[kepalabatu] FW: Lihatlah Lebih Dekat ...

  • From: Sunjaya Saputra <Ujay@xxxxxxxxxxxx>
  • To: 'pwr' <pwr-juanda16@xxxxxxxxxxx>,'rockheads' <rockheads-ugm@xxxxxxxxxxx>,'kepalabatu' <kepalabatu@xxxxxxxxxxxxx>, 'nina' <nina@xxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 2 Sep 2002 12:16:04 +0700

AJANG CUAP2 ANAK GEOLOGI 95 UGM
oh yeah... 


regards
Ujay


> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari [SMTP:rovicky@xxxxxxxxx]
> Sent: Saturday, August 31, 2002 4:39 PM
> To:   rovicky.r.putrohari@xxxxxxxxxxxx; HARIYADI@xxxxxxxxxxxx;
> IWANH@xxxxxxxxxxxx; IMAM@xxxxxxxxxxxx; MEGGY@xxxxxxxxxxxx;
> IBRAHIM@xxxxxxxxxxxx; SYARIFUDDIN@xxxxxxxxxxxx; HARRIS@xxxxxxxxxxxx;
> RIDWAN@xxxxxxxxxxxx; DJAINUDDIN@xxxxxxxxxxxx; Dahrul@xxxxxxxxxxxx;
> ASEP@xxxxxxxxxxxx; BENNY@xxxxxxxxxxxx; HARDI@xxxxxxxxxxxx;
> SUBANDI@xxxxxxxxxxxx; Sunjaya Saputra; Prawoto Ikhwan Syuhada; Iwan
> Soemantri
> Subject:      Lihatlah Lebih Dekat ...
> 
> Lihatlah Lebih Dekat ...
> 
> Publikasi: 22/08/2002 15:46 WIB
> 
> 
> eramoslem.com - Didalam kendaraan umum yang lumayan padat, seorang wanita
> berjilbab yang duduk dibangku dekat jendela terlihat sedang khusyu'
> membaca
> Al Qur'an sakunya. Hingar bingar pedagang asongan dan peminta-minta tak
> mengusik konsentrasinya. Sementara disebelahnya, seorang wanita lainnya,
> menyodorkan sejumlah receh kepada peminta tak berkaki yang melewati mereka
> dengan cara ngesot. Seringkali di dalam sebuah kendaraan umum kita
> menyaksikan fenomena seperti itu, entah si pembaca Al Qur'an atau
> orang-orang yang cukup dermawan menyisihkan sebagian rezekinya untuk kaum
> dha'if, bahkan keduanya.
> 
> Kita yang biasa berkendaraan umum, juga sudah sangat hapal dengan
> teriakan-teriakan 'artis-artis' jalanan, ataupun para penyair bus kota
> setelah mereka beraksi. "Kami hanya harapkan bunga-bunga sosial dari anda,
> tidak perlu berpura-pura tertidur dan jangan berlagak sombong jika tak
> memberi. Senyuman dan tangan terangkat anda sangat lebih kami hargai"
> begitu
> kira-kira. Namun rupanya, masih banyak diantara kita yang malas sekedar
> mengangkat tangan -dan melebarkan senyum- dibarengi kata "maaf" pertanda
> tidak memberi. Bisa bermacam persepsi orang, tidak ada receh, susah
> ngambil
> uangnya, sebal dengan pengamennya (baik lagu yang dibawakan atau tampilan
> yang tidak sedap) atau memang dasarnya pelit.
> 
> Sopan, hormat dan sangat menghargai anda sebagai orang yang dimata
> mereka,sudah sukses dan mendapatkan kesempatan hidup lebih baik. Meski
> harus
> diakuiada sebagian kecil yang terang-terangan bersikap kasar sewaktu
> meminta
> dengandalih kapok masuk penjara, plus tampang yang rada kriminal.
> Masalahnyakemudian, pantaskah sikap angkuh kita perlihatkan hanya karena
> kebetulanmemiliki rezeki sedikit lebih (dari mereka). Haruskah hingar
> bingar
> suara gitar dan teriakan suara sumbang mereka dibalas dengan cibiran? Atau
> yang juga perlu ditanyakan dalam diri ini, apakah Islam membedakan kaumnya
> berdasarkan profesi, lusuh-rapihnya pakaian, kumal-klimisnya penampilan
> atau
> aroma tubuh seseorang?
> 
> Ditempat lain, kita begitu rela menghabiskan sekian puluh, ratusan ribu
> untuk mentraktir kolega dan rekan kerja yang kalau mau jujur nilainya cuma
> sampai dimata para kolega itu. Namun jumlah yang tidak sepersepuluhnya
> yang
> kita keluarkan untuk para fakir miskin, anak yatim, peminta-minta,
> sumbangan
> masjid dan lain-lain. Padahal recehan yang kita lemparkan untuk kaum
> dhu'afa
> itu sungguh jauh lebih bernilai, hingga dimata Allah.
> 
> Banyak ayat yang sudah kita baca yang semestinya menyadarkan bahwa ayat Al
> Qur'an yang membahas ibadah sosial lebih banyak ketimbang ibadah ritual.
> Mungkin itu sangat terkait dengan posisi manusia sebagai makhluk sosial,
> yang juga merupakan makna dibalik penciptaan manusia sebagai khalifah di
> muka bumi. Bahwa keberadaan manusia yang satu tidak bisa terlepas dari
> keberadaan manusia (makhluk) lainnya. Itu artinya, keberadaan mereka yang
> lemah juga terkait dengan diri ini yang mungkin saja menjadi bagian dari
> proses keterpurukan mereka. Atau setidaknya menambah lekat status lemahnya
> dari sikap arogansi dan kikir kita.
> 
> Padahal sesungguhnya, sangat banyak keuntungan yang kita raih dari
> orang-orang miskin, kaum fakir, anak-anak yatim piatu dan sebagainya.
> Setidaknya, predikat kita sebagai kaum the have, dan sebagai orang sukses
> karena mereka yang berstatus miskin dan tertinggal. Tidak ada sebutan
> orang
> kaya jika tidak ada orang miskin. Selain itu, bayangkan jika tidak ada
> mereka, tidak ada yang akan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengeruk
> sampah, menjadi pembantu rumah tangga, sopir dan kondektur, penyapu jalan,
> tukang koran, pelayan toko dan lain sebagainya. Bayangkan jika kita harus
> melayani semuanya sendiri tanpa bantuan mereka. Disinilah makna
> kebersamaan
> hidup, berdampingan dan saling membutuhkan berdasar aturan simbiosis
> mutualis dan win-win solution.
> 
> Belum lagi keuntungan yang dapat kita raih yakni berupa surga Allah hanya
> dengan menghormati hak-hak kaum dhu'afa, mengangkat yang jatuh dan membela
> yang lemah. Membangkitkan mereka dari keterpurukan yang mungkin saja
> menyeretnya kepada kekafiran. Dan itu bisa juga menyeret kita didepan
> pertanggungjawaban Allah karena membiarkan orang-orang miskin di depan
> mata
> kita berpaling dari agamanya karena kemiskinan. Tentu kita bisa belajar
> dari
> Abu Dzar Al Ghifari, sahabat Rasulullah yang mendapat gelar pahlawan kaum
> lemah, pembela kaum tertindas diyakinkan Rasulullah menjadi salah satu
> penghuni surga.
> 
> Jadi lihatlah lebih dekat, tak perlu membusungkan dada hanya untuk
> memperjelas status sosial dihadapan mereka. Sekedar senyum mungkin sedikit
> membebaskan kita dari tuntutan pengadilan Allah. sentuhan kasih sayang dan
> cinta yang kita berikan kepada saudara kita itu, bukan hanya menorehkan
> do'a
> dari mulut mereka akan kita, melainkan juga mengembalikan kunci surga yang
> pernah kita biarkan lewat begitu saja selama ini. Wallahu a'lam
> bishshowaab
> (Abinya Iqna)
> 
> 
> ---------------------------------------------------------
> "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang
> paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (H.R. Bukhari)
> ----------------------------------------------------------

Other related posts:

  • » [kepalabatu] FW: Lihatlah Lebih Dekat ...