[list_indonesia] [ppiindia] Intelelektual Berminyak

  • From: "Eddy Satriya" <esatriya@xxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 10:18:15 +0700

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


Dear All,

 

Sbg anggota baru, saya sangat menikmati thread di milist ini. Untuk
patutnya, sebagai salam perkenalan, saya sampaikan salah satu tulisan saya
yang terakhir, sekedar menggugah teman-teman para intelektual yang lagi
bekerja keras diLN dan dimanana pun berada.

Mudah-mudahan type dan gaya tulisan saya tidak bertentangan dengan aturan
ppindia. Semoga berguna. Oh ya..mungkin nanti ada yang bertanya, PNS kok
"ngawur"? Yah demikianlah saya yang PNS biasa, merasa perlu menyampaikan
sesuatu yang memang rakyat (saya, teman saya, keluarga saya, serta seluruh
penduduk dan warga negara Indonesia) berhak tahu.

 

Wassalam,

 

 

Ir. Eddy Satriya, MA

National Development Planning Agency / BAPPENAS

Jl. Taman Suropati 2 Jakarta, 10310, Indonesia

Tel: 62.21.3912422; 3905650 ext 600

Fax: 62.21.3912422; 3145374

Email: esatriya@xxxxxxxxxxxxxx  

Website: www.geocities.com/satriyaeddy  ; 

Blog:  www.eddysatriya.blogspot.com <http://www.eddysatriya.blogspot.com/>
, www.spaces.msn.com/members/kritikaku 

 

 

===============

INTELEKTUAL BERMINYAK

 

Oleh: Eddy Satriya*)

 



 

Telah diterbitkan dalam kolom Majalah Mingguan Forum Keadilan No.45/20 Maret
05

Sebagaimana halnya sebagian besar lapisan masyarakat, saya juga kaget ketika
membaca iklan sehalaman penuh oleh Freedom Institute di harian Kompas
(26/2/05) yang secara gamblang mendukung pengurangan subsidi Bahan Bakar
Minyak (BBM). Namun saya sangat terperanjat tatkala melihat nama-nama
pendukung pengurangan subsidi BBM tersebut. Disana ada nama-nama besar mulai
dari pejabat negara yang super sibuk, dosen universitas terkemuka, pemuka
masyarakat, pengamat ekonomi, aktivitis LSM, pekerja seni, pengacara,
budayawan, mantan menteri dan lain sebagainya. 

Saya kemudian menjadi geli sendiri. "Tahu apa mereka semua tentang subsidi
BBM?" demikian saya mencoba menghibur diri sekaligus mengurangi rasa
penasaran di dalam hati. Mungkin saja di antara nama-nama tersebut memang
ada yang tahu sedikit tentang seluk beluk BBM, atau bahkan ada yang sangat
mengetahuinya. Namun, apa iya semuanya, sekali lagi semuanya, memahami
masalah BBM yang sangat kompleks sehingga berani memasang nama mereka
dibawah bendera Freedom Institute yang secara terang-terangan mendukung
dinaikkannya harga BBM? Sebegitumudahkah seorang intelektual Indonesia
memahami suatu persoalan sektoral pembangunan yang bukan bidangnya? Kalau
benar para intelektual Indonesia sebegitu cerdasnya, lalu mengapa kita masih
saja terpuruk dan berbagai persoalan tidak terselesaikan? 

***

Memahami seluk beluk BBM memaksa kita untuk mengerti banyak hal dan masalah
dalam penyediaan BBM. Beberapa diantaranya adalah: (a) Tidak seimbangnya
konsumsi dan produksi BBM; (b) Tersebarnya wilayah penghasil minyak di
seluruh Indonesia dan terpisah jauh dari pulau Jawa sebagai pengguna
terbesar; (c) Belum tercapainya harga berbagai jenis produk BBM yang
mencerminkan nilai keekonomiannya; (d) Masih sangat bergantungnya penggunaan
energi nasional kepada BBM; (e) Belum berjalannya program diversifikasi dan
konservasi energi secara maksimal; (f) Belum efisiennya penggunaan energi
secara umum, termasuk BBM; (g) Masih terbatasnya infrastruktur untuk
penyaluran BBM; serta (h) Masih belum tersusunnya kebijakan Energy Mix yang
sangat diperlukan sebagai acuan komposisi penggunaan energi primer. Berbagai
persoalan seputar BBM di atas secara terpisah ataupun bersinergi antara satu
dengan lainnya sangat mempengaruhi harga jual BBM, baik untuk kalangan
industri, rumah tangga, dan transportasi. Harga BBM yang mempunyai linkage
yang sangat erat dan tali temali dengan berbagai sektor lain inilah yang
pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan relatif masyarakat ketika
subsidi BBM dikurangi.

Sesungguhnya ada dua hal utama yang menjadi pokok persoalan saat ini, yaitu
apa dan bagaimana subsidi BBM harus disikapi serta masalah kompensasi.
Kelihatannya dua persoalan ini belum dipahami dengan baik oleh banyak
kalangan, termasuk kaum intelektual. Kedua masalah ini sering pula
dipertukartempatkan atau dicampuradukkan. Subsidi BBM telah disepakati untuk
dikurangi dan dihapuskan seperti tercantum dalam Undang-Undang No 25/2000
tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Sedangkan kompensasi
menyangkut pengalokasian dana APBN untuk menutupi turunnya pendapatan
relatif masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga BBM setelah dikurangi
atau dihapuskan subsidinya. Kompensasi itu sendiri akan diberikan berupa
dana kompensasi BBM untuk sektor-sektor yang sangat mempengaruhi tingkat
pengeluaran masyarakat miskin seperti pendidikan, kesehatan, transportasi,
bahan makanan dan lain-lain. Ironisnya lagi, dana kompensasi tidak diberikan
kepada sektor energi sendiri yang sebenarnya sangat dibutuhkan masyarakat
yang memiliki pembangkit listrik berskala kecil di daerah terpencil, baik
yang menggunakan mikro hidro ataupun berbasis minyak diesel.

Dari uraian ringkas di atas, jelas kiranya terdapat suatu hubungan yang
tidak sederhana antara subsidi BBM dan pelaksanaan program kompensasi BBM
dengan tingkat pemahaman para intelektual. Karena itu, keberpihakan
intelektual terhadap penderitaan rakyat yang diakibatkan kenaikan harga BBM
menjadi sangat penting. 

Sayangnya bukan keberpihakan yang diterima masyarakat miskin,  kaum
intelektual pendukung penghapusan subsidi ini malah sebaliknya sibuk
menyiapkan berbagai argumentasi untuk mempertahankan sikap mereka terhadap
rentetan protes yang diajukan masyarakat. Lihatlah pembelaan Rizal
Mallarangeng dari Freedom Institute yang diterbitkan Kompas (3/3/05). Rizal
dengan nada emosi malah memperluas persoalan dan menantang para penentang
kebijakan kenaikan harga BBM ini untuk mengorganisir diri serta memasang
iklan dua halaman penuh di Kompas, jika mempunyai dana tentunya. MasyaAllah.

***

Jika menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden langsung tahun 2004
lalu banyak kaum intelektual berpesta (Forum,1/08/04), sekarang giliran
mereka berminyak. Ah.., kalau sudah begini: intelektual berpesta, berminyak
dan berfulus apalah bedanya? Untuk pemilik nama-nama pendukung dihapuskannya
subsidi BBM dalam iklan yang menjadi pokok persoalan, saya hanya bisa
menghimbau "semoga tidak ada dusta di antara kita!"

_____

*) Pemerhati Reformasi, menetap di Sawangan-Depok.

 

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Intelelektual Berminyak