** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/03/opini/1598008.htm Kamis, 03 Maret 2005 Harga BBM Tidak Pro Orang Miskin Oleh Carunia Mulya Firdausy PRO dan kontra terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak masih berlanjut. Pemerintah di satu pihak tampaknya tidak bisa menunda lagi, sedangkan DPR meminta pemerintah menundanya. Alasan DPR, yakni karena di satu pihak harga barang-barang kebutuhan pokok telah meningkat lebih dahulu sebelum harga BBM dinaikkan, di lain pihak karena tidak adanya jaminan pemerintah terhadap dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh kenaikan BBM ini. Banyak orang merasa aneh dengan permintaan DPR. Mereka menyatakan, DPR kok minta jaminan, bukan berjuang untuk menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Apa boleh buat, semua sudah bergulir! Harian Kompas (26/2) memuat aneka berita seputar BBM. Pada halaman 9 dipampang iklan pandangan beberapa pakar yang disponsori Freedom Institute, mengapa mereka mendukung pengurangan subsidi BBM. Kenaikan BBM seharusnya ditunda dulu. Ini bukan berarti mengabaikan pentingnya kebijakan kenaikan harga BBM sebagai salah satu sumber dana pemerintah (APBN) dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya. Namun, karena kenaikan harga BBM akan membangkrutkan kembali perekonomian nasional yang sebenarnya telah berangsur-angsur bangkit dari keterpurukan akibat krisis multidimensi. Mengapa tidak? Kenaikan harga BBM pasti menimbulkan tidak hanya inflasi, tetapi juga akan meningkatkan pengangguran. Twin evils ini akan menurunkan konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan daya saing produk ekspor di pasaran lokal maupun internasional yang dibutuhkan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi. Argumentasi yang disederhanakan Argumentasi bahwa subsidi BBM selama ini hanya membantu penduduk nonmiskin (Freedom Institute, Kompas, 26/2) di atas kesengsaraan penduduk miskin merupakan argumentasi yang disederhanakan, jika tidak hendak dikatakan kebablasan. Ini disebabkan kalkulasi hanya didasarkan atas perhitungan parsial dengan membagi penduduk miskin dan penduduk nonmiskin. Padahal, jika dikaji dengan baik, subsidi BBM mempunyai implikasi luas terhadap harga barang dan jasa yang secara implisit dan eksplisit dirasakan oleh semua penduduk. Singkat kata, jika ingin melakukan perhitungan pengaruh subsidi BBM, harus dilihat dari implikasi secara luas baik terhadap penduduk miskin maupun nonmiskin secara bersama, bukan secara parsial. Argumentasi lain yang menyatakan bahwa dana pengurangan subsidi BBM akan menguntungkan penduduk miskin (melalui program kompensasi) juga terlalu berlebihan. Ini karena pengaruh inflasi dari kenaikan BBM juga akan dirasakan langsung penduduk miskin. Sedangkan program kompensasi, meski dapat memberi kegunaan bagi penduduk miskin, dampaknya tidak dapat langsung mereka rasakan mereka. Ini disebabkan struktur perekonomian nasional kita saat ini tidak pro-poor, melainkan lebih pro-rich. Oleh karena itu, agar program kompensasi subsidi BBM kepada penduduk miskin dapat berjalan baik, maka yang harus dibenahi dulu adalah struktur perekonomian nasional, bukan hanya dengan penyediaan kompensasi. Pengalaman menunjukkan, kegagalan program pengentasan masyarakat dari kemiskinan lebih banyak terletak pada kebijakan ekonomi kita yang tidak pro-poor, bukan pada ketiadaan program antikemiskinan. Ini yang harus dirombak total. Pengentasan kemiskinan Pengentasan masyarakat dari kemiskinan tidak mungkin dapat diatasi hanya dengan menerapkan program kompensasi dana BBM kepada penduduk miskin. Ini disebabkan program kompensasi BBM selain dapat berimplikasi terhadap inflasi yang akan merugikan penduduk miskin, juga sulit menjaga sustainability dan efektivitas program dalam membantu penduduk miskin. Ketidakefektifan ini terjadi karena dana kompensasi yang diberikan untuk pembangunan pendidikan, kesehatan, dan penyediaan beras miskin tidak cepat mampu meningkatkan produktivitas penduduk miskin. Apalagi diakui, biaya untuk pengawasan dan pelaksanaan program ini amat besar dan penuh risiko KKN. Untuk itu, kebijakan ekonomi yang terbaik guna mengentaskan penduduk dari kemiskinan, yakni dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pada saat sama dilakukan kebijakan yang langsung ditujukan kepada penduduk miskin melalui penyediaan lapangan kerja. Penyediaan lapangan kerja dapat dilakukan antara lain dengan memberi bantuan pinjaman kredit usaha mikro kepada penduduk miskin. Hanya dengan cara inilah kemiskinan di Indonesia dapat dikurangi dengan cepat. Kebijakan seperti ini dikenal sebagai pro-poor growth policy (Kakwani, 2002). Semangat pro-poor growth policy juga telah menjadi trade mark dalam Washington Consensus atau yang dikenal Millenium Development Goals (MDGs). Guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang pro-poor, pemerintah harus menerapkan kebijakan makro-ekonomi yang kondusif dan tidak berimplikasi menimbulkan inflasi tinggi. Pemerintah juga perlu mengurangi distorsi pasar yang dapat merugikan penduduk miskin dan nonmiskin serta menyediakan prasarana dan sarana bagi pelaku ekonomi. Kebijakan ini tidak mungkin dapat dilaksanakan jika harga BBM dinaikkan. Oleh karena itu, sepatutnyalah rencana kenaikan BBM ini ditunda. Alternatif lain Banyak alternatif kebijakan ekonomi dapat dilakukan pemerintah dalam mengentaskan penduduk dari kemiskinan dan mengurangi defisit anggaran pemerintah tanpa menaikkan BBM. Pertama, pemerintah harus mencari sumber pendanaan baru, terutama dari sektor obligasi. Kedua, berbagai proyek pembangunan yang tidak menghasilkan dampak perluasan kesempatan kerja perlu ditangguhkan. Ketiga, kerja keras untuk mendorong investor masuk ke Indonesia harus dilakukan. Ini dapat dilakukan dengan memberi berbagai insentif ekonomi kepada investor, baik dari dalam maupun luar negeri, selain perlindungan usaha yang memadai bagi mereka. Keempat, mempercepat penyelesaian kasus korupsi yang dapat memberi asukan keuangan bagi pemerintah. Kelima, mengintensifkan penerimaan pajak dan sejenisnya yang tidak berimplikasi pada inflasi. Keenam, memberikan kemudahan bagi pelaku ekonomi untuk mengekspor barang-barangnya ke luar negeri. Ketujuh, mendorong perkembangan usaha di sektor informal. Carunia Mulya Firdausy Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **