori yang disesatkan, cinta yang tlah 
dicampak dan dipisah, kasih yang tlah dibakar, sayang yang dihancurkan, dalam 
satu periode sangat gelap yang untuk meraba dan menjalar saja tangan dan kaki 
mereka harus berbenturan dengan senapan besi keras, leher putus dan tubuh mati, 
nyawa tidak kembali:

 
?Arloji itu bagi bunda seperti batu nisan,? tulis Ragil Nugroho tentang ingatan 
ibu tokoh Cerpen Arloji terhadap ayahnya yang pada tahun 1965 digaruk Koramil 
dan tak kembali sampai 40 tahun sampai entah kapan. 

?Jangan berkata-kata lagi Klara. Menangis sajalah, karena air mata kita kali 
ini akan menghanyutkan segala duka nestapa yang pernah kita alami,? pasrah 
tokoh Ex Tapol tulisan T Iskandar AS dalam Cinta yang Memandang ke Depan yang 
untuk menjadi tukang sapu dan tukang sampah saja susah, karena diperlukan surat 
keterangan bebas G30S?, apalagi menjadi istri ?gadis baik-baik saja?.

?Dari mulut ke mulut,.... entah pada turunan ke berapa, kisah tentang tapol 
eyang Kusumo ini akan berakhir untuk mereka riwayatkan,? tulis Sihar Ramses 
Simatupang dalam Cerpen Dunia di dalam Jeruji Penjara.

?Di layar televisi tampak berjejer para veteran dengan topi kuningnya dan 
lencana-lencana jasa menghias dadanya. Wayah Dalang masih terus mengusap air 
matanya yang meleleh. ?Duh kenapa aku harus menyaksikan ini? Kenapa aku tidak 
segera mati??? tulis Putu Oka Sukanta tentang tokoh Cerpen Ia Menangis di depan 
Televisi.

 
?Sampai pada tahun 80 an, ketika berkesempatan berkunjung kembali ke desa bawah 
bukit itu lagi, aku mendengar cerita ini langsung dari mulut Lek Kuntet 
sendiri,? tulis Petra Dipantara dalam Cerpen Lek Kuntet yang tahun 1965 masih 
belum genap berumur 12, tahun 1967 dituduh anggota Lekra, ditahan, wajib lapor 
sampai tahun 1970-an.
 
Yang membuat ingatan tak bisa lepas dari peristiwa yang dialami para tokoh 
cerita dalam 
Antologi jelas, kejadian itu adalah suatu fakta, nyata, bukan sekedar fakta di 
pikiran, tapi fakta yang menggores kulit berdarah, jantung ambrol, menyedot 
mata pencaharian, menderitakan hidup, mencabut hak-hak hidup. Meski, ruang dan 
waktu dipagar tembok sangat tinggi agar yang menguasai segala kesadaran adalah 
yang dimaui penguasa, pemerintah, militer: 

?Murni merah, jiwa, kebenaran. Bukan merah darah yang menggenangi mata sehingga 
terkaburkan semua pandangan mata dan akal sehatnya. Meski dalam genangan merah 
darah ini terbukti ayah bundanya tetap bisa bertahan dikepung Golkar kuning dan 
Golkar merah,? tulis Yonathan Rahardjo tentang tokoh anak korban tragedi 1965 
dalam Cerpen Merah Lurus Merah Liku.

?Apakah dunia sudah akan berakhir? Kekejaman terjadi di mana-mana. Anak-anak 
kehilangan orang tua, orangtua kehilangan anak-anak, isteri kehilangan suami, 
suami kehilangan istri, adik kehilangan kakak, dan kakak kehilangan adik. 
Pembantaian kian marak?. Situasi makin mencekam. Mbah Putri selalu menasihati 
?Teguh cekelan waton?,? tulis Utji Kowati Fauzia dalam Cerpen Natal Kelabu.

 
?Melalui proses perkembangan perkawananku dengan aktivis politik yang diberi 
status oleh pemerintah setempat sebagai ?Pelarian Politik? itu, kemudian 
kusadari bahwasanya hasil pendidikan di bawah sistem pemerintahan rejim 
Soeharto ternyata semuanya bermakna kebohongan dan pembodohan bagi bangsanya,? 
tulis MiRa dalam Cerpen Patty tiba?

?Cipinang! Ya, gerbang pintu penjara Cipinang! Saat-saat di mana aku dan ibu 
harus menunggu giliran untuk menengok ayah. Seorang gadis muda selalu berdiri 
di seberang kami. Dengan pandangan dan senyumnya yang lembut itu. Seolah-olah 
ingin mengatakan padaku, jangan takut adikku, semua akan berlalu dan hari akan 
lebih baik? Ah, kenangan yang takkan hilang, betapapun besar usaha buat 
menghapusnya,? tulis Satyaning dalam Cerpen Perjalanan.
 
Namun astaga! Kenangan-kenangan yang disimpan sesama manusia yang sama-sama 
manusia ternyata bisa dipandang dengan tatap mata berbeda oleh manusia-manusia 
lain yang sama-sama manusia. Terhadap kenangan fakta pembantaian, lihatlah cara 
manusia lain ini melihatnya:

?Sungai di belakang rumah kami yang membujur sepanjang desa, telah dilindungi 
negara, dan telah resmi menjadi Musium Bersejarah, juga dijadikan obyek wisata, 
di mana tempat wisata ini merupakan tempat terjadinya tragedi berdarah dari 
Gerakan 30 September tahun 1965 dengan ditandai monumen berupa gerbong Kereta 
Api ?Kertopati?. Dan gerbong tersebut dijadikan sebagai simbol, yang digunakan 
untuk mengangkut para korban keganasan PKI,? tulis Aguk Irawan MN dalam Cerpen 
Sungai yang Memerah.

?? bulan depan Bu Er akan pergi ke tanah suci. Lengkaplah sudah apa yang 
didamba Bu Er, tak dipedulikannyalagi bisikan ?Gerwani itu sudah Taubatan 
Nasuha?,? tulis Septi Wulandari dalam Cerpen Tuhan Punya Rencana.
 
Siapakah kamu manusia? Sehingga menjadi hakim atas sesamamu manusia? Tidakkah 
ada sehelai kesadaran pada dirimu bilamana mata yang tidak kelihatan yang 
mengawasi dan tahu seluruh seluk-beluk dan tingkah-laku-polahmu menuliskan 
tentang dirimu sendiri masuk dalam cerita-cerita sedih itu? Dan kamu 
ditempatkan di situ karena di situ sejatinya kamu pun ada, bahkan ikut merubah 
warna sejarah karena ada sesuatu yang hati nuranimu sendiri tahu itu salah. 
Wahai, pihak-pihak yang telah merubah arah sejarah, kembalilah ke masa lalumu, 
kau temukan di situ ada kamu, akankah bila itu diubah kamu tetap merasa benar? 
Bahagiakah kamu dengan akibat tangan-tangan berdarahmu?

 
???Lu, mau ngarang cerita masa muda lu. Mbongkar rahasia pribadi, ya??? ?Lu 
juga masuk di dalamnya!???? tulis A Kohar Ibrahim dalam Cerpen Yang Mencintai 
Cinta.  
 
Bedahlah! Kenanganmu tidak akan pernah hilang. Bedahlah dan bukankah semua 
kenangan itu, sodorkan pada manusia-manusia yang lain, yang telah menutup mata 
menutup hati terhadap peristiwa itu, mengunci diri dalam ketakutan 
berdindingkan kenyamanan pembangunan. Katakan, katakan pada sesamamu manusia, 
bukakan mata sesamamu manusia, bukakan mata hati mereka: buka. Kenangan mereka 
pun tak akan hilang, biar jadi teman kenangananmu. 

 
Tidak kau rasakankah pandangan dari bola mata bening Ilham Aidit anak Aidit 
yang dipandang lain oleh rezim Orde Baru tentang Aidit, yang kala itu masih 
kecil dalam Curhat Bening Kaca di Bola Mata?

Tidak tahukah kau sesungguhnya kehidupan Arira, anak yang ibu dan ayahnya yang 
pejuang kemerdekaan 45 dituduh sebagai pengkhianat bangsa dan dipenjara seumur 
hidup dan martabat keluarga sampai saat ini masih dinista dan dicerca oleh 
warisan sistim kekuasaan pemerintahan rezim militeristik Soeharto, dalam Curhat 
Cerita untuk Cucu-cucuku?

 
Tidak tersentuhkah kau terhadap Derita Tuti Martoyo  yang ayahnya diciduk, 
disiksa dan mesti berjuang hidup dengan kesetiakawanannya dalam Curhat 
Deritaku-Kesetiawananku?

Tidak sama pendapatmu dengan Tari dalam Curhat Forty Years On yang menyuarakan 
kepergian mencari kesempatan yang lebih baik akibat tragedi 1965 tak akan 
pernah membuatnya melupakan dan mencintai Indonesia?

 
Tidak tahukah kau horor tak hanya mencekam Jenderal-Jenderal tapi juga 
ayah-bunda keluarga Omie Lubis dalam Curhat Horor Menjelang Subuh, Tragedi 65? 

Tidak harukah kau terhadap pengakuan bangga sebagai bangsa Indonesia dua anak 
Mawie Ananta Jonie korban tragedi kemanusiaan dalam Curhat Kami Bangsa 
Indonesia?

 
Tidak terguncangkan kau terhadap Curhat Chiko Kisah Bogi, Beny dan Wawan yang 
tidak mau berbagi rasa, terbelakang mentalnya, apatis, karena trauma tak kuasa 
bersuara, menyuarakan kekejaman sebuah rezim yang zalim?

Tidakkah kau malu bahwa perubahan setapak demi setapak terhadap nasib para 
korban tragedi kemanusiaan dikatakan semua ini berkat perjuangan dan usaha 
Amnesty International dan badan-badan internasional lainnya yang tak 
henti-hentinya berusaha untuk membebaskan para Tapol demi penegakan HAM dalam 
curhat Hartinah Sareko Kisah Nyata Tragedi 30 September? 

 
Tidak punya air matakah kau tahu seorang Iramani.id yang masih anak menyaksikan 
sendiri derita lelaki, perempuan dan keluarganya dalam penyiksaan tentara dalam 
Curhat Kodim,1966? 

Tidak bisa menangiskah kau melihat Svetlana seorang anak kehilangan ibunya yang 
ditahan paksa pindah-pindah Semarang, Jakarta dan Platungan, dalam Curhat Mama 
Tak Pernah Menangis? 

 
Tidak terketuk nuranimukah pada kisah Mario yang kehilangan adik tanpa kubur 
pada Curhat Mengenang Adiku yang Sudah Tiada?

Tidak merasa kehilangankah kau dengan berpulangnya pendidik yang tersingkir ke 
luar negeri namun tetap berdarah-darah memperjuangkan hak azasi manusia 
Indonesia korban pesta penggulingan pemerintahan Orba dalam Curhat Tom Iljas 
Mengenang DR Sophian Walujo?

 
Tidak miriskah hatimu kehilangan ayah yang dibantai bersama kawan-kawannya 
dengan kubur misterius seperti Pringgo Widagdo dalam Curhat Namaku Pringgo 
Seperti Ayahku? 

Tidak gelisahkah kamu tahu para korban di luar negeri seperti orang tua Fajar 
Sitepu tak bisa kembali ke tanah air sendiri karena tragedi berdarah itu dalam 
Curhat Korban Teror Suharto? 

 
Tidak tergerakkah kemauanmu untuk mendukung perjuangan kaum terkorbankan itu 
seperti kesadaran berkesenian Madia Patra dalam Curhat Salam Gelisah dari Balik 
Kemuraman?

Tidak gelisahkah kamu mengetahui perempuan Indraningrum selalu gelisah mencari 
kebenaran dan tidak pernah bertemu dengan ayahnya yang hilang sejak tragedi itu 
dalam Curhat Sebuah Wajah?
 
Kau boleh bersilat kata untuk membela kebenaranmu, namun kenangan-kenangan itu 
adalah kenangan abadi yang akan tetap menuntunmu pada kejernihan hati dan 
pikiranmu. Pada banyak bidang. Pada banyak hal. Pada banyak perkara. Pada 
banyak cita-citamu untuk menjadi manusia yang bermartabat, yang kau 
gaung-gaungkan dengan segenap kemuliaanmu, meski itu berbalutkan campuran 
darah, derita, air mata dan kematian.

 
Kau akan temukan jawaban atas kekacauanmu. Karena kekacauan pada dirimu adalah 
kekacauan fakta. Buka kenanganmu, luruskan faktamu, tidakkah kau akan punya 
pandangan lain tentang faktamu dengan Esai Nadir Attar Membengarus Buku sastra, 
Atas Nama Keamanan dan Ketertiban Umum?

Kau akan temukan jawaban kekacauanmu. Bukankah kekacauanmu adalah kekacauan 
fakta? Siapakah fakta di balik tragedi yang merenggut rampas nyawa-nyawa 
manusia-manusia saudara-saudaramu sendiri itu? Buka kenanganmu, cari faktamu 
dengan Esai Eep Saefulloh 
Fatah Mencari Dalang Gerakan 30 September 1965 (Urgensi Rekonstruksi Sejarah 
Kita).

 
Kau akan temukan jawaban kekacauanmu. Bukankah kekacauanmu adalah kekacauan 
fakta? Kau adalah gadis dengan tahi lalat manis, kenapa harus kau cungkil ia 
dalam Esai Ferren Bianca Mencurigai Tahi Lalat: Apa? Kenapa?

Kau akan temukan jawaban kekacauanmu. Bukankah kekacauanmu adalah kekacauan 
fakta? 
 
Bedah kenanganmu. Kenanganmu tak akan hilang, bahkan kau akan temukan faktanya 
dengan Esai Fransisca Fanggidaej Penilaian Terhadap Masakini atas Dasar 
Pengalamanku Masalampau.

Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu, kau akan katakan 
bahwa hal ini benar tentang negeri yang menembok kenanganmu ini, seperti yang 
Heri Latief puisikan Kolam Susu Racun Madu, Kepercayaan terhadap Ilmu Sesat Ide 
Pembodohan, dan bahwa Kemerdekaan itu Bukan Kado. 

Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu 
menjumpai Buru (di Pulau) puisinya Yonathan Rahardjo. Nyata benar kenangan 
dalam puisi-puisi Bayu Abdinegoro (Narcxist) Catatan Harian dan Mbaca Lagi Buku 
Catatan Sejarah.

Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu 
menjumpai Buru 1971 (1) 1971 (2) Amarzan Ismail Hamid.

Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu 
menjumpai puisi Prahara 1965 Zeta Rosa. Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, 
katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu menjumpai puisi Fadjar Sitepu Satir 
Budaya. 

 
Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu 
menjumpai puisi Daniel Mahendra Surat untuk Maemunah. 
 
Bedah Kenanganmu, rangkai puisimu, katakan dengan kejujuranmu dan nuranimu 
menjumpai suatu keyakinan Pramoedya Ananta Toer Setelah 40 Tahun, Tuntutan itu 
Harus Tetap Dilakukan.  

Bedah kenanganmu! Kau akan temui, kenanganmu tidak akan pernah hilang. 
Bertemulah dengan para korban dalam kenangan, hai para penikmat tragedi 
kemanusiaan 1965. Maka kau akan memandang secara seimbang dan benar terhadap 
tragedi kemanusiaan yang telah menyesatkan kebangsaan dan kemanusiaanmu. *




Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






                
---------------------------------
Yahoo! for Good
 Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.org **
** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] [40thn GESTOK 65] Acara Bedah Buku Antologi 65 4 Oktober 2005& BEDAHLAH, KENANGANMU TAKKAN PERNAH HILANG