** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/10/02.htm Kamis, 10 Maret 2005 Memahami Beban Rakyat -- Tinggal, apakah mereka yang memiliki kewenangan juga memahami beratnya beban yang kini ditanggung rakyat itu atau tidak. BEBAN yang dihadapi masyarakat semakin berat. Sebelum harga BBM dinaikkan pemerintah rata-rata 29%, harga-harga di pasaran sudah naik duluan. Beban semakin berat tatkala masyarakat harus mengalami tekanan ekonomi karena ongkos transportasi naik. Kenaikan BBM pula yang dijadikan alasan sehingga harga kebutuhan pokok naik rata-rata 10%. Padahal, sebelum pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM per 1 Maret 2005 ini, sebagian kebutuhan masyarakat harganya juga sudah naik rata-rata 10%. Beras yang tadinya diharapkan mampu mengamankan kenaikan harga BBM (karena memasuki panen raya) ternyata ikut-ikutan naik. Tidak adanya kontrol dan tindakan tegas dari pemerintah atas masalah ini, jelas akan semakin menyulitkan rakyat. Pedagang, awak angkutan, dan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan seakan-akan bisa bebas menaikkan harga sesuka hati mereka. Padahal, perilaku demikian itu akan menambah penderitaan rakyat. Kenaikan harga BBM jelas menambah beban yang ditanggung oleh rakyat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri sipil (PNS), TNI, Polri, dan karyawan swasta lainnya. Dikatakan demikian, karena kelompok berpenghasilan tetap inilah yang akan pertama kali menanggung risiko setiap kali terjadi perubahan ekonomi. Pasalnya, ketika terjadi kenaikan harga, tidak serta-merta penghasilan mereka naik. Padahal, semua kenaikan yang terjadi sebelum penghasilan naik, mau tidak mau harus ditangani segera dan tidak bisa ditunda menunggu penghasilan naik dulu. Hingga saat ini terhitung sejak diumumkannya kenaikan harga BBM, kita menyaksikan berbagai keluhan dari masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah. Pelajar menggerutu, tetapi para orang tua belum mampu menutupi kekurangannya. Dari mana mau ditutupi, sedangkan penghasilannya saja belum naik. Masih mending kalau anak yang sekolahnya hanya satu orang. Kalau yang sekolahnya tiga atau lima anak sekaligus, beban tambahan itu sudah bisa dibayangkan betapa beratnya. Kalau pedagang barangkali masih mungkin bisa segera mengatasinya. Misalnya dengan menaikkan dagangannya. Tetapi bagi seorang PNS, dari mana akan menutupinya, terutama bila gaji itulah memang penghasilan satu-satunya. Padahal, sebelum kenaikan harga BBM saja, gaji mereka konon cuma cukup untuk 15 hari. Kita berharap agar pemerintah benar-benar memahami apa yang dirasakan oleh rakyat sekarang ini. Demo yang berlangsung terus-menerus di berbagai tempat dan waktu oleh berbagai elemen masyarakat, jelas sinyal yang tidak bisa dipandang remeh. Berkaitan dengan itu, menarik apa yang disampaikan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Hidayat mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengkaji ulang atau mengoreksi kenaikan harga BBM bersama DPR. Gayung bersambut. Meski bukan kewenangannya, Ketua MPR tampaknya lebih memahami beban berat yang kini mesti ditanggung rakyat akibat kenaikan harga BBM. Tinggal, apakah mereka yang memiliki kewenangan juga memahami beratnya beban yang kini ditanggung rakyat itu atau tidak. Sementara itu, Hidayat juga mengingatkan agar pemerintah tidak mengalihkan isu BBM ke isu Ambalat. Gejala ke arah itu tampaknya ada dan memang terdukung oleh sikap massa yang cenderung lebih emosional menyikapi kasus dengan Malaysia itu. Kenaikan BBM adalah satu soal yang tidak bisa ditangani dengan cara melarikan diri ke masalah lain. Kasus Ambalat adalah soal lain yang juga harus dituntaskan dengan elegan.*** ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **