** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/03/opi02.html Ironi di Balik Kenaikan Harga BBM Oleh Susidarto Indonesia negara yang unik. Di tengah kekayaan hasil tambangnya berupa minyak bumi yang melimpah, ternyata terus mengalami gejolak yang berkaitan dengan pasokan dan harga bahan bakar minyak (BBM). Setelah menghilang (langka)-nya beberapa jenis BBM di beberapa tempat, kini pemerintah menaikkan harga BBM itu. Kontan saja, kenaikan BBM rata-rata 29 persen dan mengikuti harga internasional itu membuat masyarakat menjadi panik dan kuatir, karena jelas akan mendorong harga-harga lain melambung tinggi, alias terjadi inflasi akibat tekanan harga. Alasan menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi BBM hingga Rp 70 triliun. Semestinya, subsidi yang selama ini diberikan kepada masyarakat kurang mampu, tidak perlu ditarik. Walau mungkin yang banyak menikmati subsidi selama ini adalah golongan masyarakat berpenghasilan me-nengah ke atas. Namun setidaknya subsidi semacam ini masih dibutuhkan oleh masyarakat banyak, di tengah situasi krisis multidimensi yang berkepanjangan ini. Oleh sebab itu, kalau pemerintah masih "menyisakan" subsidi sebesar itu sebagai kompensasinya, itu-pun dirasa masih sangat kurang. Apabila dilihat dari sisi anggaran belanja negara (APBN), kenaikan harga BBM ini bisa diterima, terutama untuk menutup defisit anggaran. Itu berarti rakyatlah yang "nomboki" kekurangan belanja negara. Bagi masyarakat awam, kenaikan BBM rasa-rasanya sulit untuk diterima akal sehat. Bagaimana negara penghasil minyak harus menaikkan harga BBM-nya di tengah krisis yang masih membelit ini? Masyarakat bingung, apa yang menjadi latar belakang di balik kenaikan BBM? Inilah pertanyaan yang perlu dituntaskan, agar masyarakat semakin bisa mengerti sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya kenaikan harga BBM ini. Ironis Menaikkan harga BBM memang tidak bisa ditunda lagi. Masyarakat harus menerima kenyataan yang kurang menyenangkan ini. Meskipun demikian, hal ini tetap sulit untuk dipahami dan merupakan ironi dari sebuah negara penghasil minyak bumi. Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran ini, beberapa di antaranya adalah: Pertama, Indonesia negara penghasil minyak mentah dan hasilnya di ekspor. Cadangannya masih cukup besar. Cekungan-cekungan sumber minyak belum semuanya dieksplorasi (diteliti) secara mendetail, terlebih untuk di eksploitasi (ditambang), masih memerlukan waktu yang panjang. Cekungan-cekungan minyak bumi ini merupakan persediaan yang cukup aman untuk jangka panjang. Melihat kenyataan ini, kenaikan harga BBM merupakan hal yang aneh dan sungguh ironis. Kalau hal ini terjadi di negara yang tidak memiliki minyak bumi, barangkali masih bisa dipahami. Namun, Indonesia yang punya tambang minyak nyatanya menempuh kebijakan menaikkan harga BBM. Alasan klasiknya untuk meningkatkan pendapatan negara selain juga harga BBM di dalam negeri masih kalah jauh di bawah harga di luar negeri, sehingga menyuburkan berbagai bentuk penyelundupan BBM ke luar negeri. Kedua, sungguh ironis kalau negara penghasil minyak bumi masih mengimpor minyak matang (BBM) akibat terbatasnya kilang minyak milik pemerintah (Pertamina). Sementara disaat yang sama, yakni di balik kekurangan pasokan minyak matang (BBM) ini, berbagai bentuk penyelundupan minyak matang (BBM) keluar negeri, sangat subur dan berjalan dengan aman akibat dukungan oknum aparat. Yang luar biasa, lokasi tempat berlangsungnya penyelundupan ini sangat dekat dengan kantor aparat penegak hukum, yakni kantor kepolisian. Yang lebih sungguh luar biasa adalah keterkaitan antara penyelundupan (berarti kelebihan pasokan BBM) dengan fenomena kelangkaan (berarti kekurangan) yang akibatnya menyebabkan kenaikan harga BBM dalam negeri. Jelas, penyelundupan semacam ini tidak bisa dibenarkan di tengah kurangnya pasokan minyak matang (BBM) dalam negeri. Ketiga, ironisitas lain yang muncul adalah sebagai bangsa yang dikaruniai berkat minyak bumi yang melimpah, ternyata sangat miskin di dalam strategi manajerialnya. Fenomena kelangkaan BBM beberapa saat lalu, dan juga gejolak kenaikan harga BBM yang akan datang, bisa disebut pula sebagai buruknya manajemen pencadangan BBM, sebagai komoditas yang strategis. Amerika Serikat saja ternyata memiliki cadangan untuk satu tahun ke depan. Di Indonesia, dengan konsumen yang demikian banyaknya, cadangan BBM yang disimpan ternyata tidak berbilangan bulan atau tahun, namun hanya untuk beberapa hari. Kondisi semacam ini sungguh amat mencemaskan kita bersama. *** Penulis adalah pengamat sosial dan ekonomi. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **