[nasional_list] [ppiindia] Utang LN, Awal Sumber Krisis

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 7 Jan 2006 23:40:57 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SUARA KARYA


Koordinator Koalisi Anti Utang Kusfiardi

Utang LN, Awal Sumber Krisis 


Minggu, 8 Januari 2006
Persoalan utang luar negeri kembali menjadi wacana publik ketika Menneg 
PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta melontarkan keinginan agar utang luar negeri 
Indonesia dihapus. Tetapi di sisi lain, Pemerintah Indonesia kelihatannya belum 
memperlihatkan komitmen yang jelas dalam hal tersebut. Alih-alih mengambil 
langkah penting, isu tersebut malah sempat memunculkan perbedaan pendapat di 
tubuh Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), khususnya di tim ekonomi. 

Menurut data LSM Koalisi Anti Utang (KAU), Indonesia memeroleh total komitmen 
utang luar negeri sebesar 365 miliar dolar AS. Namun yang dicairkan baru 162 
miliar dolar AS atau hanya 30%-nya saja. Utang tersebut bahkan semakin 
memberatkan Pemerintah Indonesia. 

Berikut petikan wawancara wartawan Harian Umum Suara Karya, Mangku bersama 
fotografer Muhammad Reza dengan Koordinator KAU, Kusfiardi di kantornya akhir 
pekan ini. 

Anda aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Koalisi Anti Utang, apa 
pertimbangannya? 

Prosesnya berlangsung sejak saya kuliah. Saya juga bergabung dengan organisasi 
kemahasiswaan serta aktif berdiskusi tentang berbagai hal. Dari sini saya 
melihat banyak persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Saya melihat, problem 
tersebut harus dihadapi. Dari sini akhirnya saya sering terbiasa merespon 
kebijakan pemerintah. 

Kebetulan saya bertemu dengan pakar ekonomi dari UGM Revrisond Baswir yang 
ketika itu memiliki LSM. Lalu saya bergabung di sana mendalami 
persoalan-persoalan ekonomi- politik, pembangunan dan juga masalah utang luar 
negeri. 

Saya berpendapat hal tersebut merupakan pilihan yang harus dijalani karena 
harus ada imbangan dalam situasi negara seperti sekarang. Bukan bermaksud 
arogan mampu menyelesaikan masalah, tetapi bersama-sama yang lain ingin bekerja 
sama menyelesaikan masalah. 

Lalu mengapa memilih persoalan utang luar negeri? 

Semakin saya perdalam masalah utang luar negeri, kian jelas persoalan bangsa 
ini awalnya dari utang luar negeri yang berujung bencana kemanusiaan dan 
pembangunan. Dari konstruksi utang yang ada, sudah ada motif korupsi. Di 
Amerika Serikat, misalnya, ada perusahaan komputer mampu berproduksi dalam 
jumlah besar. Di negara asalnya komputer itu sudah terjual tetapi persediaan 
produksi yang ada tetap harus dijual. Lalu, produsen tersebut mendatangi 
pemerintah Amerika Serikat, IMF atau Bank Dunia. Dalam pertemuan tersebut pasti 
sudah ada janji-janji komisi. Dari sini disain pembuatan utang luar negeri 
tercipta. Kemudian diimplementasikan, misalnya, ke Indonesia dengan program, 
misalnya, yang disebut komputerisasi sekolah. Setelah barang tersebut di kirim 
ke Indonesia, baru ketahuan tidak semua sekolah di Indonesia memiliki jaringan 
listrik tetapi komputernya ada. Dari modus semacam ini pemerintah Indonesia 
yang mendapat citra negatif. Selanjutnya ada suara-suara sumbang di luar neg
 eri, Pemerintah Indonesia buruk, DPR-nya korup. Tetapi sebenarnya trigger 
korupsinya bukan di sini. Ini yang membuat saya mendalami persoalan utang luar 
negeri. 

Temuan Anda lainnya? 

Saya juga mendapat gambaran konkret dalam melihat penyusunan APBN. Kreditur 
pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengambil alih kebijakan penyusunan APBN. 
Itu dilakukan dalam pertemuan tahunan CGI. Misalnya, penyusunan APBN 2006 
dibahas dalam pertemuan CGI 2005 yang berlangsung pada 20-21 Januari. Padahal 
DPR baru membahas APBN pada Agustus 2006. Jadi, ada waktu yang hilang. Lalu 
seringkali APBN tidak tepat sasaran dan tidak pro-rakyat. 

Persoalan pilihan tersebut juga masih ditambah bahwa saya merasa tidak cocok 
untuk meneruskan pekerjaan. Jadi, saya pikir saya harus memilih tetapi bukan 
sekadar pilihan jika tanpa disertai keyakinan. Saya akhirnya Bismillah saja. 

Anda sempat bekerja di bidang apa sebelum aktif di LSM? 

Bidang Multimedia. 

Dengan kata lain aktif di LSM karena panggilan hidup dan idealisme?
 
Bukan sekadar panggilan hidup, tetapi pilihan. Saya yakin kalau kita bekerja 
serius di mana pun pasti ada manfaatnya. Paling tidak, manfaat tersebut buat 
kita sendiri. Ya, akan lebih bagus kalau mendatangkan manfaat juga bagi orang 
lain. Jadi pertimbangan saya, apa yang saya kerjakan harus ada multiplier 
effect-nya. Bukan kita saja yang menikmati. 

Sebuah negara yang sudah maju saluran-saluran demokrasinya, bukankah kurang 
membutuhkan kehadiran LSM? 

Pendapat demikian ada benarnya. Hanya harus kita catat demokratisasi kita 
adalah lebih ke wilayah politik dan liberal. Dalam hal ini, masih ada syarat 
yang belum dipenuhi. Kalau memang liberal seharusnya ada kesamaan akses seluruh 
anggota masyarakat. Misalnya, akses informasi, akses pengetahuan, dan juga 
pendidikan serta kesehatan. Syarat tersebut tidak dipenuhi Indonesia. Makanya, 
politik uang kerap mewarnai demokrasi di Indonesia. Soalnya masyarakat tidak 
melihat sebagai proses yang bisa menentukan kehidupan. 

Sebenarnya inilah pentingnya sistematisasi masalah. Misalnya, apakah benar saat 
ini yang menjadi concern kita semua adalah demokrasi politik semata atau kita 
perlu mengawinkan dengan demokrasi ekonomi. Sehingga, dalam bentuk perkawinan 
dua demokrasi itu terjadi peningkatan taraf hidup yang lebih rata dalam arti 
lebih luas. 

Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa publik tetap mengharapkan kehadiran LSM? 

Saya tidak berani mengklaim publik tetap mengharapkan kehadiran LSM. Kita hanya 
menganggap bagian dari masyarakat. Menurut saya, saat ini tidak tepat mengumbar 
pernyataan sebagai yang mewakili rakyat karena bisa berbahaya. Sebaiknya kita 
semua bekerja pada suatu persoalan dengan pendekatan sistematis dan 
komprehensif. Dengan demikian tidak ada pihak yang saling menyalahkan satu 
dengan lainnya tetapi bekerja saling melengkapi. Hasilnya akan ada yang lebih 
konkret untuk bangsa ke depan. 

Aktivis LSM biasanya mempunyai pengalaman buruk terhadap penguasa. Anda pernah 
mengalaminya? 

Level saya belum seperti almarhum Munir. Sebenarnya hal tersebut merupakan 
bagian dari risiko yang bisa diminimalkan tanpa harus melemahkan posisi. 
Asumsinya jangan menganggap orang tidak setuju dengan ide kita. Karena, pola 
pikir orang berdasarkan informasi yang berseliweran. Yang paling penting, 
dengan pikiran terbuka kita berupaya mengomunikasikan ide kepada pihak lain. 
Komitmen kita adalah perbaikan bangsa bukan persoalan eksistensi bahwa kita 
adalah benar. Semua pihak harus sadar dengan basis kompetensi masing-masing. 
Kalau kita bekerja sendiri-sendiri tidak akan cukup memperbaiki keadaan. Tetapi 
kalau mampu bekerja bareng akan lebih terstruktur dan cepat mencapai tujuan. 

Bagaimana pandangan rezim penguasa terhadap aktivis LSM? Apakah sudah berubah? 

Teman-teman LSM melihat memang ada perubahan. Kita mempunyai kemampuan untuk 
melihat perubahan. Tetapi ada hal lain, kita juga belum mampu mengatasi 
persoalan lain, yaitu persoalan ekonomi. Presiden selalu berganti tetapi posisi 
menteri keuangan tidak pernah ganti. Rezim yang menguasai ekonomi hanya 
orang-orang tersebut tidak pernah ganti. Saya tidak tahu apakah orang-orang 
partai politik belum bisa menjangkau hal tersebut. 

Rezim terdahulu memandang LSM negatif. Apakah regim sekarang juga begitu? 

Secara prinsip sebenarnya masih ada tendensi seperti itu. Misalnya, kerap 
melakukan fait accompli. Kita juga mengenal LSM plat merah. Ada juga LSM yang 
benar-benar di luar pemerintah. Seringkali LSM plat merah tersebut dijadikan 
parameter kerja LSM secara keseluruhan. Seharusnya tidak menggeneralisasi 
persoalan. Lebih baik melihat persoalan saja. Sebut saja, Koalisi Anti Utang 
(KAU) itu LSM seperti apa karena akan lebih jelas bagi masyarakat. Selama ini 
ada berita negatif soal LSM di surat kabar. Setelah dicek, itu adalah perilaku 
LSM plat merah. 

Bukankah pemerintah mempunyai alasan menilai negatif LSM karena kerap menjual 
isu bangsa? 

Bagi saya, itu tuduhan-tuduhan yang tidak perlu. Semua pihak sebaiknya melihat 
saja pada pokok rujukan bangsa Indonesia, yaitu UUD '45. Adakah LSM yang 
menyimpang dari UUD '45. Persoalan HAM, demokrasi serta pemenuhan hak dasar 
adalah amanat UUD '45. Justru orang pemerintahan atau pejabat yang 
menyelewengkan UUD dengan berbagai alasan. 

Menurut Anda, apa yang terjadi jika Indonesia gagal dalam soal utang luar 
negeri? 

Kita akan menghadapi wabah kemanusiaan. Ada banyak orang Indonesia yang 
kelaparan dan terkena penyakit. Kondisi paling parah, angka kejahatan naik 
karena orang butuh makan untuk mempertahankan hidup. Secara normatif, ini tidak 
dibenarkan namun kita juga harus melihat persoalan strukturalnya bukan problem 
individualnya. 

Beban utang bukan hanya persoalan bayar-membayar kewajiban tapi ada ongkos 
sosialnya. Lalu, pemerintah menaikkan harga BBM yang bisa berakibat masyarakat 
berhenti melakukan konsumsi dan bukan sekadar rakyat mencari makanan 
substitusi. Ini adalah bom waktu. Suatu ketika mungkin kita akan menghadapi 
wabah busung lapar atau rakyat Indonesia kelaparan. Hal tersebut adalah awal 
orang berhenti melakukan konsumsi karena harga barang mahal. 

Pernah merasa putus asa karena yang diperjuangkan gagal? 

Insya Allah, saya selalu berpikir positif. Sekecil apa pun, saya selalu 
menghargai keberhasilan. Setidaknya kita sekarang sudah melihat pemerintah 
mulai berani membicarakan soal penghapusan utang.*** 



                            Data Kegiatan
 Nama :  Kusfiardi
 Lahir:  Pekanbaru, 7 Februari 1973.

 - Tahun 2000 menjadi Koordinator Koalisi Anti Utang  (KAU). 
   - Tahun 1998 bekerja di Institute for Development and Econo-
     mics Analysist (IDEA) Yogyakarta.
 - Tahun 1994-1996 aktif dalam Ikatan Senat Mahasiswa Fakultas
     Ekonomi Indonesia (Ismei). 
 - Tahun 1994-1996: Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universita
     Islam Indonesia (UII).
 - Tahun 1992-1994: Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UII.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Clean water saves lives.  Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Utang LN, Awal Sumber Krisis