AMX-13 : Tank Tempur Utama TNI-AD <http://indomiliter.com/2009/08/10/amx-13-tank-tempur-utama-tni-ad/> AMX-13 Kavaleri Kostrad dalam kamuflase dedaunan Sepanjang sejarah, TNI-AD memang belum permah memiliki satuan tank sekelas MBT (main battle tank), atau disebut juga tank kelas berat, seperti tipe M1 Abrams, Leoprad atau Merkava yang kondang di beragam medan tempur. Tapi jangan berkecil hati, walau tak punya MBT, angkatan darat kita punya tank utama, yakni AMX-13 buatan Perancis. Meski dari segi usia tank ini sudah sepuh, karena dibuat antara tahun 50 - 60an, AMX-13 masih eksis digunakan satuan kavaleri TNI-AD sampai saat ini. Disebut tank utama karena jumlah AMX-13 cukup banyak, inilah tipe tank terbanyak yang dimiliki TNI-AD, menurut situs wikipedia TNI-AD mempunyai 275 unit AMX-13 versi kanon. AMX-13 dilengkapi FN MAG 7,62 mm pada sisi kubah komandan AMX-13 TNI-AD tampak samping, kelemahan terletak pada kanon yang maksimum hanya memiliki sudut elevasi 45 derajat Ada banyak ragam varian AMX-13, sebut saja mulai dari versi kanon dengan beragam kaliber, versi angkut personel, versi artileri, versi tank jembatan dan versi anti serangan udara. TNI-AD diketahui memiliki tiga tipe, yakni versi kanon, versi angkut personel dan versi artileri 105 mm. Dalam artikel ini, kita fokus dahulu pada versi kanon. Tipe ini bisa dibilang menjadi ikon kavaleri TNI-AD lebih dari tiga dasawarsa, karena saking tuanya beberapa ada yang sudah menjadi monumen di beberapa museum. Tapi yang masih aktif operasional telah dilakukan program retrofit, seperti mengganti mesin dari tipe bensin ke diesel dan penggantian sistem suspensi agar lebih nyaman digunakan. Dengan upgrade ke mesin diesel, konsumsi bahan bakar bisa ditekan dan jarak tempuh bisa ditingkatkan. AMX-13 Retrofit TNI-AD AMX-13 yang kini dioperasikan TNI-AD telah mengalami program retrofit di Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD pada tahun 1995. Retrofit AMX-13 mencakup pemasangan mesin Detroit Diesel DDA GM6V-53 T, 6 silinder 2 langkah turbocharged dengan daya 290 BHP/2800 RPM dan Torsi 91,67 KGM/1600 RPM yang mampu meningkatkan power weight ratio dan pemakaian bahan bakar lebih hemat. AMX-13 menggunakan transmisi otomatis ZF 5WG-180 dengan 5 percepatan maju dan 2 percepatan mundur, hal ini tentu lebih memudahkan pengoperasian tank. Untuk suspensi mengadopsi tipe hydropnematic "Dunlostrut", meningkatkan kemampuan lintas medan dan mampu menambah kenyamanan awak tank. AMX-13 AD Perancis dengan rudal anti tank Steyr Ketimbang tank tempur modern TNI-AD saat ini, seperti Scorpion buatan Alvis - Inggris. AMX-13 lebih punya pengalaman tempur luas. Kiprah AMX-13 paling mencolok saat perang Arab -Israel, dimana tank ini menjadi alutsista AD Israel di saat itu (periode tahun 60 - 70an). Lalu AMX-13 ikut juga dalam perang India - Pakistan dan terakhir turut ikut dalam kancah perang Malvinas. Jasa AMX-13 juga ada dalam operasi di Tanah Air, contoh yang paling nyata keterlibatan aksi AMX-13 dalam operasi Seroja di Timor Timur. AMX-13 mulai berdatangan pada tahun 1962 dalam rangka misi operasi Trikora. AMX-13 menjadi monumen di markas Kostrad Dari segi rancangan dan bobotnya, AMX-13 termasuk dalam kelas tank ringan yang desain nya mulai dilakukan pada tahun 1946. AMX-13 sendiri sudah diproduksi dalam jumlah total 7700 unit selama periode tahun 1952 - 1987. Beberapa negara pengguna AMX-13 sampai saat ini terus menggunakan tank lawas ini, tentu dengan beragam peningkatan kemampuan persenjataan dan performa. Di ASEAN, Singapura juga mempunyai armada tank ini, tapi sayang jumlah AMX-13 Singapura jauh lebih banyak, ketimbang milik Indonesia, yakni 350 unit. (Haryo Adjie Nogo Seno). Tampilan 3 dimensi AMX-13 Spesifikasi AMX-13 Tipe : tank ringan Produsen : Atelier de Construction d'Issy-les-Moulineaux Berat kosong : 13.7 ton Berat tempur : 14.5 ton Panjang : 6.35 meter Lebar : 2.51 meter Tinggi : 2.35 meter Awak : 3 orang (komandan, penembak dan pengemudi) Senjata Kanon : 75 mm / 90 mm / 105 mm - 75 mm dengan 32 amunisi. Senapan mesin : kaliber 7,62 mm dengan 3600 peluru Mesin : SOFAM Model 8Gxb 8-cyl. water-cooled petrol 250 hp (190 kW) - kini sudah dilakukan upgrade dengan mesin diesel buatan Detroit. Suspensi : torsi bar Jarak tempuh : 400 km Kecepatan : 60 km per jam PT-76 : Kisah Tank Amfibi Tua TNI-AL <http://indomiliter.com/2009/04/17/pt-76-kisah-tank-amfibi-tua-tni-al/> Manuver PT-76 saat melakukan pendaratan di pantai Pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan Negara Republik Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada akhir tahun 1949 menandai berakhirnya Periode Perang Kemerdekaan 1945-1949. Pengakuan kedaulatan itu sendiri merupakan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Belanda. Salah satu klausulnya menyebutkan bahwa Kerajaan Belanda berkewajiban untuk mengembalikan seluruh wilayah pendudukannya kepada Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Papua Barat atau Nederlands Nieuw Guinea. Di sini disebutkan bahwa Belanda akan mengembalikan Papua Barat kepada Indonesia selambat-lambatnya dalam jangka waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan. Namun ternyata hingga 9 tahun setelah pengakuan kedaulatan, Pemerintah Belanda tidak juga merealisasikan klausul tersebut. Demi memperjuangkan kembalinya Irian Barat, Indonesia menempuh berbagai jalur diplomasi, termasuk melalui UNO (United Nations Organization/Persatuan Bangsa-Bangsa). Namun berbagai upaya tersebut mengalami jalan buntu, sehingga Indonesia kemudian mengumandangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang intinya menuntut pengembalian Irian Barat ke Ibu Pertiwi sesegera mungkin. Belanda meresponnya dengan memperkuat militer di Irian Barat termasuk mendatangkan kapal induk Hr.Ms. Karel Doorman. Menanggapi hal tersebut, Indonesia memutuskan menyelesaikan masalah Irian Barat melalui kekuatan militer sebagai pendukung jalur diplomasi. Sementara itu di bidang militer, Indonesia menyadari bahwa kondisi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) tidaklah seimbang jika dibandingkan dengan Belanda. Untuk itulah Indonesia berupaya mendatangkan sejumlah peralatan militer, baik pembelian baru maupun "second hand", dari berbagai negara sejak tahun 1958. Upaya pertama ditempuh dengan pendekatan kepada negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hal tersebut dikarenakan "kentalnya rasa solidaritas" mereka terhadap Belanda yang juga merupakan anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO/North Atlantic Treaty Organization) yang berbasis di Eropa Barat. PT-76 in Action, tampilan kubah versi lama dengan meriam 76mm NATO yang dipimpin Amerika merupakan kekuatan penangkal terhadap ancaman militer dari Pakta Warsawa yang dipimpin Uni Soviet. Sejak era Perang Dingin (cold war) dimulai tahun 1949, dua kekuatan adidaya dunia tersebut senantiasa bersaing mengembangkan pengaruh dan kekuatan militernya di seluruh belahan dunia. Celakanya, Indonesia yang menganut politik bebas aktif turut terseret dalam perseteruan dua raksasa tersebut. Kemenangan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam Pemilu 1955 dipandang sebagai ancaman bagi dominasi Amerika di Asia Timur, sehingga mau tidak mau lebih memilih "mendukung" Belanda, walau jelas-jelas telah melanggar kesepakatan dalam KMB. Oleh sebab itu maka pembelian peralatan militer oleh Indonesia yang dipandang membahayakan Belanda terkesan dihambat. Menghadapi kondisi yang "menghimpit" tersebut, memaksa Indonesia "melirik" negara-negara Blok Timur, seperti Uni Soviet, RRC dan Yugoslavia. Sejak tahun 1960 mengalirlah sejumlah besar peralatan militer modern asal Uni Soviet ke Indonesia, dan salah satunya adalah tank amfibi ringan PT-76 (Plavayushtshiy Tank-76). Kelahiran PT-76 PT-76 pertama kali diperkenalkan kepada publik dan diproduksi secara massal oleh Uni Soviet sejak tahun 1954. Desain dasarnya sebenarnya telah dirancang sejak pertengahan Perang Dunia II. Kendaraan lapis baja berawak 3 orang ini berfungsi utama sebagai kendaraan intai tempur di jajaran AB Uni Soviet dan 23 negara lainnya. Kondisi geografis Uni Soviet serta Eropa bagian tengah dan timur yang banyak memiliki rawa-rawa, danau dan sungai besar mendasari pembuatan tank amfibi ini. PT-76 dalam defile HUT ABRI 1978. Terlihat meriam belum mengalami retrofit Soviet bermaksud menjadikan PT-76 sebagai ranpur terdepan yang akan menjebol pertahanan NATO dari garis belakangnya. Kesuksesan Rommel dalam melabrak pertahanan Sekutu di hutan Ardennes, Perancis, dan Amerika saat memotong kekuatan militer Korea Utara di semenanjung Korea, merupakan obsesi Soviet. Rangka dasar PT-76 kelak banyak memunculkan dan menjadi ilham bagi pembuatan kendaraan-kendaraan tempur (ranpur) lainnya, seperti BTR-50, panser angkut meriam gerak sendiri ASU 85 dan kendaraan angkut peluncur rudal Frog-2. PT-76 secara fisik memiliki bobot dalam keadaan kosong 13,5 ton dan dalam keadaan siap tempur 14,5 ton. Agar mampu beroperasi di perairan dalam maka tank ini hanya memiliki lapisan baja yang tipis, yaitu 14 mm di bodi dan 17 mm di turet, tidak seperti tank sejenis di kelasnya. Sementara itu untuk mengurangi beban penumpang, maka komandan tank juga merangkap sebagai pengamat medan, awak meriam dan operator radio. Dimensi baku PT-76 jika diukur tanpa meriam memiliki panjang 6,91 m, lebar 3,14 m dan tinggi 2,21 m, kemudian ketinggian dari tanah ke kolong tank (ground clearance) adalah 0,37 m. Jika diukur dengan panjang meriam serta ketinggian senapan penangkis serangan udara yang terdapat di PT-76 maka dimensinya menjadi: panjang 7,62 m, lebar 3,14 m dan tinggi 3,70 m. Tenaga penggerak PT-76 dihasilkan dari mesin diesel 4 silinder jenis V-6 yang berkekuatan 240 tenaga kuda atau 1.800 rpm. Bahan bakar yang dibutuhkan adalah 250 liter solar (HSD) kemudian 60 liter air sebagai pendingin radiator serta menggunakan pelumas mesin jenis DCO.50 sebanyak 45 liter. Ini membuat PT-76 mampu melaju dengan kecepatan hingga 45 km/jam di jalan raya sepanjang 260 km, 30 hingga 35 km/jam di jalan biasa dan 25 km/jam di jalan bergelombang sejauh 210 km. Kelebihan PT-76 ini terletak pada kekuatan mesinnya, karena mampu memberikan kemampuan berenang yang baik ke arah muka sebesar 11 km/jam untuk jarak 70 km dengan waktu tempuh 8 jam. Sedang jika bergerak ke belakang, memiliki kecepatan hingga 5 km/jam. Itulah sebabnya mengapa PT-76 dipandang memiliki kualifikasi sebagai tank pendarat amfibi. Sebuah PT-76 milik Vietnam Utara yang berhasil dihancurkan oleh militer AS Kelebihan lain dari PT-76 adalah mampu mendaki ketinggian di kemiringan hingga 38 derajat ataupun penghalang tegak setinggi 1,06 m, mampu berjalan stabil pada medan yang memiliki kemiringan hingga 18 derajat, melintasi parit selebar hingga 2,8 m atau melintasi turunan hingga sedalam 0,75 m dengan besar tekanan pada permukaan 0,49 kg/cm persegi dan dengan perbandingan daya terhadap bobot sebesar 17,5 daya kuda/ton. Sementara itu sudut masuk saat tank akan berenang di laut, danau atau sungai besar adalah 30 derajat dan saat keluar ke permukaan sudut dongak moncongnya adalah 25 derajat. Sistem tenaga kelistrikan PT-76 bersumber pada 2 buah accu (aki) yang masing-masing bertegangan 12 Volt. Sebagai sarana komunikasi, PT-76 menggunakan radio tipe R-123. Persenjataan Yang Dimiliki Tank PT-76 secara standard dipersenjatai dengan 2 jenis senjata, yaitu sepucuk meriam berkecepatan rendah jenis D-56TM kaliber 76,2 mm dan sepucuk senapan mesin koaksial jenis SG-43 kaliber 7,62 mm. Sebagai tambahan, PT-76 juga dapat diperlengkapi dengan sepucuk senapan mesin penangkis serangan udara jenis DShK kaliber 12,7 mm yang ditempatkan di kubah yang memiliki sistem penggerak ganda, yaitu manual dan elektrik, yang mampu berputar penuh 360 derajat dalam tempo 20 detik. Meriam D-56TM memiliki panjang laras 3,315 m dan mampu menembak beruntun sebanyak 40 kali dengan kecepatan antara 8 hingga 15 tembakan per menit serta memiliki daya jangkau tembakan hingga 4 km. PT-76 saat keluar dari pintu KRI Surabaya Pada penembakan tunggal, meriam jenis ini mampu menjangkau jarak sejauh 12,8 km. Meriam ini memiliki sudut dongak tertinggi hingga 40 derajat dan sudut terendah saat menunduk adalah 4 derajat. PT-76 mengangkut amunisi meriam sebanyak 40 butir campuran yang terdiri atas amunisi jenis HE (high Explosive), HEAT (High Explosive Anti Tank) dan HVAP (High Velocity Armour Piercing). Sementara itu senapan mesin koaksialnya yang berbobot 13,8 kg dibekali 1000 butir peluru dan tersimpan dalam 4 magasen. Senapan mesin SG-43 mampu menembak secara beruntun 350 tembakan per menit dengan jarak efektif 2 hingga 2,5 km. Senapan mesin ini terletak di sebelah kanan meriam. Kemudian sebagai pertahanan diri para awak PT-76 juga dibekali dengan 18 buah granat tangan. Khusus pada tugas-tugas operasional di malam hari, awak senapan mesin ditunjang dengan teropong bidik jenis TSK 66. Retrofit PT-76 Tank amfibi PT-76 secara resmi masuk ke dalam jajaran kesatuan kavaleri APRI sejak tahun 1962. Namun karena berkemampuan amfibi maka sebagian besar tank ini lebih banyak dioperasikan oleh Batalyon Panser Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL), atau yang sekarang dikenal sebagai Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI AL. Awalnya ranpur ini dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan operasi kampanye militer terbesar dalam sejarah Indonesia, yaitu Operasi Jayawijaya, yang akan digelar dalam rangka pembebasan Irian Barat. Pada perkembangan selanjutnya, PT-76 secara aktif dilibatkan dalam berbagai kegiatan operasi keamanan di dalam negeri dan operasi militer seperti Dwikora (1964-1965) di perbatasan Indonesia-Malaysia, Operasi Seroja (1975-1979) di Timor Timur dan Operasi Pemulihan Keamanan Terpadu di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (2002-2005). PT-76 yang telah diretrofit, kini sudah dipasangi meriam 90mm Hingga memasuki era millennium ini, tank antik eks Rusia ini masih aktif dioperasikan oleh TNI AL dalam berbagai kegiatan penugasan dan latihan. Namun sesungguhnya kondisi PT-76 saat ini sangat berbeda dengan kondisi awalnya yang masih "asli" Rusia. Hal ini disebabkan adanya penggantian sejumlah mesin utama dan persenjataan dari produk Rusia ke produk negara-negara Barat. Keadaan tersebut tidak terlepas dari perkembangan situasi politik yang terjadi. Pada tahun 1965 meletus peristiwa berdarah G-30-S yang diduga didalangi oleh PKI, yang berujung dibubarkannya partai tersebut dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Kebijakan pemerintah Indonesia itu kontan menuai protes keras dari Uni Soviet dan sekutu-sekutunya, dan akhirnya dilakukanlah embargo suku-cadang bagi PT-76. Embargo tersebut sempat menyulitkan pemeliharaan dan perawatan tank amfibi ini, hingga terpaksa dilakukan kanibalisasi. Namun mengingat PT-76 masih dipandang sebagai ranpur yang berperan penting dalam menunjang kegiatan operasi keamanan, untuk itu ditempuhlah kebijakan untuk mengganti mesin dan persenjataannya atau istilah kerennya "retrofit". Retrofit atau kegiatan peremajaan dimulai sejak tahun 1990 pada sejumlah Tank PT-76 yang masih layak pakai. Peremajaan dan modifikasi PT-76 antara lain meliputi: - Penggantian mesin diesel 4 silinder V-6 Rusia yang berkekuatan 240 daya kuda dengan mesin diesel 2 Tak 6 silinder jenis DDA V-92 T Turbo Charge seberat 1200 kg buatan Amerika Serikat yang berkekuatan 290 daya kuda. Penggantian ini memungkinkan PT-76 melaju di jalan raya dengan kecepatan hingga 58 km/jam, di jalan biasa 35 km/jam dan di medan terbuka 40 km/Jam. Meskipun demikin kecepatan saat berenang, baik ke arah muka maupun belakang, sama dengan spesifikasi "aslinya". - Penggantian meriam D-56TM yang memiliki alur dan galangan berjumlah 32 buah, dengan meriam berkecepatan tinggi seberat 519 kg jenis Cockerill Mk.III A-2 kaliber 90 mm buatan Belgia. Meriam baru ini memiliki panjang laras 3,248 m dengan jumlah alur dan galangan 60 buah serta dibekali 36 butir peluru berbagai jenis. Meriam buatan Belgia ini memiliki jangkauan tembakan sejauh 2,2 km dan pada penembakan tunggal mampu mencapai 6 km. Adapun sudut dongak meriam ini 36 derajat dan tunduk 6 derajat. Sementara itu senapan mesin DShK diganti dengan FN GPMG kaliber 7,62 mm buatan Belgia. Meskipun telah berusia tua dan mengalami serangkaian peremajaan, namun PT-76 terbukti merupakan ranpur yang handal dan "bandel". Kiranya cukup beralasan jika PT-76 Indonesia dijuluki "Battle Proven" alias Jago Perang yang melegenda di lingkungan Korps Marinir TNI AL. (dikutip dari Majalah Cakrawala TNI-AL) AMX-10 : Tank Amfibi Modern yang "Gagal" <http://indomiliter.com/2009/01/30/amx-10-tank-amfibi-modern-yang-gagal/ > Untuk wilayah Asia Tenggara, keunggulan alat tempur Korps Marinir TNI-AL patut dibanggakan. Salah satunya dengan kelengkapan resimen Kavaleri yang berbekal ratusan tank dari berbagai jenis. Untuk urusan kendaraan lapis baja beroda rantai, tipe PT-76 dan BTR-50 terbilang yang paling populer. Hampir setiap ada event latihan tempur dan operasi militer, kedua kendaraan asal Rusia ini selalu hadir menjadi ikon Korps Marinir. Walau bila dipikir-pikir usianya sudah lebih dari 45 tahun dioperasikan. Seiring perkembangan, Korps Marinir kini sudah update dengan tambahan alat tempur generasi baru. Sebut saja ada BMP-2, BTR-80 dan akan segera hadir BMP 3F, kesemuanya merupakan kendaraan amfibi asal Blok Timur. Tapi masih ada yang lain, tapi sudah "agak" terlupakan, yakni tank AMX-10 APC/PAC-90. AMX-10 sudah barang tentu berkemampuan amfibi, tank buatan Prancis ini dikembangkan mulai tahun 1965. Prototip AMX-10 yang dibuat GIAT Industries selesai pada tahun 1968, keunggulan AMX-10 yakni dilengkapi pelindung bahaya serangan senjata nuklir, biologi dan kimia. Kemampuan berenangnya didukung hydro jets untuk mengarungi laut dan sungai. Soal senjata ada banyak varian untuk AMX, bila ingin lebih jelas bisa lihat di situs http://en.wikipedia.org/wiki/AMX-10P <http://http:/en.wikipedia.org/wiki/AMX-10P> . AMX-10 hadir di Tanah Air sekitar tahun 1980-an lewat ekspedisi pengapalan. Jenis yang cukup menonjol adalah AM-10 PAC-90 yang dilengkapi kanon 90 mm, lalu ada versi AMX-10 APC (armored personal carrier) atau versi angkut personal yang dilengkapi kanon 20 mm. Jumlah AMX-10 yang dibeli Indonesia juga cukup banyak, yakni total ada 80 unit. Sampai saat ini program pengadaan AMX-10 menjadi unit pembelian alat tempur terbesar korps Marinir. Spesifikasi Umum AMX-10 APC Weight : 14.2 tonnes Length : 5.85 m Width : 2.78 m Height : 2.57 m Crew : 3 + 8 passengers Engine : Hispano-Suiza HS 115 280 hp ( kW) Power/weight : 17.9 hp/tonne Suspension : torsion bar Operational range : 600 km Speed : 65 km/h Tapi ada pertanyaan, mengapa AMX-10 hampir tidak pernah ditampilkan dalam operasi militer? Bahkan dalam operasi latihan tempur sekalipun sangat jarang terlihat. Sebuah sumber di lingkungan dekat Korps Marinir menyebut, AMX-10 tidak memiliki performa sesuai standar yang diharapkan. Konon disebutkan, AMX-10 mudah terguling. Usut punya usut ternyata, AMX-10 memang sejak awal tidak direkomendasikan oleh Korps Marinir. Maklum di era orde baru pengadaan alat tempur erat dengan isu mark up biaya oleh keluarga besar pejabat. <http://amx-10apcdengankanon20mmmilikprancis/> Selain Prancis, AMX-10 juga dioperasikan oleh Emirat Arab, Yunani, Qatar, Arab Saudi, Singapura dan Mexico. Tentu kita berharap AMX-10 bisa tampil dalam tiap operasi tempur TNI. Jangan beban operasi pendaratan selalu dipikul oleh duo tank lawas, BTR-50 dan PT-76. Jaya selalu Korps Marinir. Daftar Arsenal Kendaraan Lapis Baja Korps Marinir - TNI AL 50 x PT-76 (Rusia) 50 x BTR-50 PK Panser Amphibi (Ukraina) 40 x Czech BVP-2 Arhanud (Slovakia) varian BMP 2 Rusia 18 x Panhard VBL 12 x BTR 80A 80 x AMX 10 P/PAC 90 20 x BMP 3F (akhir 2007)