[list_indonesia] [ppiindia] Anggota Dewan ngamuk di kantor

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 20 Mar 2005 12:41:29 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.indomedia.com/poskup/2005/03/19/edisi19/1903uta1.htm

* Setelah diusir di Ile Ape

Anggota Dewan ngamuk di kantor



Lewoleba, PK

Setelah diusir warga secara paksa yang menolak dialog pada Kamis siang (17/3), 
anggota DPRD Kabupaten Lembata yang melakukan kunjungan kerja di desa-desa di 
Kecamatan Ile Ape, mengamuk dan memrotes pimpinan DPRD sambil berteriak dalam 
acara sidang panitia anggaran, Jumat pagi (18/3). Mereka menduga ada oknum 
tertentu yang menskenariokan keadaan dan emosi warga supaya menolak kunjungan 
Dewan.

Ketua Tim DPRD Lembata ke Ile Ape, Maria Sucitra Dewi, tak mampu menahan 
kemarahannya meluapkan uneg-unegnya sambil berteriak. Volume suara tinggi Dewi 
membuat suasana rapat di ruang sidang utama Gedung DPRD setempat 'panas' 
seketika. Puluhan pegawai Setkab Lembata yang sedang berada di ruang kerjanya, 
yang hanya dipisahkan jalan di dalam kompleks perkantoran Pemkab Lembata, 
berhamburan keluar mendatangi gedung Dewan. Saat itu Dewi masih terus meluapkan 
kekesalannya terhadap penolakan warga desa yang secara kasar menerima kunjungan 
Dewan. Dia menduga hal ini telah diskenariokan oleh oknum tertentu.

"Saya sangat kecewa dengan perlakuan warga desa. Dewan seperti ditelanjangi di 
mata warga desa. Kedatangan kami ditolak. Tapi menurut saya, Dewan harus 
ditelanjangi supaya kita tahu siapa yang bersih dan siapa yang kotor," tandas 
anggota Dewan dari PDIP ini dengan nada tinggi.

Anggota Dewan lainnya, Karolus Koto Langgodai, yang satu tim dengan Dewi 
bersama Mochtar Pehang dan Haji Hidayatullah Sarabiti, tak kalah galaknya. "Ini 
SPPD (surat perintah perjalanan dinas) untuk dua hari memantau warga kelaparan 
di Ile Ape. Tapi kenapa hari ini kita berada di sini untuk rapat panitia 
anggaran? SPPD ini harus diselesaikan dua hari. Saya dan Ibu Dewi akan turun 
lapangan lagi memantau gedung penyimpanan beras milik Dinas Sosial Lembata," 
tandas Karolus. Anggota Dewan dari Partai Damai Sejahtera (PDS) ini beranjak 
dari kursinya dan bersama Dewi meninggalkan sidang yang sementara berlangsung.

Kekecewaan senada disampaikan Theodorus Laba Kolin. Anggota Fraksi Gabungan 
asal PNBK, yang bersama anggota Dewan lainnya memantau kelaparan di Desa 
Jontona, Watodiri dan desa-desa sekitarnya. Mereka juga mengaku mendapat 
perlakuan buruk dari masyarakat saat kunjungan. "Karena masalah rawan pangan 
ini, kami diserang oleh warga masyarakat. Ada apa ini? Saya menduga ada oknum 
yang menskenariokan sehingga terjadi seperti ini," tandas Theo.

Puluhan pegawai di Setkab Lembata yang menyaksikan protes anggota Dewan malah 
sepakat dengan perlakuan warga. "Ini baru impas. Faktanya warga menderita 
kelaparan. Tanaman jagung dan kacangan mati total. Tapi anggota Dewan 
menyatakan mereka belum lapar, hal yang lumrah, terjadi setiap tahun," komentar 
seorang pegawai Setkab Lembata yang berdiri berdampingan dengan Pos Kupang saat 
menyaksikan jalannya rapat kemarin.

Sebagaimana diberitakan kemarin, empat orang anggota DPRD Lembata yang 
melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Ile Ape memantau kondisi rawan pangan di 
sana diusir secara kasar. Keempat anggota Dewan itu malah 'dihadiahi' batang 
jagung kering. Batang jagung tersebut kemarin dibawa ke dalam ruang sidang.

Untuk diketahui, saat ini sejumlah daerah di NTT dilanda kekeringan yang 
berimbas pada ancaman rawan pangan akibat gagal panen. Kondisi kelaparan sudah 
mulai dirasakan warga di Kecamatan Ile Ape, Lembata. Saat ini warga di sana 
mulai mengonsumsi bunga dan buah bakau serta kacang hutan. Terhadap kondisi 
itu, kini pemerintah, baik propinsi maupun kabupaten telah menurunkan bantuan, 
baik beras maupun uang.

DPRD NTT misalnya mengalokasikan dana Rp 11 miliar dari pos tak terduga. Tetapi 
dikhawatirkan dana sebesar ini ludes tanpa jejak. Itulah sebabnya, Direktris 
PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik, meminta semua pihak mengontrol penggunaan dana 
ini. Kontrol ini, jelas Lery yang ditemui di kantornya, Jumat (18/3), penting 
sehingga dana itu tepat sasaran dan tidak raib di tengah jalan.

"Semua pihak, termasuk korban di kabupaten, harus mengontrol pengalokasian dan 
penggunaan dana Rp 11 miliar itu. Karena jangan-jangan yang rawan pangan itu 
pejabat, bukan rakyat. Untuk itu perlu ada kontrol yang intensif dan kuat," 
kata Lery.

Menurut Lery, pentingnya kontrol harus dilakukan sejak pendataan. Karena 
pendataan bisa dipolitisir untuk kepentingan pihak tertentu. "Kadang-kadang 
pendataan pun sangat politis. Kita perlu lihat, jangan-jangan kasih Rp 5 miliar 
bilang Rp 15 miliar. Itu yang saya tidak setuju," kata Lery. (ius/joy)


--------------------------------------------------------------------------------

Kami lapar, butuh makan

GUBUK reot milik Helena Ebo (70) sudah dimakan usia. Bangunan beratap 
alang-alang, dinding bambu (keneka, dalam bahasa setempat) didiami si nenek ini 
dengan dua anaknya beserta tiga cucunya di Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape, 
Lembata.

Di kamar depan terpasang sebuah tempat tidur kayu yang dialasi kasur kepok 
lusuh dan kain sprei putih kusam. Untuk tamu yang datang, tersedia sebuah 
bale-bale dan empat kursi plastik warna biru. Di samping ruang tamu rumah 
berlantai tanah itu terdapat sebuah kamar tidur keluarga.

Saat ngobrol dengan Pos Kupang, Kompas didampingi Kabag Humas Setkab Lembata, 
Karel Burin, nenek Helena mengeluhkan sulitnya mendapatkan nasi atau nasi 
campur (nasi-jagung). "Kami kelaparan, tahun ini tanaman jagung kering semua," 
kata nenek Helena dalam bahasa setempat yang diterjemahkan rekan dari Mingguan 
Swara Lembata, Ali Geroda.

Pengakuan nenek Helena yang sudah tua renta ini bukan mengada-ada. Nampak 
keluarga ini sangat menderita dalam berbagai kebutuhan. Makan, minum dan segala 
macam keperluan lainnya. Di dapur, bangunan yang bersambung dengan rumah utama, 
keluarga ini praktis tidak memiliki persediaan makanan apa pun. Ada beberapa 
peralatan dapur yang terdapat di dapur. Ada pi-ring plastik, mok, periuk, 
senduk dan beberapa peralatan dapur lainnya. Disamping peralatan dapur terdapat 
sepuluh bulir jagung tua yang belum dikupas. Itulah persediaan keluarga ini.

Namun petang itu, panda-ngan kami semua tertuju pada sebuah periuk hitam yang 
ada di atas batu tungku, berisi penuh jagung kering yang sudah dire-bus 
dicampur dengan daun kelor atau marungge. "Inilah makanan kami sehari-hari. 
Kami tidak punya beras," timpal seorang tetangga nenek Helena.

Ramsia Lamabelawa (25), ibu seorang putri yang sudah men-janda mengemukakan, 
agar bisa makan nasi, maka gantungan mereka satu-satunya adalah be-ras rakyat 
miskin (raskin) yang diterimnya dari desa. Namun jatah 20 kg yang diterima 
tidak cukup memenuhi kebutuhan ma-kan bagi mereka sekeluarga. "Se-karang ini 
kami benar-benar ke-laparan. Kami tidak ada jagung. Tanam sekitar seperempat 
hektar, kering semuanya karena tidak ada hujan," keluh Ramsia.

Kini Ramsia menggantungkan diri pada beras raskin dari pe-merintah. Tetapi itu 
hanya cukup untuk makan 15 hari, ter-masuk putrinya Hasnah (1,5 tahun) yang 
mencari tambahan penghasilan dengan menjual kue. "Kalau beras tidak ada, saya 
bon satu atau dua kilogram di kios. Nanti dari uang jualan kue saya bayar 
beras. Kami ma-kan seadanya. Makan siang agak cukup, tetapi pagi dan malam 
seadanya saja," kata Ramsia. Yang penting bisa bertahan.

Pengakuan Ramsia, janda yang ditinggal pergi suaminya, Aslan, ke Malaysia 
setahun lalu, dibenarkan Kaur Pembangunan Desa Tagawiti, Yoseph Leben. Menurut 
Leben, 300 ha jagung milik 1.000 jiwa yang menghuni desa tersebut gagal total 
akibat panas terik yang berlangsung sejak Januari lalu. "Ada beberapa hektar 
yang berhasil dipanen. Namun lebih banyak warga yang tanamannya gagal panen. 
Jagung sudah kering seluruhnya," kata Leben.

Saat ini, warga di desa terse-but mulai mengumpulkan buah bakau (kewaka) untuk 
diolah sehingga dapat dicampur dengan jagung dan beras. Kalau hanya beras dan 
jagung saja, tidak mungkin memenuhi kebutuhan makan. "Ada warga saya, Yasinta 
Bengan, yang sudah mulai mengumpulkan buah bakau, masih ada juga warga yang 
lain, tapi saya belum tahu mereka mengambil di pantai mana," ujarnya.

Kepala Desa Dulitukan, Sebas-tianus Kariaman, menjelaskan, dalam jangka waktu 
3-4 bulan mendatang warganya akan kela-paran. "Semua desa di Tanjung ini 
kondisinya sama. Sudah cu-kup banyak warga yang panen buah bakau untuk dimakan. 
Sampai saat ini belum ada war-ga yang mengeluh kelaparan, tetapi panen tahun 
ini gagal total," kata Kariaman membe-berkan keadaan warganya.

Dikatakannya, persediaan jagung yang masih ada saat ini hanya cukup untuk 
dimakan da-lam tempo 2-3 bulan menda-tang. Namun setelah itu warga mulai 
kelaparan. Mengatasi per-soalan ini, ia dan masyarakat-nya telah bermusyawarah 
membuat proposal mengirim kepada Bupati Lembata agar diberikan beras bantuan 
melalui proyek padat karya pangan.

"Kondisi secara umum sama saja. Lebih parah dibanding ta-hun-tahun yang lalu. 
Tanaman jagung berbunga pada saat hu-jan tidak turun. Warga harus melakukan 
usaha sampingan melaut mencari ikan, siput un-tuk dijual atau dibarter dengan 
ubi kayu, pisang, beras dan kacang-kacangan," katanya. (eugenius moa)


--------------------------------------------------------------------------------

Di Mabar, 6.421 ha sawah kering

DI Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), dilaporkan 6.421 ha sawah, baik sawah 
tadah hujan maupun ladang kering akibat kemarau panjang. Kondisi itu 
diperkirakan akan berimbas pada gagal panen dan rawan pangan. Hal ini 
disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Manggarai Barat, Ir. Matheus 
Janing, kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (18/3). Menurut Janing, 
kondisi yang terjadi di Mabar adalah kondisi alam yang dipengaruhi oleh 
minimnya curah hujan dengan sebaran yang tidak merata.

Dia menjelaskan, kekeringan yang melanda areal persawahan itu terdiri dari 
lahan sawah atau tanaman padi sawah tadah hujan seluas 3.511 ha, sedangkan 
tanaman padi ladang yang mengalami kekeringan seluas 2.910 ha. "Kekeringan yang 
terjadi itu menyebar di lima kecamatan di wilayah Mabar dengan luas 
masing-masing jenis lahan bervariasi antara satu kecamatan dan kecamatan 
lainya," kata Janing.

Data-data kekeringan tersebut, kata Janing, sudah disampaikan ke propinsi, 
yaitu kepada Kepala Bimas dan Ketahanan Pangan NTT dengan tembusan Kepala Dinas 
Pertanian NTT di Kupang. Janing merincikan luas areal persawahan mengalami 
kekeringan perkecamatan sebagai berikut, Kecamatan Komodo lahan sawah yang 
kering seluas 1.812 ha, Macang Pacar 671 ha, Kuwus 1.368 ha, Sano Nggoang 778 
ha, Lembor 1.792 ha. "Data yang kami peroleh dari tiap kecamatan itu 
menyebutkan luas lahan padi sawah yang mengalami kekeringan paling besar adalah 
Kecamatan Komodo, yaitu sawah tadah hujan seluas 2.247 ha diikuti Kecamatan 
Lembor. Dua kecamatan itu, terdapat banyak sekali sawah tadah hujan sehingga 
akibat minimnya curah hujan itu banyak lahan tadah hujan yang kering," ujarnya.

Minta bantuan

Secara terpisah, Camat Lembor, Andreas Agas, yang ditemui Pos Kupang 
sebelumnya, mengakui adanya kekeringan di wilayahnya sehingga para petani saat 
ini sudah mengeluhkan bantuan pemerintah. "Satu-satunya jalan yang mereka 
tunggu adalah uluran tangan pemerintah lewat bantuan, sebab segala upaya sudah 
diupayakan, namun kondisi yang terjadi adalah keadaan alam yang sulit diterka," 
kata Agas.

Menurutnya, masyarakat di Kecamatan Lembor mengharapkan pemerintah membantu 
sehingga tidak sampai ke tingkat kelaparan. Ditanya upaya pihak kecamatan, Agas 
mengaku tidak ada upaya lain karena kekeringan itu tidak bisa ditanggulangi 
karena kondisi alam. "Kami memberi alternatif untuk menanam tanaman lain 
seperti kacang dan ubi, namun jika tidak ada air bagaimana, terutama pada 
daerah pegunungan dan pesisir," tuturnya.

Dikatakan, satu-satunya upaya yang dirindukan warga, terutama petani di 
beberapa desa yang mengalami kekeringan hanyalah bantuan. "Jadi yang minta 
bantuan ini petani dan masyarakat dan itu mereka sampaikan ke kami di kecamatan 
dan kami tetap mengimbau mereka menanam tanaman jenis lain selain padi seperti 
ubi-ubian dan kacang jika itu ada hujan," katanya.

Agas juga mengatakan, selain kekeringan, terdapat pula serangan hama pada 
sejumlah areal sawah yang sudah ditanami seperti di Desa Dalang Pondo, Tangge 
dan beberapa desa, meski lokasi itu ketersediaan airnya mencukupi. Diakuinya, 
meski Lembor merupakan daerah persawahan yang luas, tetapi kekeringan bisa 
memungkinkan terjadinya rawan pangan, terutama di daerah-daerah pesisir pantai 
seperti Desa Nangabefe, Nangalili dan Repi serta beberapa desa lainnya yang 
memiliki kondisi iklim yang sama. (yel)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Anggota Dewan ngamuk di kantor