[list_indonesia] Re: [ppiindia] Menhan R.I Juwono Sudarsono membujuk Kongres Amerika Serikat

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 18 Mar 2005 11:54:57 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Kalau cara berpikir dan hasilnya "terserah", berarti tak usah pergi 
buang-buang duit. Cukup dengan menulis surat  atau telepon. Murah dan 
praktis serta hemat waktu. Uang perjalanan bisa disumbangkan untuk anak-anak 
di Jakarta yang tak bisa bersekolah karena tertumbuk pada soal biaya.

----- Original Message ----- 
From: "Bonnie Leonard" <bonnieleonard@xxxxxxxxx>
To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Friday, March 18, 2005 8:09 AM
Subject: [ppiindia] Menhan R.I Juwono Sudarsono membujuk Kongres Amerika 
Serikat


>
>
>
> Wawancara Ekslusive MAJALAH GATRA
> ''Terserah Tuan-tuan di Amerika''
>
>
>
> SELAMA tujuh hari, 11-18 Maret 2005 ini, Menteri Pertahanan Juwono 
> Sudarsono berkunjung ke Amerika Serikat. Tiga malam ia akan berada di New 
> York, tiga malam berikutnya di Washington, DC. Di sana, Juwono berencana 
> bertemu sejumlah tokoh penting. Mulai senator kesohor Patrick Leahy dan 
> Russel Feingold hingga Menteri Luar Negeri dan pejabat teras di Pentagon.
>
> Agenda yang diusung sangat penting. Juwono datang untuk "melobi" 
> pemerintahan Presiden George W. Bush agar mencabut keputusan embargo 
> senjatanya terhadap Indonesia. Sejak TNI dituduh melakukan pelanggaran HAM 
> berat di Timor Timur pasca-jajak pendapat, September 1999, hubungan 
> militer Indonesia-Amerika memang tak harmonis.
>
> Hubungan itu pernah melunak di ujung tahun 2000. Beberapa embargo sempat 
> dicabut. Tapi situasi memanas lagi ketika Agustus 2002 terjadi penembakan 
> di Timika, yang menewaskan dua warga Amerika. Akibatnya sungguh 
> mengenaskan. Sejumlah peralatan tempur Indonesia, terutama pesawat 
> terbang, ibarat ompong: tidak punya senjata dan juga tak punya suku cadang 
> yang mendukung kegiatan operasi.
>
> Kepada wartawan Gatra Koesworo Setiawan dan Luqman Hakim Arifin, Juwono 
> membeberkan rencana keberangkatannya ke Amerika. Selain itu, ia juga 
> bicara soal pandangan dan gagasannya tentang isu-isu pertahanan nasional 
> dan misinya selama lima tahun mendatang. Ikut dalam kesempatan wawancara 
> yang dilakukan di kantor Departemen Pertahanan, Selasa pekan lalu, itu 
> wartawan Gatra.com Edward Luhukay. Berikut petikannya:
>
> Benarkah Anda berkunjung ke Amerika guna membuka keran embargo senjata ke 
> Indonesia?
> Saya ke sana tidak untuk mencabut embargo. Itu adalah putusan mereka 
> sendiri. Terserah. Saya hanya menjelaskan dalam konteks perkembangan, 
> kedudukan, dan peran TNI dalam demokrasi Indonesia saat ini. Kalau mereka 
> mau mencabut embargo, alhamdulillah. Tapi, kalau tidak, saya juga tidak 
> masalah. Karena saya hanya menjelaskan. Bukan untuk memohon atau 
> meminta-minta. Apalagi minta maaf.
>
> Siapa saja yang akan Anda temui?
> Insya Allah, saya akan bertemu Menteri Luar Negeri Amerika, Menteri 
> Pertahanan, penasihat bidang keamanan (national security advisor), dan 
> kalangan Kongres. Ada enam tokoh dari Senat dan tujuh dari DPR. Patrick 
> Leahy --senator yang mengajukan Leahy Act yang mengakibatkan adanya 
> embargo senjata ke Indonesia-- kabarnya sudah mau menerima saya. Tapi yang 
> sebenarnya ingin saya kejar adalah Senator McKannol (panitia penyetujuan 
> anggaran). Itu yang paling penting.
>
> Anda akan melobi agar Leahy Act dihapus?
> Saya tidak akan meminta apa-apa. Saya hanya datang untuk menjelaskan, 
> pertama, proses demokratisasi secara umum di Indonesia; kedua, peran TNI 
> dalam mendorong dan mendukung demokratisasi itu. Terserah pada tuan-tuan 
> di sana....
>
> Kalau Leahy Act itu tidak dihapus, tidakkah itu mempersulit Indonesia 
> dalam membeli alat-alat perang?
> Dalam sistem Amerika, yang sangat berperan adalah Kongres.
>
> Apakah sudah ada utusan yang secara khusus dikirim ke Amerika sebelum 
> kedatangan Anda?
> Tidak. Sejak awal, sejak pelantikan 20 Oktober lalu, saya memang berniat 
> pergi ke Amerika untuk menjelaskan kedudukan Indonesia di Asia Tenggara 
> saat ini dan kedudukan TNI dalam proses demokratisasi. Juga menjelaskan, 
> apa yang saya sebut kerangka 3R (reformasi politik, rehabilitasi ekonomi, 
> dan rekonsiliasi sosial). Intinya, saya ingin menjelaskan bahwa TNI, 
> khususnya TNI-AD, justru mendukung proses demokratisasi, bukan penghambat.
>
> Lalu dalam rangka apa Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen TNI (purnawirawan) 
> Sudrajat ke Amerika, beberapa pekan lalu?
> Oh, dia pergi dengan teman-teman DPR. Tapi bukan dalam rangka itu (embargo 
> senjata). Mereka dalam rangka Badan Kerja Sama Antar-Parlemen. Jadi, bukan 
> satu paket dengan rencana kunjungan Dephan.
>
> Dalam program Imet, progam latihan apa yang diminta?
> Sampai sekarang, kita ingin fokuskan pada masalah manajemen dan 
> perencanaan pertahanan terpadu. Kita melihat, untuk 5-10 tahun mendatang, 
> masih banyak perwira pertama dan menengah yang harus dibekali pengetahuan 
> paling modern tentang perencanaan-perencanaan. Terutama dalam hal 
> keterkaitan Darat, Laut, dan Udara sebagai kesatuan yang padu.
>
> Selama ini, yang saya terima adalah cetak biru Angkatan Darat, Angkatan 
> Laut, dan Angkatan Udara. Masing-masing dengan prioritas berbeda-beda. 
> Sebagai Menteri Pertahanan, saya berkewajiban memadukannya secara 
> sinergis, sehingga bisa lebih efektif.
>
> Kriteria yang diikutkan dalam program itu?
> Yang saya bayangkan adalah para perwira, kapten hingga mayor. Karena 5-10 
> tahun lagi mereka menjadi pimpinan di tingkat Mabes TNI. Saya harapkan, 
> ada tiga dari Darat, tiga dari Laut, tiga dari Udara. Tidak usah 
> banyak-banyak. Yang penting mutunya baik.
>
> Apa sebenarnya persoalan utama yang membuat embargo Amerika tidak 
> dicabut-cabut?
> Ada dua masalah. Pertama, peristiwa Timor Timur pasca-September 1999, ada 
> tuduhan pelanggaran HAM berat oleh sebagian perwira TNI. Kedua, peristiwa 
> Agustus 2002, penembakan di Timika. Dua orang meninggal: satu orang 
> Amerika dan satu orang Indonesia. Sekarang terbukti bahwa bukan TNI yang 
> terlibat, melainkan OPM. Yang mereka tanyakan, mengapa pelakunya, Antonius 
> Wamang, sampai sekarang belum tertangkap?
>
> Kebutuhan militer besar, tapi personelnya terbatas. Apakah mungkin ada 
> program militer sukarela yang akan digelar Menteri Pertahanan?
> Kalau dilhat dari jumlah personel dan luas wilayah, jumlah personel memang 
> kurang. Tapi, kalau dilihat dari anggaran yang ada, sangat tidak cukup. 
> Karena itu, yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas masing-masing 
> individu, satu-satuan yang ada di masing-masing angkatan, sehingga gelar 
> pasukan itu sesuai dengan kemampuan anggaran.
>
> Apakah jumlah personel TNI perlu ditambah dengan merekrut lebih banyak 
> orang?
> Menambah orang tidak begitu penting, karena akan lebih menghabiskan 
> anggaran. Sebab 80% habisnya untuk personel dan peralatan saja. Yang 
> efektif untuk membeli alat-alat baru hanya 20% dari anggaran yang 
> diterima.
>
> Berapa sebenarnya anggaran yang ideal?
> Di atas Rp 50 trilyun. Sekarang Rp 21 trilyun. Tapi saya berbicara dengan 
> realitas, bukan idealitas. Jadi sudah keniscayaan, untuk beberapa tahun 
> mendatang, kita akan menerima 46% dari kebutuhan minimal. Sesuai yang 
> diperlukan TNI yang berjumlah 350.000 orang itu.
>
> Berkaitan dengan kasus Ambalat, sejauh mana potensi ancaman pertahanan 
> dari luar negeri?
> Kalau ancaman dari luar, saya kira tidak terjadi selama lima tahun 
> mendatang. Justru yang jadi masalah adalah kalau daya tangkal sistem 
> pertahanan kita terlalu lemah, atau dipersepsikan terlalu lemah, maka akan 
> terjadi peristiwa-peristiwa seperti Ambalat. Justru karena kita dinilai 
> tidak terlalu kuat, maka Malaysia berani melakukan uji coba terhadap 
> Ambalat. Saya kira, bukan soal itu. Tapi kita sendiri harus meningkatkan 
> kualitas dan kuantitas kemampuan pertahanan kita dalam batas-batas 
> anggaran yang sangat terbatas.
>
> Itu berarti soal citra?
> Kalau soal citra, itu lebih kena. Kita dalam enam tahun terakhir sibuk 
> dengan krisis multidimensi. Jadi, orang luar juga menilai dan 
> memperkirakan, daya tangkal kita efektif menurutnya. Seandainya kita tidak 
> menghadapi krisis masa lampau, kenaikan harga BBM, dan lain-lain, 
> barangkali Malaysia juga tidak akan coba-coba. Tapi Malaysia saya kira 
> sekarang juga kaget, kita bisa menggelar tujuh kapal dan empat pesawat 
> tempur dengan cepat ke sana.
>
> Apa pelajaran yang bisa diambil dari krisis Ambalat?
> Ini menggambarkan bahwa di dunia ini perebutan bahan bakar masih menjadi 
> faktor penting. Karena itu, daya tangkal kemampuan pertahanan negara, 
> darat, laut, udara, memang dipersepsikan sebagai sesuatu yang penting. 
> Susahnya, domestik maupun internasional, setiap penambahan anggaran selalu 
> dipersoalkan, karena bayang-bayang masa lampau. Represif, tambah anggaran 
> tambah represif. Padahal, tidak ada kaitannya sama sekali.
>
> Yang jadi masalah bagi saya, menambah anggaran tidak menjamin perbaikan 
> kualitas. Karena daya serap anggaran juga penting. Penggunaannya... bocor 
> dan borosnya itu harus dikurangi. Di mana-mana, di setiap departemen yang 
> pernah saya tempati, persoalannya adalah mengurangi kebocoran dan 
> pemborosan, sehingga berapa pun yang diterima, bisa kita efektifkan lebih 
> baik.
>
> Ambalat menjadi momen untuk reorientasi TNI?
> Bisa juga.
>
> Kenapa sikap pemerintah terhadap Malaysia terkesan terlalu lembek? Dengan 
> melihat fakta tenaga kerja diperlakukan secara tidak nyaman oleh polisi 
> Malaysia dan sebagainya?
> Ha, ha, ha.... Mungkin karena kita menghadapi krisis begitu selama enam 
> setengah tahun terakhir. Belum lagi ditimpa masalah TKI. Secara efektif, 
> kemampuan TNI/Polri kita dinilai lemah, maka dicoba-coba. Daerah yang 
> dianggap klaim mereka. Sekarang ini, dari segi hukum, menurut teman-teman 
> Deplu, kedudukan kita kuat sekali. Tapi kedudukan secara hukum kan tidak 
> ada artinya kalau tidak didukung kekuatan nyata. AL dan AU. Hanya dengan 
> hadirnya AL dan AU di sekitar Ambalat, Pak Badawi kan telepon Pak SBY.
>
> [Nasional, Gatra Nomor 18 Beredar Senin, 14 Maret 2005]
>
>
>
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: