[nasional_list] Edisi Munafik? Re: [ppiindia] Fw: Al-Quran Edisi Kritis

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 27 Dec 2007 22:32:12 -0800 (PST)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Kritis itu dari bahasa Inggris: critic 
yang di kamus artinya mencela/mengecam. Kalau ada yang menulis "A mengkritik B" 
artinya A mengecam B karena B punya kesalahan/aib. 

Nah kalau ada yang menulis Al Qur'an Edisi Kritis, mungkin mereka tidak 
meyakini kebenaran Al Qur'an. Mereka ragu2 akan kebenaran Al Qur'an sehingga 
mengecam/mencela Al Qur'an karena ada salah/aib. Mereka kritis sebab khawatir 
ada yang salah di dalam Al Qur'an.

Padahal bagi orang yang beriman tidak ada keraguan dalam Al Qur'an. Jadi tidak 
perlu pakai kritis segala...:)

"Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk 
bagi mereka yang bertaqwa" [Al Baqarah:2]
 

===
Mari belajar Islam dan berdakwah melalui SMS 
Cara berlangganan:
REG SI kirim ke 3252
Tarif Rp.1000 ,- + PPN
content akan dikirim tiap hari 
 
Untuk berhenti ketik:
UNREG SI kirim ke 3252 
 
Sementara ini hanya bisa diakses provider selular Telkomsel 
 
Dapatkan tulisan-tulisan tentang Islam di:
http://www.media-islam.or.id

----- Original Message ----
From: "hariss_ypmi@xxxxxxxxxxxxxxxxxx" <hariss_ypmi@xxxxxxxxxxxxxxxxxx>
To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
Sent: Friday, December 28, 2007 10:59:52 AM
Subject: [ppiindia] Fw: Al-Quran Edisi Kritis










  


    
            ?Pada akhir zaman akan muncul sekelompok orang yang berusia muda 
dan jelek 


budi pekertinya. Mereka 


berkata-kata dengan menggunakan firman Allah, padahal mereka telah keluar 


dari Islam seperti melesatnya anak panah dari busurnya. Iman mereka tidak 


melewati tenggorokannya. Di mana pun kalian menjumpai mereka, maka 


bunuhlah mereka. Karena sesungguhnya orang yang membunuh mereka akan 


mendapatkan pahala di Hari Kiamat.? (HR. Bukhari) 








"Al-Quran Edisi Kritis"


Sumber : http://www.swaramus lim.net/more. php?id=5802_ 0_15_0_M





Oleh: Adian Husaini


Seperti kita bahas dalam dua kali catatan sebelumnya, dalam acara 


Konferensi Tahunan tentang Studi Islam (ACIS) VII di Riau, 21-24 November 


2007, kepada para peserta dibagikan buku murid Nasr Hamid Abu Zaid, yaitu 


Dr. Nur Kholish Setiawan, yang berjudul Orientalisme, Al-Quran, dan Hadis. 


Buku ini sebenarnya merupakan kumpulan karangan sejumlah akademisi di UIN 


Yogya, antara lain Dr. Sahiron Syamsuddin, yang juga alumnus salah satu 


studi Islam di Jerman. 





Dalam buku ini, dimuat artikel pembuka oleh Dr. Nur Kolish yang berjudul 


"Orientalisme Al-Quran: Dulu, Kini, dan Masa Datang." Dalam tulisan 


inilah, kita bisa menikmati pandangan berbagai orientalis terhadap 


Al-Quran. 





Dengan sangat bagus dan artikulatif, Nur Kholish menguraikan 


pemikiran-pemikiran para orientalis Al-Quran, seperti Abraham Geiger, 


Theodore Nöldeke, Christoph Luxenberg, Reiner Brunner, dan sebagainya. 


Tapi, sayang sekali, hampir tidak ada kritik yang diberikan terhadap 


pemikiran para orientalis tersebut. Bahkan, pada beberapa bagian, dia 


menekankan gagasannya, bahwa Al-Quran yang sekarang dipegang oleh kaum 


Muslimin masih bermasalah dan perlu dikritisi. 





Karena itulah, Nur Kholish mempromosikan gagasan perlunya diterbitkan 


Edisi Kritis Al-Quran yang telah digagas oleh para orientalis Jerman. Ia 


menulis: 


"Apparatus criticus zum Koran, rencana penerbitan edisi kritis Al-Quran 


yang digagas oleh Gotthelf Bergsträsser serta dilanjutkan oleh Otto Pretzl 


merupakan indikator akan perhatian terhadap edisi kritis teks Al-Quran, 


meski upaya tersebut belum bisa terwujud. Munculnya gagasan riset 


Bergsträsser dilandasi oleh terbitnya cetakan mushaf al-imam edisi Cairo 


pada tahun 1923 yang menjadi panduan baku umat Islam di seluruh dunia. 


Sementara, menurut Bergsträsser, penyeragaman baik cara baca, qira'ah, 


maupun ortografi Al-Quran meniadakan keragamannya, tanpa disertai dengan 


alasan-alasan akademis yang jelas. Dengan demikian, riset yang belum 


tuntas tersebut berkeinginan memberikan rekonstruksi terhadap keragaman 


cara baca dan ortografi Al-Quran yang "dihilangkan" dalam mushaf edisi 


Cairo 1923." (hal. 9). 








Sebagaimana dalam tradisi orientalis, dalam tulisannya ini, murid 


kesayangan Nasr Hamid Abu Zaid ini juga rajin mengungkap data-data 


pinggiran yang seolah-olah menunjukkan bahwa masih ada masalah dalam 


Al-Quran. Dia menulis panjang lebar pendapat Brunner yang mengutip 


sebagian penulis Syiah, bahwa Utsman bin Affan telah melakukan perubahan 


(tahrif) terhadap Al-Quran. Nur Kholish menulis dengan nada bersemangat 


untuk menggugat otoritas Al-Quran: 


"Data-data yang ditampilkan Brunner mengenai wacana tahrif dalam Syi'ah 


semenjak abad ke-16 sampai dengan 19 menunjukkan bahwa "perlawanan" kaum 


Syi'ah terhadap dominasi mushaf Utsman seakan tidak pernah henti. 


Karya-karya kesarjanaan yang dilahirkan, baik dalam wilayah tafsir, 


hadits, maupun disiplin keislaman lainnya menjadi pengokoh, bahwa ada 


something wrong dalam penyusunan, unifikasi dan kodifikasi mushaf yang 


dilakukan pada kekhalifahan Utsman ibn 'Affan." 








Karena itulah, pada bagian berikutnya, dosen UIN Yogya ini kemudian 


menekankan, bahwa proyek untuk mewujudkan Edisi Kritis Al-Quran tersebut 


masih tetap berjalan hingga kini. Dia menulis: 


"Meski demikian, tidaklah berarti bahwa proyek riset mengenai sejarah teks 


dan ortografinya telah selesai. Sejak tahun 2006, telah muncul proyek 


penelitian baru yang disponsori oleh Berlin Brandenburgische Akademic der 


Wissinchaft , sebuah lembaga riset milik pemerintah negara bagian 


Berlin-Brandenburg, mengenai edisi kritis teks Al-Quran. Proyek ini 


dilandasi kenyataan bahwa Al-Quran edisi kritis sampai saat ini belum ada. 


Sedangkan tujuan dari proyek ini bukanlah untuk menggantikan teks Al-Quran 


edisi cairo 1923 yang sampai sekarang menjadi satu-satunya mushaf yang 


beredar di seluruh penjuru Muslim. Sebaliknya, proyek dimaksudkan untuk 


menampilkan dokumentasi teks yang dijadikan sebagai pijakan 


dimungkinkannya melakukan kritik teks. Disamping itu, ia juga dimaksudkan 


dijadikan pijakan telaah sejarah teks, khususnya dalam kaitannya dengan 


keragaman tradisi lisan dan tulisan. Sedangkan tujuan yang ketiga adalah 


menjadikan dokumentasi teks tersebut sebagai pijakan melakukan sesuatu 


yang "belum lazim" dalam kesarjanaan Muslim, yakni proses kesejarahan dan 


proses perkembangan teks Al-Quran itu sendiri." (hal. 38-39). 








Lebih jauh dijelaskan oleh Nur Kholish, bahwa pijakan riset yang digunakan 


oleh proyek ini adalah upaya yang telah dilakukan oleh Otto Pretzel, 


Bergsträsser dan Arthur Jeffery yang telah mengumpulkan qira'ah syadz 


dalam pembacaan Al-Quran serta jenis tulisan yang beragam dalam manuskrip 


Al-Quran. 


"Uraian di atas menunjukkan bahwa kajian Al-Quran dalam kesarjanaan 


non-Muslim cukup dinamis dan berkesinambungan. Temuan-temuan sarjana 


pendahulu semisal Geiger, Noldeke, dan beberapa nama lain terus-menerus 


dielaborasi oleh para sarjana berikutnya. Terlepas dari motif yang 


melatarbelakangi, nuansa akademik yang bisa ditangkap adalah penggunaan 


pelbagai metode dan pendekatan dalam melakukan pengkajian terhadap 


Al-Quran. Dalam wilayah ini, Al-Quran tidak ditempatkan pada wilayah yang 


"sakral" dan sarat dengan pelbagai nilai keutamaan religius, seperti yang 


diyakini oleh umat Muslim, melainkan ditempatkan sebagai sesuatu yang bisa 


disentuh dengan pendekatan sosial-humaniora, sejarah pada khususnya. (hal. 


38-40). 








Begitulah uraian Dr. Nur Kholish Setiawan tentang gagasan Al-Quran Edisi 


Kritis, atau Edisi Kritis Al-Quran. Seperti kita ketahui, ide membuat 


Edisi Kritis Al-Quran di Indonesia, pernah dilontarkan oleh Taufik Adnan 


Amal, dosen UIN Makasar yang juga pernah kuliah di Jerman. Di dalam buku 


Wajah Liberal Islam di Indonesia terbitan Jaringan Islam Liberal (2002:78) 


dimuat sebuah tulisan berjudul "Edisi Kritis Alquran", karya Taufik Adnan 


Amal. Tulisan itu memberikan gambaran bahwa masih ada persoalan dengan 


"validitas" teks Alquran yang oleh kaum Muslim telah dianggap tuntas. 





Rencana penulisan Al-Quran Edisi Kritis itulah yang kemudian dikritik oleh 


Dr. Ugi Suharto, melalui dialog langsung dengan saudara Taufik Adnan Amal. 


Dalam soal qiraat, misalnya, Taufik mengajukan pemikiran tentang perlunya 


digunakan qiraat pra-Utsmani. Dalam emailnya kepada Dr. Ugi, Taufik 


menulis: 


"Kenapa qiraat di luar tradisi utsmani digunakan? Alasannya sederhana 


sekali: kiraat pra-utsmani terkadang memberikan makna yang lebih masuk 


akal dibanding Idalam tradisi teks utsmani. Saya ingin mengulang kembali 


contoh yang pernah dikemukakan Luthfi dalam postingnya yang terdahulu: 


Bacaan "ibil" (unta, 88:17) dalam konteks 88:17-20, sangat tidak koheren 


dengan ungkapan "al-sama'" (langit), "al-jibal" (gunung-2), dan "al-ardl" 


(bumi). Dalam bacaan Ibn Mas'ud, Aisyah, Ubay, kerangka grafis yang sama 


dibaca dengan mendobel "lam", yakni "ibill" (awan). Bacaan pra-utsmani 


ini, jelas lebih koheren dan memberikan makna yang lebih logis ketimbang 


bacaan mutawatir ibil. Demikian pula, bacaan Ubay dan Ibn Mas'ud "min 


dzahabin" untuk 17:93, memiliki makna yang lebih tegas dibanding bacaan 


"min zukhrufin" dalam teks utsmani. Masih banyak contoh lainnya yang bisa 


dielaborasi untuk butir ini." 








Lalu, terhadap gagasan ini, Dr. Ugi menjelaskan kepada Taufik Adnan Amal: 


"Contoh-contoh qira'ah yang Anda kemukakan untuk dijadikan Quran Edisi 


Kritis itu sudah diketahui oleh para sarjana. Mereka tidak keliru seperti 


Anda, dengan mencampur-adukkan antara qira'ah dan Al-Quran. Contoh "ibil" 


dengan "ibill" yang Anda pilih juga sudah diketahui lama oleh mereka. 


Lihat saja dalam tafsir al-Qurtubi yang bagi Anda menterjemahkannya itu 


sama dengan status quo alias mandeg. Saya akan buktikan bahwa Anda belum 


melampaui apa-apa dari Imam al-Qurtubi itu dan Anda mungkin belum 


membacanya juga mengenai "ibil" (takhfif) dan "ibill" (tatsqil) disitu. 


Dalam tafsir itu dikatakan oleh imam al-Mawardi bahwa perkataan "ibil" 


(takhfif) mempunyai dua makna: pertama unta, dan yang kedua awan yang 


membawa hujan. Dari sini kita berkesimpulan bahwa rasm "ibil" itu bisa 


memuat makna unta dan awan sekaligus, sedangkan apabila ditulis "ibill" 


(tatsqil) ia hanya memuat makna awan semata-mata. Jadi mana yang lebih 


komprehensif menurut "akal" Anda? Satu lagi, menurut al-Qurtubi perkataan 


"ibil" itu mu'annats (feminin) oleh itu sesuai dengan ayatnya "khuliqot". 


Bagaimana dengan "ibill"?" 








Demikianlah, kita bisa melihat, bahwa gagasan untuk membuat Al-Quran Edisi 


Kritis yang dimunculkan oleh para orientalis Jerman dan murid-muridnya di 


Indonesia ternyata masih terus disebarkan. Jika dulu gagasan seperti ini 


hanya tersimpan di buku-buku orientalis Yahudi-Kristen di pusat-pusat 


studi Al-Quran Barat, kini gagasan itu mulai diusung secara resmi dalam 


ruang kuliah di kampus Islam dan forum Konferensi Tahunan Studi Islam di 


Indonesia. Kita patut kagum terhadap para orientalis yang telah berhasil 


mendidik kader-kadernya dengan baik, sehingga menjadi penyambung lidah 


mereka. 





Sebenarnya, kita yakin, para murid orientalis Yahudi-Kristen ini tidak 


akan mampu mewujudkan Al-Quran Edisi Kritis. Barangkali, mereka juga sadar 


akan hal itu, karena untuk ini mereka sangat tergantung kepada "tuan-tuan" 


mereka di Barat. Hanya saja, sepak terjang mereka sepertinya lebih 


ditujukan untuk menebar virus keraguan (tasykik) terhadap otentisitas 


Al-Quran. 





Kepada penggagas Al-Quran Edisi Kritis, Dr. Ugi Suharto juga mengingatkan 


nasehat Abu 'Ubayd yang pernah berkata: 


"Usaha Utsman (r.a.) mengkodifikasi Al-Quran akan tetap dan sentiasa 


dijunjung tinggi, karena hal itu merupakan sumbangannya yang paling besar. 


Memang di kalangan orang-orang yang menyeleweng ada yang mencelanya, namun 


kecacatan merekalah yang tersingkap, dan kelemahan merekalah yang 


terbongkar." 








Mushaf Utsmani adalah satu-satunya Mushaf Al-Quran yang telah disepakati 


seluruh kaum Muslim, sejak awal, hingga kini, dan sampai akhir zaman. Para 


sahabat, termasuk Ali r.a. pun semua menyepakati otoritas Mushaf Utsmani. 


Dalam bukunya, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran: Kajian Kritis 


(2006), Adnin Armas, telah banyak mengklarifikasi pemikiran-pemikiran para 


orientalis yang meragukan otentisitas Al-Quran. Sayyidina Ali sendiri 


menyatakan: "Seandainya Utsman belum melakukannya, maka aku yang 


melakukannya. " 





Kita bisa memahami jika para orientalis Yahudi-Kristen berusaha 


meruntuhkan otoritas Al-Quran, karena Al-Quran adalah satu-satunya Kitab 


yang memberikan kritik secara mendasar terhadap Kitab mereka. Karena itu, 


meskipun mereka bertahun-tahun mendalami Al-Quran, tetap saja mereka tidak 


beriman kepada Al-Quran. Tetapi, kita tidak mudah memahami, mengapa ada 


orang dari kalangan Muslim yang berhasil dicuci otaknya sehingga menjadi 


penyambung lidah para orientalis untuk menyerang Al-Quran. Kita patut 


kasihan, jauh-jauh belajar Al-Quran ke luar negeri akhirnya pulang ke 


Indonesia justru menjadi ragu dan menyebarkan keraguan tentang Al-Quran. 


Mudah-mudahan kita semua terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat; yakni 


ilmu yang tidak membawa kepada keyakinan dan ketaqwaan. Amin. [Jakarta, 7 


Desember 2007/www.hidayatull ah.com] 





-- 


Salamun 'ala manittaba al Huda










[Non-text portions of this message have been removed]





    
  

    
    




<!--

#ygrp-mkp{
border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;}
#ygrp-mkp hr{
border:1px solid #d8d8d8;}
#ygrp-mkp #hd{
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;}
#ygrp-mkp #ads{
margin-bottom:10px;}
#ygrp-mkp .ad{
padding:0 0;}
#ygrp-mkp .ad a{
color:#0000ff;text-decoration:none;}
-->



<!--

#ygrp-sponsor #ygrp-lc{
font-family:Arial;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
margin-bottom:10px;padding:0 0;}
-->



<!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 
sans-serif;}
#ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
#ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
#ygrp-text{
font-family:Georgia;
}
#ygrp-text p{
margin:0 0 1em 0;}
#ygrp-tpmsgs{
font-family:Arial;
clear:both;}
#ygrp-vitnav{
padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
#ygrp-vitnav a{
padding:0 1px;}
#ygrp-actbar{
clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
#ygrp-actbar .left{
float:left;white-space:nowrap;}
.bld{font-weight:bold;}
#ygrp-grft{
font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
#ygrp-ft{
font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
padding:5px 0;
}
#ygrp-mlmsg #logo{
padding-bottom:10px;}

#ygrp-vital{
background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
#ygrp-vital #vithd{
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
#ygrp-vital ul{
padding:0;margin:2px 0;}
#ygrp-vital ul li{
list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
}
#ygrp-vital ul li .ct{
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
#ygrp-vital ul li .cat{
font-weight:bold;}
#ygrp-vital a{
text-decoration:none;}

#ygrp-vital a:hover{
text-decoration:underline;}

#ygrp-sponsor #hd{
color:#999;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov{
padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
#ygrp-sponsor #ov ul{
padding:0 0 0 8px;margin:0;}
#ygrp-sponsor #ov li{
list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov li a{
text-decoration:none;font-size:130%;}
#ygrp-sponsor #nc{
background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
#ygrp-sponsor .ad{
padding:8px 0;}
#ygrp-sponsor .ad #hd1{
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor .ad a{
text-decoration:none;}
#ygrp-sponsor .ad a:hover{
text-decoration:underline;}
#ygrp-sponsor .ad p{
margin:0;}
o{font-size:0;}
.MsoNormal{
margin:0 0 0 0;}
#ygrp-text tt{
font-size:120%;}
blockquote{margin:0 0 0 4px;}
.replbq{margin:4;}
-->









      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] Edisi Munafik? Re: [ppiindia] Fw: Al-Quran Edisi Kritis