[list_indonesia] [ppiindia] Tahun 2004, 560 Remaja Hamil ?Kecelakaan?

  • From: Mario Gagho <gagho@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 22 Mar 2005 10:41:56 -0800 (PST)

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kedaulatan-rakyat.com/article.php?sid=9640

Monday, 28 February 2005, Kolom - Laporan Khusus
Tahun 2004, 560 Remaja Hamil ?Kecelakaan?     

 KASUS dokter gigi Ari Wiyantara di Denpasar yang
melakukan aborsi terhadap sekitar 1.500 janin masih
menjadi hot news hingga pekan ini. Satu hal yang tak
kalah mengejutkan, kesaksian para tetangga tempat
tinggal drg Ari yang  

 mengatakan: sebagian besar pasien adalah perempuan
remaja yang datang masih mengenakan seragam (SMA)
putih - abu-abu....

?Aah, masak sih..?,? komentar Erliani (19) dengan
ekspresi ngeri, sembari terus menatap layar televisi
yang tengah menayangkan rekonstruksi proses aborsi
yang dilakukan drg Ari Wiyantara. Erli, mahasiswa
Fakultas Ekonomi UGM ini, lulusan sebuah SMA favorit
di Yogya. Erli seolah tak percaya mendengar kesaksian
tetangga dr Ari tentang pasien aborsi sebagian besar
adalah perempuan remaja yang notabene pelajar SMA.

?Di sekolahku pernah ada pula gosip kalau X hamil.
Tapi sebelum merebak, X tadi pindah sekolah keluar
negeri. Selanjutnya, kami enggak tahu..,? katanya.
Kebetulan, teman Erli (yang digosipkan hamil) adalah
anak pejabat penting di DIY.

Erli melihat 60 persen temannya telah berpacaran.
Bahkan ada yang mulai pacaran sejak SMP. ?Lainnya, ada
yang sepertinya belum suka pacaran atau lebih suka
pergi beramai-ramai,? katanya. Pasangan yang sudah
pacaran, menurut Erli, biasanya senang berdua-duaan
saja. Ada kewajiban wakuncar (waktu kunjung pacar).
?Pokoknya enggak lagi bebas. Sedikit-dikit
cemburuan..,? ujar Erli yang mengaku belum pernah
mengikrarkan memiliki pacar, namun punya teman dekat
laki-laki yang biasa menjadi tempat ?cur-hat? atau
sekadar teman jalan-jalan. Gadis yang sedang mengejar
cita-cita menjadi akuntan ini melihat pacaran memang
memiliki sisi positif dan negatif. ?Kalau kita bisa
menjadikan suatu motivasi, ya positif. Tetapi kalau
jadinya malah merusak, ya negatif,? paparnya. Erli
mengaku sangat memahami hal itu, karena ayah dan
ibunya (pasangan Ida Murwati - Budi Haryono) selalu
dekat dan terbuka membicarakan soal pergaulan dan
dampak-dampaknya.

?Saya sudah tahu kalau hubungan seks bisa
mengakibatkan kehamilan sejak kelas 2 SMP. Karena itu,
papa dan mama selalu berpesan aku untuk jaga diri,?
papar Erli. Di sekolah, guru-guru pun selalu
menyampaikan pesan-pesan moral yang sangat berguna
bagi Erli sebagai remaja. ?Tidak hanya guru agama dan
Bimbingan Konseling, tetapi semua guru..,? kenangnya.

Andika Rona (17) pelajar SMA swasta terkemuka di
Yogya, juga mengaku sebagian besar temannya punya
pacar. ?Punya pacar ?kan biasa saja. Kalau mereka
pergi berduaan, ya namanya orang pacaran. Justru itu
yang membedakan bergaul dengan pacar atau teman
biasa,? jelas Dika yang punya pacar sesekolah. Andika
mengaku orangtuanya tahu kalau dia punya pacar. Tetapi
tidak pernah banyak ribut. ?Maksud saya, mereka tidak
pernah terlalu mau tahu misal dengan mencecar:
darimana saja kok baru pulang, dengan siapa pergi,
dll,? katanya. Dari ayahnya, Dika sering mendapat
nasihat untuk selalu menghormati perempuan dengan
tidak melakukan hal-hal yang ?memalukan?.

?Ya, ayah cuma bilang: kamu boleh pacaran, tapi jangan
sampai memalukan orangtua,? kata Dika. Ketika ditanya,
apakah memalukan itu hanya apabila si pacar hamil ?
Dika menjawab, ?Ya, mungkin. Kira-kira begitulah...?.

Pengetahuan seputar perilaku pacaran yang bisa
dikonotasikan sebagai perilaku seksual remaja ? juga
didapatkan dari sekolah. Tetapi, kata Dika, cara
menyampaikannya kurang mengena. ?Jadi anak-anak ya
cuma ketawa-ketawa saja, masalahnya cara
menyampaikannya kuno,? ujarnya sambil tertawa
terbahak.

Dika mengaku tidak bisa ?membayangkan? seandainya di
sekolahnya ada mata pelajaran khusus tentang
pendidikan seks. ?Ha,ha.. pasti seru tuh..?,
komentarnya. Namun, setelah dijelaskan pendidikan seks
yang dimaksud berbingkai kesehatan reproduksi ? baik
untuk laki-laki maupun perempuan ? Dika berbalik
serius dan menyetujui. ?Ketimbang kami cuma dengar
dari teman lain, internet atau kakak-kakak kelas yang
kadang juga belum paham benar,? ujar Dika.

***

UNTUK melakukan pendidikan seks terhadap dua anak
remajanya (Rian-18 tahun dan Fani- 14 tahun) pasangan
Sugeng Ariyanto - Widiarti mengaku hanya sebatas
kemampuannya. ?Ada banyak hal yang saya tidak sampai
hati. Misal, menerangkan bagaimana kehamilan itu
terjadi,? kata Widiarti. Terhadap Fani, dia hanya bisa
berpesan untuk hati-hati menjaga pergaulan. Sedang
terhadap Rian, Widi mengaku nyaris tak pernah
berbincang perihal seks. ?Saya minta ayahnya untuk
lebih dekat. ?Kan mereka sama-sama laki-laki,?
tambahnya. Widi juga berharap lembaga sekolah akan
mampu ?bicara banyak?. ?Mereka ?kan guru yang pasti
lebih pandai untuk menyampaikan sesuatu, sehingga anak
didik menjadi lebih pintar menghadapi hidup. Tidak
hanya pandai ilmu pengetahuan,? paparnya.

Lembaga pendidikan (sekolah) agaknya masih menjadi
institusi yang dipercaya untuk menyosialisasikan suatu
nilai. Masyarakat juga banyak menggantungkan harapan
pada lembaga pendidikan, agar anak(nya) menjadi pintar
lahir-batin. Termasuk, pintar mengendalikan diri
mengelola dorongan seksual yang lazim terjadi pada
kehidupan remaja.

?Kami memasukkan ke dalam beberapa pelajaran. Selain
pelajaran agama dengan penekanan pada aspek moral,
yang terutama melalui Bimbingan dan Konseling (BK),?
kata Dra Danarti Budi Yulianti, Kepala Sekolah SMA 17
Yogyakarta. Satu dari tiga jam pelajaran agama,
menurut Danarti, digunakan untuk praktek yang bisa
diisi dengan hal-hal khusus, termasuk pendidikan seks.
Sedang BK telah memiliki kurikulum kesehatan
reproduksi sesuai dengan MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan Konseling). ?Selain itu, sekolah kami juga
bekerjasama dengan program profesi psikolog UGM,
secara berkala memberi ceramah tentang kesehatan jiwa
untuk murid kelas 1, 2, dan 3,? ujar Danarti.

Hal yang sama juga diakui Drs Mulyata, Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Wonosari. ?Pendidikan seks sudah masuk
dalam pelajaran agama, biologi dan BK. Akan tetapi
bila ada upaya untuk memberi pendidikan secara khusus,
pasti akan lebih baik,? kata.

***

KALANGAN pengamat seks remaja dan pakar kesehatan
reproduksi, sejak lama menengarai terjadinya pergaulan
yang tidak lagi aman bagi alat reproduksi baik
perempuan maupun laki-laki. Fenomena hamil di luar
nikah, kawin muda, aborsi sebenarnya telah lama
menjadi bahan diskusi. Remaja masih termarginalkan
dalam pembicaraan seksualitas maupun
kebijakan-kebijakan. Padahal, dalam dokumen Konferensi
Internasional Pembangunan dan Kependudukan di Kairo
(1994), mengakui adanya hak-hak seksual dan reproduksi
sebagai hak asasi manusia (termasuk remaja). Namun
agaknya remaja masih jauh dari akses pemenuhan
hak-haknya itu secara jujur yang dapat mengantar
mereka kepada perilaku (seks) yang sehat dan
bertanggung jawab.

Sementara, upaya-upaya dari pihak luar dunia formal
pendidikan untuk membuka akses pemenuhan hak remaja
yang biasanya berstatus pelajar, terkendala banyak
hal. Antara lain mendapat tentangan dari kalangan
orangtua (dewasa), kalangan pendidik formal
(guru/institusi sekolah) bahkan juga para pemuka agama
? lantaran dicurigai justru akan menyesatkan remaja ke
arah free sex. Hingga saat ini pendidikan seks masih
samar-samar saja. Pro-kontra untuk perlu atau tidaknya
pendidikan seks masih terus diperbincangkan.

?Kenyataannya kurikulum tahun 2004 tidak ada yang
mencantumkan soal pendidikan seks, terutama dari sudut
pandang kesehatan reproduksi. Kalangan pendidik
bersikukuh pendidikan seks sudah dititipkan pada
pelajaran lain,? kata Dra Kusminari, Direktur
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memiliki divisi untuk remaja,
yakni ?Sahaja? (Sahabat Remaja).

Kebutuhan untuk pemenuhan hak atas informasi tentang
seksualitas remaja (baca: pelajar), sudah saatnya
dipikirkan secara serius. Kesaksian dari para tetangga
drg Ari Wiyantara yang menyatakan sebagian besar dari
sekitar 1.500 pasien aborsi adalah perempuan remaja
(?Yang datang masih bereragam putih - abu-abu...?) ?
lebih diperkuat dengan data dari pasien yang datang
konseling ke PKBI DIY dengan kondisi Kehamilan Tidak
Dikehendaki (KTD) mencapai 3.000-an kasus dan 560
kasus di antaranya berusia remaja.

Siapa yang bertanggung jawab atas pendidikan seks
untuk remaja? Menurut Kusminari, mutlak perlu sinergi
antara orangtua dan sekolah. ?Ini mengingat lembaga
pendidikan masih dipercaya mengajarkan sesuatu yang
relatif sulit diajarkan di rumah,? katanya. Karena
itu, pendidikan seks dari kacamata Kesehatan
Reproduksi mendesak masuk kurikulum. ?Setidaknya perlu
kebijakan khusus untuk mengemas pendidikan kesehatan
reproduksi dan membuat kebijakan untuk wajib diikuti
oleh semua murid,? papar Kusminari pula. Sebab dengan
pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja secara
tepat, sama dengan internalisasi norma kehidupan
reproduksi yang sehat secara medis dan sesuai dengan
budaya yang melingkupi kepada remaja.

Kebijakan yang dikeluarkan Departemen Pendidikan
Nasional tidak secara khusus memasukkan pendidikan
kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum. Akibatnya
dalam praktik di lembaga pendidikan, materi kesehatan
reproduksi tidak diberikan secara langsung dan
eksplisit dalam satu mata pelajaran.

***

PENDIDIKAN kesehatan reproduksi masuk kurikulum,
menurut psikolog dari UGM, Dr Endang Ekowarni, sangat
logis dan perlu segera direalisasi. ?Sekolah memiliki
kewajiban psikologis untuk melindungi dan memintarkan
anak didik tanpa perkecualian,? tegasnya. Melindungi
murid dari perilaku seks yang tidak sehat, memintarkan
anak didik agar ?cerdas? mengelola gejolak nafsu seks,
berpikir sehat dan nalar ? juga menjadi kewajiban
sekolah.

?Namun harus diakui bersama, hingga saat ini
pendidikan seks masih tetap samar-samar bahkan bisa
dibilang tetap wilayah tabu,? katanya. Dalam
kenyataannya, remaja hamil yang menjadi klien klinik
konsultasi psikologi miliknya selalu memutuskan untuk
memilih aborsi. ?Mereka datang diantar orangtua.
Keputusan itu sebenarnya tidak mendidik anak
bertanggung jawab pada kehidupan,? katanya.

Melihat permasalahan dari akar, Dr Endang Ekowarni
sangat menganjurkan upaya-upaya preventif terjadinya
kehamilan (remaja) dengan memberi pendidikan seks
sedini mungkin. Karena, menurut pengamatan Dr Endang,
tak ada remaja laki-laki yang (akan) sengaja
menghamili teman/pacarnya. Sebaliknya, tak ada remaja
perempuan yang sengaja bersedia hamil di luar nikah.

?Semua terjadi bagaikan kecelakaan, semua mengaku
khilaf,? tegas Dr Endang. Pengakuan tersebut,
menunjukkan mereka kurang cerdas mengelola emosi dan
tidak paham atas apa yang terjadi. Untuk itu upaya
menghindari ?kecelakaan? dan ?khilaf? memang harus
dipahami. Dr Endang juga mengajak semua pihak untuk
membuka diri dalam melihat fenomena perilaku seks
remaja, kemudian bersama-sama memberikan yang terbaik
bagi generasi penerus bangsa. Diakui, masih ada
ambivalensi terhadap pendidikan seks. Yakni
dikhawatirkan akan muncul sebagai: boleh melakukan
seks, asal tidak hamil dan tidak melakukan seks sama
sekali, agar tidak hamil.

?Melalui pendidikan kesehatan reproduksi kita harus
bisa mencerdaskan remaja agar mampu membuat keputusan
yang safe (aman) bagi fisik dan safe bagi psikologis,?
tandasnya.

Khusus wilayah Yogyakarta, Dr Endang Ekowarni
memandang pendidikan kesehatan reproduksi untuk murid
SMP dan SMA mutlak harus dimulai. ?Sehubungan dengan
dicanangkannya 2005: Tahun Wisata dan Pendidikan oleh
Walikota Yogyakarta. Tanpa pembekalan kesehatan
reproduksi, sangat dikhawatirkan program tersebut akan
menjadi bumerang. Karena dampak program wisata amat
potensial menggilas habis hasil program pendidikan,?
paparnya.

Bila hal itu terjadi, akan dengan mudah menyebar bak
wabah penyakit ke wilayah lain. Dari kota ke desa. 

Akibatnya: Yogya Pasti Abisss... q -e

 


Mario Gagho
Political Science,
Agra University, India
---------
A WINNER works harder than a loser and has more time. 
A LOSER is always "too busy" to do what is necessary.


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Make Yahoo! your home page 
http://www.yahoo.com/r/hs


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Tahun 2004, 560 Remaja Hamil ?Kecelakaan?