** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** The Passion of The Little People Alhamdulillah, bisa menonton film "The Passion of The Christ" versi ajaran Kristen di Trans TV. Sebenarnya sudah lama saya penasaran sama film satu ini, kayak apa sih isinya. Oh, ternyata biasa saja. Seperti juga film-film Hollywood lainnya, film TPTC (disingkat aja ya, biar enak ngetaipnya) digarap dan ditampilkan secar kolosal, mengadopsi kesuksesan Gladiator, Hercules, dll. Backround yang riuh rendah menggambarkan situasi zaman itu. Ada pedagang pakaian, sayuran, ternak, orang mondar-mandir, pertunjukan sulap, cewek yang lagi mejeng, ditumpahkan dalam satu screen. Latar-latar bangunan kumuh olahan computer graphic ala abad sebelum masehi bercampur baur jadi satu dengan pohon-pohon yang tidak beraturan. Sebagai sutradara yang masih belajar, Mel Gibson tampaknya tahu betul selera pasar. Pangsa pasar film adalah mata, bukan hati nurani. Jadi tokoh-tokoh yang membintangi film TPTC digambarkan sebagai orang yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Yesus digambarkan berjenaggut tipis. Padahal jaman itu, saya yakin belum ada salon yang bisa merapikan janggut lelaki. Sebab kalau janggutnya lebat, gak keliatan dong gantengnya Yesus. Janggut dibikin tipis, sehingga para penonton bisa dengan cepat jatuh kasihan melihat wajah lugu itu. Sang bunda Maria pun digambarkan sebagai wanita yang cantik jelita. Bibir merah merona, wajah tanpa guratan ketuaan sedikitpun. Tampangya lebih muda dari sang anak. Yah, mau bagaimana lagi, itulah dagangan film. Penonton suka melihat yang indah-indah. Kalau bintangnya diwakili orang jelek, tua, gak laku dong. Itulah sebenarnya inti daripada ajaran Kristen, yang desebarkan oleh para pengikut Yesus, menonjolkan keindahan fisik. Coba, kalau bunda Maria digambarkan seperti ibu-ibu yang gembrot, dan Yesus berkulit hitam legam seperti pengemis jalanan, saya yakin gereja akan semakin sepi. Walaupun Yesus (Nabi Isa) dan ibunya adalah orang Timur Tengah yang nota bene berkulit gelap, di patung-patungnya selalu digambarkan berkulit putih seperti orang Eropa. Dengan melihat wajah yang cantik, rupa yang ganteng dan innocent, para pengikut akan berdoa lebih khusyu. Tuhan jadi kalah pamor dengan penampilan sang anak. Kembali ke film TPTC. Nampaknya di film itu, ajaran Yesus hanya berkisar pada penyalipan saja, dan mengajarkan kita bagaimana kalau suatu saat nanti "disalib". Di film itu Yesus sudah rela disiksa demi menebus kesalahan-kesalahan anak manusia. Dengan kata lain, para pengikut Yesus sudah dilapangkan jalannya menuju sorga, dan tak perlu bersusah payah mengerjakan amal soleh. Karena toh pada akhirnya, Yesus sudah mengampuni dosa-dosa mereka. Enak tenaaan. Dalam hati saya bertanya-tanya, apa betul drama penyiksaan Yesus seperti itu? Dari awal sampai akhir disiksa tiada habisnya. Kalau betul demikian, sungguh memang betul-betul kejam orang-orang Yahudi, yang meminta Yesus disalib dan disiksa. Kalau hal itu memang aslinya demikian, barangkali saja Yesus ingin mempraktekkan secara "realty show" ajarannya. Sebagai anak Tuhan yang mempunyai "kesaktian" menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, tentu bukan barang aneh, kalau beliau bisa tidak merasa sakit disiksa. (Apalagi sempat-sempatnya beliau membawa salib sendiri ke padang penyaliban. Orang mau disalib kok, bawa sendiri salibnya. Kalau saya yang mau disalib, ogah ah bawa-bawa salibnya. Mau bunuh, ya, bunuh aja, pake diwajibkan bawa salib sendiri. Yeee.). Dengan kata lain, beliau hanya berpura-pura saja merasa kesakitan ketika ditendang, dicambuk, dll. "Aduuh!" , "Aaa!", "Oh". Ini hanya analisa saya berdasarkan logika loh, jangan marah dulu. Sebab pada akhirnya toh dia bangkit lagi, hidup lagi setelah mati disiksa dan disalib. Seperti film fiksi tentang alien, ditembak, luka, sembuh lagi. Dibom, mati, hidup lagi. Bisa jadi juga fantasi kaum Yahudi memang sudah bermain sejak dulu. Mengolok-olok mereka yang percaya ajaran Tuhan. Seolah mereka mengatakan, "Tuh, anak Tuhan disiksa dan dibunuh, tapi bapaknya tidak bertindak." Kenapa? Karena Tuhan terlalu suci untuk berdekatan dengan orang-orang Yahudi, hingga tak sanggup menolong anaknya sendiri. Ibarat Superman, yang bisa kehilangan tenaganya kalau berdekatan dengan batu Kryptonite. Di luar film kisah penyaliban itu, pada hakekatnya kisah penyaliban Yesus sampai sekarang masih menjadi kontroversi. Para sejarawan dan ilmuwan Kristen sendiri masih memperdebatkan kesahihan penyaliban yesus. Di mana, kapan, kenapa, bagaimana Yesus disalib masih bising diperdebatkan. Belum ada kata sepakat. Lain dengan sejarah Nabi Muhammad, yang begitu runtut dan lengkap, sehingga tidak menimbulkan kontroversi. Begitu juga kisah Nabi Isa (Yesus) dalam Islam, begitu jelas jalan ceritanya, sehingga orang-orang Islam yang kaya raya merasa tidak perlu membikin film Yesus versi Islam. Sedikit info: Menurut ajaran Islam, Yesus atau Nabi Isa itu tidak disalib dan tidak dibunuh, melainkan ada sosok lain yang diserupakan beliau yang disalib dan dibunuh. Secara logika bisa saja itu terjadi. Sebab gubernur Jerusalem waktu itu, sama sekali tidak menyetujui Yesus disalib. Lantas dia mengganti Yesus dengan penjahat yang mirip beliau. Apalagi waktu itu kaum lelaki berjanggut semua, sehingga susah untuk membedakan antara si A dan si B. Maka jadilah Yesus palsu, disalib bersamaan dengan para penjenayah lain. Dan orang Yahudi pun gembira. Memetik hikmah dari film itu, mustinya bangsa amerika yang notabene mayority Kristen, mengikuti ajaran itu dangan sesungguhnya. Mustinya bangsa amerika ketika ditampar pipi kiri, memberi pipi kanan. Ketika dua gedungnya runtuh di tangan Osama bin Laden, mustinya Joj Bush menyerahkan ratusan gedung lainnya untuk diruntuhkan. Bukannya membalas dendam dengan membombardir jutaan orang tak berdosa. Gitu loh, kalau menuruti ajaran Yesus. Jadi yang dilakukan para amerika itu adalah sama saja dengan bangsa Yahudi, yang mengolok-olok Tuhan mereka sendiri. Sedangkan moral of the story dari film TPTC, bagi kita, orang indonesia, ternyata penderitaan Yesus tidak ada apa-apanya dibandingkan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia. Penyiksaan Yesus hanya berdurasi satu atau dua hari saja, itu pun secara fisik thok. Sedangkan rakyat Indonesia mengalami penyiksaan dalam beberapa episode, secara fisik, moral dan ekonomi, yang dilakukan oleh para penguasa, aparat, polisi dan TNI, dari lahir sampai mati lagi. Dan sebagai kritikus film, saya dengan terpaksa hanya berani memberi rating dua bintang saja pada film TPTC, seperti film-film laga holywood lainnya, yang mengeksploitasi darah dan kekerasan. Agaknya Mel Gibson harus lebih banyak lagi belajar, kalau berhadapan dengan saya. Wassalam ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **