** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kedaulatan-rakyat.com/article.php?sid=9640 Monday, 28 February 2005, Kolom - Laporan Khusus Tahun 2004, 560 Remaja Hamil ?Kecelakaan? KASUS dokter gigi Ari Wiyantara di Denpasar yang melakukan aborsi terhadap sekitar 1.500 janin masih menjadi hot news hingga pekan ini. Satu hal yang tak kalah mengejutkan, kesaksian para tetangga tempat tinggal drg Ari yang mengatakan: sebagian besar pasien adalah perempuan remaja yang datang masih mengenakan seragam (SMA) putih - abu-abu.... ?Aah, masak sih..?,? komentar Erliani (19) dengan ekspresi ngeri, sembari terus menatap layar televisi yang tengah menayangkan rekonstruksi proses aborsi yang dilakukan drg Ari Wiyantara. Erli, mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM ini, lulusan sebuah SMA favorit di Yogya. Erli seolah tak percaya mendengar kesaksian tetangga dr Ari tentang pasien aborsi sebagian besar adalah perempuan remaja yang notabene pelajar SMA. ?Di sekolahku pernah ada pula gosip kalau X hamil. Tapi sebelum merebak, X tadi pindah sekolah keluar negeri. Selanjutnya, kami enggak tahu..,? katanya. Kebetulan, teman Erli (yang digosipkan hamil) adalah anak pejabat penting di DIY. Erli melihat 60 persen temannya telah berpacaran. Bahkan ada yang mulai pacaran sejak SMP. ?Lainnya, ada yang sepertinya belum suka pacaran atau lebih suka pergi beramai-ramai,? katanya. Pasangan yang sudah pacaran, menurut Erli, biasanya senang berdua-duaan saja. Ada kewajiban wakuncar (waktu kunjung pacar). ?Pokoknya enggak lagi bebas. Sedikit-dikit cemburuan..,? ujar Erli yang mengaku belum pernah mengikrarkan memiliki pacar, namun punya teman dekat laki-laki yang biasa menjadi tempat ?cur-hat? atau sekadar teman jalan-jalan. Gadis yang sedang mengejar cita-cita menjadi akuntan ini melihat pacaran memang memiliki sisi positif dan negatif. ?Kalau kita bisa menjadikan suatu motivasi, ya positif. Tetapi kalau jadinya malah merusak, ya negatif,? paparnya. Erli mengaku sangat memahami hal itu, karena ayah dan ibunya (pasangan Ida Murwati - Budi Haryono) selalu dekat dan terbuka membicarakan soal pergaulan dan dampak-dampaknya. ?Saya sudah tahu kalau hubungan seks bisa mengakibatkan kehamilan sejak kelas 2 SMP. Karena itu, papa dan mama selalu berpesan aku untuk jaga diri,? papar Erli. Di sekolah, guru-guru pun selalu menyampaikan pesan-pesan moral yang sangat berguna bagi Erli sebagai remaja. ?Tidak hanya guru agama dan Bimbingan Konseling, tetapi semua guru..,? kenangnya. Andika Rona (17) pelajar SMA swasta terkemuka di Yogya, juga mengaku sebagian besar temannya punya pacar. ?Punya pacar ?kan biasa saja. Kalau mereka pergi berduaan, ya namanya orang pacaran. Justru itu yang membedakan bergaul dengan pacar atau teman biasa,? jelas Dika yang punya pacar sesekolah. Andika mengaku orangtuanya tahu kalau dia punya pacar. Tetapi tidak pernah banyak ribut. ?Maksud saya, mereka tidak pernah terlalu mau tahu misal dengan mencecar: darimana saja kok baru pulang, dengan siapa pergi, dll,? katanya. Dari ayahnya, Dika sering mendapat nasihat untuk selalu menghormati perempuan dengan tidak melakukan hal-hal yang ?memalukan?. ?Ya, ayah cuma bilang: kamu boleh pacaran, tapi jangan sampai memalukan orangtua,? kata Dika. Ketika ditanya, apakah memalukan itu hanya apabila si pacar hamil ? Dika menjawab, ?Ya, mungkin. Kira-kira begitulah...?. Pengetahuan seputar perilaku pacaran yang bisa dikonotasikan sebagai perilaku seksual remaja ? juga didapatkan dari sekolah. Tetapi, kata Dika, cara menyampaikannya kurang mengena. ?Jadi anak-anak ya cuma ketawa-ketawa saja, masalahnya cara menyampaikannya kuno,? ujarnya sambil tertawa terbahak. Dika mengaku tidak bisa ?membayangkan? seandainya di sekolahnya ada mata pelajaran khusus tentang pendidikan seks. ?Ha,ha.. pasti seru tuh..?, komentarnya. Namun, setelah dijelaskan pendidikan seks yang dimaksud berbingkai kesehatan reproduksi ? baik untuk laki-laki maupun perempuan ? Dika berbalik serius dan menyetujui. ?Ketimbang kami cuma dengar dari teman lain, internet atau kakak-kakak kelas yang kadang juga belum paham benar,? ujar Dika. *** UNTUK melakukan pendidikan seks terhadap dua anak remajanya (Rian-18 tahun dan Fani- 14 tahun) pasangan Sugeng Ariyanto - Widiarti mengaku hanya sebatas kemampuannya. ?Ada banyak hal yang saya tidak sampai hati. Misal, menerangkan bagaimana kehamilan itu terjadi,? kata Widiarti. Terhadap Fani, dia hanya bisa berpesan untuk hati-hati menjaga pergaulan. Sedang terhadap Rian, Widi mengaku nyaris tak pernah berbincang perihal seks. ?Saya minta ayahnya untuk lebih dekat. ?Kan mereka sama-sama laki-laki,? tambahnya. Widi juga berharap lembaga sekolah akan mampu ?bicara banyak?. ?Mereka ?kan guru yang pasti lebih pandai untuk menyampaikan sesuatu, sehingga anak didik menjadi lebih pintar menghadapi hidup. Tidak hanya pandai ilmu pengetahuan,? paparnya. Lembaga pendidikan (sekolah) agaknya masih menjadi institusi yang dipercaya untuk menyosialisasikan suatu nilai. Masyarakat juga banyak menggantungkan harapan pada lembaga pendidikan, agar anak(nya) menjadi pintar lahir-batin. Termasuk, pintar mengendalikan diri mengelola dorongan seksual yang lazim terjadi pada kehidupan remaja. ?Kami memasukkan ke dalam beberapa pelajaran. Selain pelajaran agama dengan penekanan pada aspek moral, yang terutama melalui Bimbingan dan Konseling (BK),? kata Dra Danarti Budi Yulianti, Kepala Sekolah SMA 17 Yogyakarta. Satu dari tiga jam pelajaran agama, menurut Danarti, digunakan untuk praktek yang bisa diisi dengan hal-hal khusus, termasuk pendidikan seks. Sedang BK telah memiliki kurikulum kesehatan reproduksi sesuai dengan MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling). ?Selain itu, sekolah kami juga bekerjasama dengan program profesi psikolog UGM, secara berkala memberi ceramah tentang kesehatan jiwa untuk murid kelas 1, 2, dan 3,? ujar Danarti. Hal yang sama juga diakui Drs Mulyata, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Wonosari. ?Pendidikan seks sudah masuk dalam pelajaran agama, biologi dan BK. Akan tetapi bila ada upaya untuk memberi pendidikan secara khusus, pasti akan lebih baik,? kata. *** KALANGAN pengamat seks remaja dan pakar kesehatan reproduksi, sejak lama menengarai terjadinya pergaulan yang tidak lagi aman bagi alat reproduksi baik perempuan maupun laki-laki. Fenomena hamil di luar nikah, kawin muda, aborsi sebenarnya telah lama menjadi bahan diskusi. Remaja masih termarginalkan dalam pembicaraan seksualitas maupun kebijakan-kebijakan. Padahal, dalam dokumen Konferensi Internasional Pembangunan dan Kependudukan di Kairo (1994), mengakui adanya hak-hak seksual dan reproduksi sebagai hak asasi manusia (termasuk remaja). Namun agaknya remaja masih jauh dari akses pemenuhan hak-haknya itu secara jujur yang dapat mengantar mereka kepada perilaku (seks) yang sehat dan bertanggung jawab. Sementara, upaya-upaya dari pihak luar dunia formal pendidikan untuk membuka akses pemenuhan hak remaja yang biasanya berstatus pelajar, terkendala banyak hal. Antara lain mendapat tentangan dari kalangan orangtua (dewasa), kalangan pendidik formal (guru/institusi sekolah) bahkan juga para pemuka agama ? lantaran dicurigai justru akan menyesatkan remaja ke arah free sex. Hingga saat ini pendidikan seks masih samar-samar saja. Pro-kontra untuk perlu atau tidaknya pendidikan seks masih terus diperbincangkan. ?Kenyataannya kurikulum tahun 2004 tidak ada yang mencantumkan soal pendidikan seks, terutama dari sudut pandang kesehatan reproduksi. Kalangan pendidik bersikukuh pendidikan seks sudah dititipkan pada pelajaran lain,? kata Dra Kusminari, Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki divisi untuk remaja, yakni ?Sahaja? (Sahabat Remaja). Kebutuhan untuk pemenuhan hak atas informasi tentang seksualitas remaja (baca: pelajar), sudah saatnya dipikirkan secara serius. Kesaksian dari para tetangga drg Ari Wiyantara yang menyatakan sebagian besar dari sekitar 1.500 pasien aborsi adalah perempuan remaja (?Yang datang masih bereragam putih - abu-abu...?) ? lebih diperkuat dengan data dari pasien yang datang konseling ke PKBI DIY dengan kondisi Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) mencapai 3.000-an kasus dan 560 kasus di antaranya berusia remaja. Siapa yang bertanggung jawab atas pendidikan seks untuk remaja? Menurut Kusminari, mutlak perlu sinergi antara orangtua dan sekolah. ?Ini mengingat lembaga pendidikan masih dipercaya mengajarkan sesuatu yang relatif sulit diajarkan di rumah,? katanya. Karena itu, pendidikan seks dari kacamata Kesehatan Reproduksi mendesak masuk kurikulum. ?Setidaknya perlu kebijakan khusus untuk mengemas pendidikan kesehatan reproduksi dan membuat kebijakan untuk wajib diikuti oleh semua murid,? papar Kusminari pula. Sebab dengan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja secara tepat, sama dengan internalisasi norma kehidupan reproduksi yang sehat secara medis dan sesuai dengan budaya yang melingkupi kepada remaja. Kebijakan yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional tidak secara khusus memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum. Akibatnya dalam praktik di lembaga pendidikan, materi kesehatan reproduksi tidak diberikan secara langsung dan eksplisit dalam satu mata pelajaran. *** PENDIDIKAN kesehatan reproduksi masuk kurikulum, menurut psikolog dari UGM, Dr Endang Ekowarni, sangat logis dan perlu segera direalisasi. ?Sekolah memiliki kewajiban psikologis untuk melindungi dan memintarkan anak didik tanpa perkecualian,? tegasnya. Melindungi murid dari perilaku seks yang tidak sehat, memintarkan anak didik agar ?cerdas? mengelola gejolak nafsu seks, berpikir sehat dan nalar ? juga menjadi kewajiban sekolah. ?Namun harus diakui bersama, hingga saat ini pendidikan seks masih tetap samar-samar bahkan bisa dibilang tetap wilayah tabu,? katanya. Dalam kenyataannya, remaja hamil yang menjadi klien klinik konsultasi psikologi miliknya selalu memutuskan untuk memilih aborsi. ?Mereka datang diantar orangtua. Keputusan itu sebenarnya tidak mendidik anak bertanggung jawab pada kehidupan,? katanya. Melihat permasalahan dari akar, Dr Endang Ekowarni sangat menganjurkan upaya-upaya preventif terjadinya kehamilan (remaja) dengan memberi pendidikan seks sedini mungkin. Karena, menurut pengamatan Dr Endang, tak ada remaja laki-laki yang (akan) sengaja menghamili teman/pacarnya. Sebaliknya, tak ada remaja perempuan yang sengaja bersedia hamil di luar nikah. ?Semua terjadi bagaikan kecelakaan, semua mengaku khilaf,? tegas Dr Endang. Pengakuan tersebut, menunjukkan mereka kurang cerdas mengelola emosi dan tidak paham atas apa yang terjadi. Untuk itu upaya menghindari ?kecelakaan? dan ?khilaf? memang harus dipahami. Dr Endang juga mengajak semua pihak untuk membuka diri dalam melihat fenomena perilaku seks remaja, kemudian bersama-sama memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa. Diakui, masih ada ambivalensi terhadap pendidikan seks. Yakni dikhawatirkan akan muncul sebagai: boleh melakukan seks, asal tidak hamil dan tidak melakukan seks sama sekali, agar tidak hamil. ?Melalui pendidikan kesehatan reproduksi kita harus bisa mencerdaskan remaja agar mampu membuat keputusan yang safe (aman) bagi fisik dan safe bagi psikologis,? tandasnya. Khusus wilayah Yogyakarta, Dr Endang Ekowarni memandang pendidikan kesehatan reproduksi untuk murid SMP dan SMA mutlak harus dimulai. ?Sehubungan dengan dicanangkannya 2005: Tahun Wisata dan Pendidikan oleh Walikota Yogyakarta. Tanpa pembekalan kesehatan reproduksi, sangat dikhawatirkan program tersebut akan menjadi bumerang. Karena dampak program wisata amat potensial menggilas habis hasil program pendidikan,? paparnya. Bila hal itu terjadi, akan dengan mudah menyebar bak wabah penyakit ke wilayah lain. Dari kota ke desa. Akibatnya: Yogya Pasti Abisss... q -e Mario Gagho Political Science, Agra University, India --------- A WINNER works harder than a loser and has more time. A LOSER is always "too busy" to do what is necessary. __________________________________ Do you Yahoo!? Make Yahoo! your home page http://www.yahoo.com/r/hs ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **