[list_indonesia] [ppiindia] Indonesia, Bangsa yang Malas Belajar

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 30 Mar 2005 23:45:46 +0200

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

      MEDIA INDONESIA
      Kamis, 31 Maret 2005

      OPINI


      Indonesia, Bangsa yang Malas Belajar

      Siswono Yudo Husodo, Mantan Menteri Transmigrasi dan Perambah Hutan
     
      BANGSA Indonesia kembali menitikkan air mata, meratapi kematian secara 
paksa ratusan warga akibat gempa 8,7 pada Skala Richter di Sumatra Utara 
(Minggu, 27/3). Di pagi buta, rakyat ramai-ramai ke luar rumah dan berlari ke 
tempat yang tinggi, takut gempa akan diikuti gelombang tsunami. Beruntung pusat 
gempa berada di daratan, sehingga tsunami tidak terjadi. Rakyat Aceh, Nias, 
Padang dan lainnya telah memetik pelajaran amat mahal dari gempa dan tsunami 
yang terjadi di Aceh dan Nias (26/12-2004).

      Setiap kali musim hujan, selalu berulang, kita kewalahan menghadapi wabah 
demam berdarah dengue (DBD). Terkesan, tidak ada upaya yang sungguh-sungguh 
untuk meniadakannya, padahal sebab-musababnya diketahui, yaitu nyamuk Aedes 
Aegypti yang berkembang biak di genangan air. Ketika saya berkunjung ke 
Singapura, di rumah teman saya di kawasan Changie, teman saya kaget karena 
menerima surat harus membayar denda 100 dolar Singapura kepada Badan Pengawas 
Lingkungan Singapura, karena petugasnya menemukan ada pot tanaman di halaman 
rumahnya, yang di bagian bawahnya tidak ada lubang. Pot semacam itu, di musim 
hujan akan terisi genangan air tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. 
Singapura dan masyarakatnya telah memetik pelajaran dari kealpaannya di masa 
lalu.

      Pembelajaran di segala aspek kehidupan amat penting untuk membangun masa 
depan yang lebih baik; juga di bidang politik. Sebagai suatu negara bangsa, 
kita telah mengalami banyak peristiwa politik yang kaya dengan pelajaran.

      Kita telah mengalami demokrasi terpimpin di masa Orde Lama, lalu 
demokrasi Pancasila di masa Orde Baru, dan pengembangan demokrasi saat ini. 
Bangsa kita juga pernah mengalami pemberontakan PRRI, Permesta, RMS, DI/TII, 
G-30-S/PKI yang telah mengorbankan puluhan ribu nyawa rakyat. Kita juga pernah 
mengalami masa sebagai negara federal. Pernah mengalami pemerintahan yang 
dipimpin oleh satu orang presiden selama tiga puluh dua tahun. Kita pun telah 
mengalami pergantian presiden sebanyak lima kali dalam kurun waktu enam tahun 
(1998-2004) dari Presiden Soeharto ke Pak Habibie, ke Gus Dur, ke Ibu Megawati, 
lalu Pak Susilo Bambang Yudhoyono.

      Dalam hal demokratisasi politik, kita telah mengalami loncatan kemajuan 
yang sangat pesat melalui Pemilu 2004 yang lalu dengan ditandai beberapa hal. 
Pertama, menyusutnya jumlah partai politik peserta pemilu dari 48 parpol di 
Pemilu 1999 menjadi 24 di Pemilu 2004, melalui mekanisme persyaratan partai 
politik yang diperketat secara demokratis.

      Penyusutan jumlah partai politik tersebut, diharapkan dapat membuahkan 
proses politik yang lebih efisien. Kedua, ditandai dengan pemilihan secara 
langsung anggota Dewan Perwakilan Daerah dan pemilihan presiden dan wakil 
presiden. Kemajuan demokratisasi ketiga, ditandai dengan munculnya kreativitas 
dan aktivitas masyarakat luas untuk ikut membendung munculnya politisi 
bermasalah di lembaga-lembaga politik kita. Keempat, adanya partai politik yang 
menyatakan diri sebagai partai oposisi bagi pemerintah, walaupun ada pula 
partai politik yang selalu ada dalam pemerintahan yang telah berganti-ganti 
karena banyaknya kader partai yang beraktivitas di bidang politik untuk 
mengejar kekuasaan semata. Semua itu mengandung pelajaran amat berharga bagi 
kita untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

      ***

      Di bidang ekonomi, penegakan hukum dan HAM, serta pemberantasan korupsi, 
premanisme, dan penyelundupan; sebagai suatu negara bangsa kita belum mengalami 
kemajuan yang berarti. Bahkan terkesan tidak mampu memetik pelajaran dari 
kesalahan dan kealpaan di masa lalu; membuat kesalahan yang sama berkali-kali.

      Belum lagi kasus pembobolan BNI 46 yang merugikan negara Rp1,7 triliun 
selesai, kita dikagetkan dengan kejahatan perbankan dalam kasus Bank Global 
dimana pemerintah harus mengganti uang tabungan/deposito masyarakat dengan 
kerugian negara hampir Rp1 triliun.

      Sementara para penjahat perbankannya yang telah menerbitkan surat 
berharga fiktif, yaitu Irawan Salim sebagai Direktur Utama Bank Global buron. 
Hingga saat ini, lebih dari sepuluh orang penjahat bank pengemplang uang rakyat 
buron. Dan setiap kali terkesan buronnya begitu mudah. Bahkan ada yang buron, 
yang pergi ke luar negerinya dijamin oleh Jaksa Agung yang sudah mantan. Dalam 
hal ini, terkesan pemerintah belum mampu belajar dari pengalaman pahit masa 
lalu tersebut. Sampai kapan kita akan dikemplang terus-menerus oleh para 
perampok negara berkerah putih tersebut ?

      Niat baik pemerintah untuk melindungi uang masyarakat dari kejahatan 
perbankan lebih baik diganti dengan sistem asuransi, yang banknya harus memikul 
risiko yang besar. Deposan juga harus membayar premi asuransi. Pinjaman 
antarbank juga tidak perlu dijamin oleh negara.

      Kita juga masih sering mendengar berita tentang banyaknya praktik 
penyelundupan beras, barang-barang elektronik, gula, buah-buahan, dan kayu; 
yang telah berlangsung bertahun-tahun. Demikian juga dengan maraknya pencurian 
ikan di laut oleh nelayan asing yang diperkirakan mencapai US$3 miliar per 
tahunnya, tanpa langkah-langkah efektif dari negara untuk menangkalnya.

      Pemerintah sebagai penyelenggara negara adalah organisasi amat besar yang 
mengurus masalah yang sangat kompleks sehingga wajar bila membuat kesalahan dan 
semua bangsa besar yang telah maju dan sejahtera saat ini, di masa lalunya pun 
pernah mengalaminya. Tetapi, yang membedakan antara negara maju dengan negara 
terbelakang adalah kemampuannya dalam memetik pelajaran dari kesalahan dan 
kegagalan yang pernah dibuatnya. Semoga negara kita mampu memetik pelajaran 
dari kesalahan-kesalahan masa lalunya untuk membangun masa depan yang lebih 
baik, lebih adil, lebih demokratis, lebih sejahtera, lebih tertib, lebih aman, 
lebih bersatu. ***
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Indonesia, Bangsa yang Malas Belajar