** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Ummat Islam Indonesia (dan Nusantara pada umumnya) sudah selayaknya mau mencari rujukan akar sejarah sendiri dalam hal: hubungan serasi, koeksistensi harmonis antaragama, antarbangsa, antarbudaya, juga antarkekuasaan di Kepulauan Nusantara ini pada masa lalu sehingga tidak selalu merujuk pada Dunia dan Sejarah Arab (kecuali Arab semasa kenabian). Merujuk pada sejarah sendiri akan membangkitkan kebanggaan, patriotisme, rasa cinta terhadap sejarah, kebudayaan, dan bangsa sendiri. Sebaliknya merujuk kepada bangsa lain hanya akan menyuburkan perasaan inferioritas. Sedangkan Islam menolak inferioritas serta menempatkan semua manusia sejajar, egaliter, tanpa memandang keutamaan sebuah ras atas ras lainnya. Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak mengambil pelajaran dari bangsa lain. Karena Islam tidaklah menolak nilai-nilai lokal, alias senantiasa mau mengadopsi dan berinteraksi selagi tidak bertentangan. AlQuran menyuruh kita mempelajari sejarah bangsa-bangsa masa lalu untuk m engambil pelajaran ('ibrah). Salahsatu patron hubungan ideal antarbangsa,antarbudaya (termasuk bahasa)--dan antaragama--di Kepulauan Nusantara pada masa lalu adalah ketika kejayaan Kesultanan Demak. Demak adalah lintasan sejarah yang mampu mempertemukan dan menggabungkan dua kebesaran, dua corak, dua aliran budaya berpengaruh yang senantiasa merepresentasikan Nusantara pada masa lalu dan pada masa sekarang, yaitu Jawa dan Melayu (dengan semua anak-anak sukunya). Disamping titik pertemuan damai antara dua agama besar Nusantara masa itu. Antara Islam yang baru berkembang dan Hindu--yang meskipun pengaruhnya mulai surut dengan runtuhnya Majapahit dan kerajaan-kerajaan Hindu lainnya--namun masih tetap berurat akar dalam masyarakat. Pertemuan damai yang dimotori para Wali Songo dengan melakukan pendekatan budaya, bukan tipu daya, apalagi kekerasan dan senjata. Seiring dengan surutnya kekuasaan Demak dan pemerintahan berpindah dari pesisir menuju pedalaman, ke Pajang, lalu Mataram. Keserasian dua aliran besar ini mulai pudar sama sekali, karena yang timbul adalah sikap Jawa-sentris. Para sejarawan mengatakan kemunduran ini tidak lepas dari pengaruh kultur pedalaman yang berlatarbelakang cocok tanam dan kurang terbuka terhadap budaya luar. Jauh berbeda dengan kultur pesisir yang dinamis, senantiasa mau menerima keterbukaan dan inovasi. Jikalau saya dapat berangan-angan, alangkah baiknya jika fase Kesultanan Demak (juga Samudera Pasai di utara, Gowa-Tallo di timur) mendapat porsi lebih dalam kajian sejarah kita, sebagaimana sejarah dunia memberi porsi lebih pada kajian sejarah Eropa Jaman Pertengahan (The Medieval Europe). Mengingat fase inilah yang mampu mempertemukan dua kutub Nusantara (beserta anak-anak sukunya) dalam sebuah hubungan yang serasi, harmonis, dinamis dan ideal. Apalagi jika kita kaitkan dengan pahitnya hubungan kita (bangsa-bangsa serumpun) pada saat ini akibat kasus Blok Ambalat. Salam Hangat Selalu, Farhan Kurniawan. =================== The Mind Advances by Evolution, not by Revolution ---***** __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **