[nasional_list] Re: [ppiindia] Tentang Dr. Yohanes Surya PSEUDOSCIENTIST

  • From: ANDREAS MIHARDJA <mihardja@xxxxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Fri, 25 Nov 2005 08:18:29 -0800 (PST)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Ini Yohannes Surya mendapat gelar 
PhDnya dari universitas mana? 
Apakah Universitas diakui oleh pemerintah US sebagai suatu perguruan tinggi 
dimana gelar ini dapat diberikan?
Menurut informasi yg saya tahu,  beberapa college dari aliran christian yg 
mendidik creatism atau yg sekarang disebut "Intelligent Design" tidak dianggap 
sebagai college oleh pemerintah dan titulatur yg mereka terima dicollege 
semacem ini tidak diakui sebagai tanda telah mencapai tingkat pendidikan yg 
advanced. Apakah Yohannes Surya ini se-aliran dgn pdt Pat Robertson yg dimana 
masyarakat US merupakan pdt lelucon umat.
Ahli2 al kitab keluaran college semacem ini malah memalukan  dunia science dan 
boleh dianggap sebagai pseudoscience atau ilmu pengetahuan picisan.
Andreas

indoshepherd <indoshepherd@xxxxxxxxx> wrote:
Bersama ini saya lampirkan jawaban dan/atau komentar saya atas 
sambutan Dr. Yohanes Surya yang telah di forward-kan per japri 
kepada saya.  Agar bisa dibaca oleh sebanyak mungkin pembaca, saya 
muat tulisan ini dalam berbagai milis diskusi bebas di Internet.  
Lebih bagus lagi jika bisa dimuat di-koran2 Indonesia, asalkan saya 
tetap dibawah kondisi anonym.

Memenuhi permintaan Dr. Yohannes Surya dibagian akhir dari e-mailnya 
kepada sdr. Nugoroho, saya kirimkan tulisan ini untuk dimuat diforum 
tebuka 
(1) vincentliong <http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/>; 
(2) agama_sains_moralitas 
<http://groups.yahoo.com/group/agama_sains_moralitas/>; 
(3)  tionghoa-net <http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/>; 
(4) ppindia <http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/>;  
(5) interdisplin <http://groups.yahoo.com/group/interdisiplin/> ; 
(6) debat-alkitab <http://groups.yahoo.com/group/apakabar/>.  

(7) evolusi  <http://groups.yahoo.com/group/evolusi/>
(8) apakabar <http://groups.yahoo.com/group/apakabar/>
(9) fisika-indonesia <http://groups.yahoo.com/group/fisika-
indonesia/>

Beberapa dari antara forum2 debat ini (#7-#9) adalah forum yang 
tertutup, artinya hanya bisa di-akses oleh anggauta.  
Jadi, sekiranya Dr. Surya bermaksud membaca dan meyambuti secara 
langsung diforum tersebut, ia harus lebih dulu mendaftarkan diri 
menjadi anggauta.

Salam,
Indoshepherd


--- Yohanes Surya <yohaness@xxxxxxxxxxxxxx> wrote:
> Dalam bebarapa bulan ini seorang yang mengaku bernama Indoshepperd 
terus menerus mempostingkan berita  yang mengarah
> provokasi.
> 
> Berikut ini adalah tanggapan saya atas berbagai tuduhan dari sang 
Indoshepperd yang sayang sekali tidak mau menunjukkan jati dirinya.
> 
> Salam
> 
> Yohanes
> 
> (silahkan disebarluaskan)
> 
>  
> 
> 1.      Tentang LSPI 
> 
> LSPI adalah lembaga science penciptaan Indonesia.
> Lembaga ini didirikan sekitar tahun 1994/1995. Waktu itu saya baru 
pulang  dari USA. Saya dikenalkan oleh seorang teman dengan Victor 
Liauw
> yang berinisiatif membentuk LSPI. Mereka mempunyai visi untuk 
membendung arus evolusi. Saya setuju untuk bergabung. Saya pribadi 
percaya bahwa
> dunia ini ada karena diciptakan bukan karena evolusi. Saya percaya 
evolusi mikro bisa terjadi, tetapi untuk evolusi makro (manusia 
berasal dari
> monyet) saya tidak setuju.
> 
> Singkat cerita mereka menaruh nama saya sebagai salah satu 
founder. Dalam beberapa bulan saya banyak dapat artikel dari LSPI,
> namun setelah itu  saya tidak aktif dalam kegiatan ini karena ada 
beberapa konsep mereka yang tidak cocok dengan pandangan saya (saya 
anggap terlalu
> radikal) seperti tentang penciptaan jagad raya dalam 7 hari 
(literal). Saya percaya jagad raya diciptakan oleh Tuhan tetapi 
caranya mungkin tidak
> seperti yang diinterpretasikan oleh orang-orang dari lembaga 
creation.
> 
> Saya sudah lama minta nama saya di "remove" dari LSPI. 
> 

Komentar Indoshepherd:

###  Sebagai *scientist* sepatutnya Dr. Yohanes Surya mengerti apa 
itu SCIENCE, dan sebagai pendiri + aktivis dari LSPI semestinya Dr. 
Yohannes Surya juga mengerti bahwa kisah penciptaan alam semesta + 
manusia yang diyakini oleh Lembaga SCIENCE Penciptaan Indonesia itu 
SAMA SEKALI BUKAN SCIENCE.  Jika sekiranya Dr. Yohanes Surya mengira 
bahwa dongeng penciptaan seperti itu adalah sama2 SCIENCE seperti 
yang pernah dipelajarinya selama pendidikannya untuk mendapatkan 
gelar doktornya, maka artinya Dr. Yohanes Surya tidak mengerti 
science itu apa.  Dengan demikian juga ia tidak mengerti ilmu yang 
dipelajarinya, atau dengan perkataan lain gelar doktornya itu sia2 
belaka dan tidak sepatutnya diberikan kepadanya.  Ini adalah INTI 
dari perdebatan yang saya buka disini.

###  Aneh sekali, sebagai orang yang mengaku ilmuwan Dr. Yohanes 
Surya telah berani menyatakan didepan umum tidak percaya evolusi 
tanpa mengetahui atau terlebih dulu menyelidiki baik2 apa yang 
dibantahnya, yaitu teori evolusi (tak peduli mikro atau makro), yang 
difitnahnya sebagai teori "manusia berasal dari monyet".  TIDAK 
PERNAH ada ilmuwan siapapun yang mengatakan demikian!  Teori evolusi 
Darwin, dan Darwin sendiri pun TIDAK PERNAH mengatakan demikian !  
Paling banter orang bisa bilang, manusia dan monyet adalah saudara 
sepupu.  Jadi jelas Dr. Yohanes Surya hanya meng-ada2 dan me-reka2 
sendiri, atau dengan perkataan lain, dengan sengaja memfitnah, suatu 
perbuatan yang sangat menjijikkan buat seorang yang mengaku ilmuwan, 
pengajar dan bahkan *Profesor*!   Kemungkinan lainnya, Dr. Surya 
benar2 salah mengerti teori evolusi, jadi ia tidak mengerti apa yang 
dibantah olehnya.  Kemungkinan kedua ini bahkan sangat memalukan 
buat seorang yang mengaku ilmuwan, malahan otomatis men-
diskualifikasi dirinya sendiri sebagai ilmuwan, sebab artinya berani 
bicara ?atau bahkan menilai/men-judge- sesuatu yang tidak dimengerti 
olehnya, alias "he does not know what he is talking about".  Yang 
terakhir ini adalah benar2 TABOO buat seorang ilmuwan.  Mana bisa 
orang yang berani menilai/menghakimi tanpa mengerti apa yang 
dinilai/dihakimi olehnya?  Mana boleh orang demikian dikasi jabatan 
Profesor yang berhak menilai/menghakimi prestasi mahasiswa ? 

###  Mengembalikan kata2 Dr. Yohanes Surya kepada dirinya 
sendiri, "Saya pikir Yohanes Surya perlu mendalami dulu apa itu 
teori evolusi sebelum men"judge" (menghakimi) yang bukan-bukan".  
Teori evolusi ini dengan sendirinya mencakup carbon dating dan 
metoda2 radiometri lainnya untuk menetapkan umur fosil, yaitu 
metoda2 ilmiah yang terutama paling ditentang dan diserang oleh para 
Kreasionis.  Mereka mempersalahkan teori evolusi karena tidak 
mengerti prinsip fisika dari teknik carbon-dating dan radiometri.  
Kita lihat saja nanti, apakah Dr. Yohanes Surya mengerti teknik2 
pengukuran carbon-dating dan radiometri tersebut.

###  Jika benar Dr. Yohanes Surya merasa tidak cocok pandangan 
dengan LSPI, kenapa ia tidak lekas2 menyatakan KELUAR dari 
organisasi tersebut, dan mengumumkan tindakannya itu kepada khalayak 
ramai? Sebab dampaknya luas sekali bagi dunia ilmu dan pendidikan di 
Indonesia maupun Internasional, apalagi sebagai aktivis Olympiade 
Fisika, dibawah asumsi bahwa Olympiade Fisika ini diorganisir oleh 
ilmuwan yang benar2, bukannya gadungan, seperti misalnya para 
*ilmuwan* kreasionis.  Tetapi jika posisinya sebagai Profesor maupun 
aktivitas Olympiade Fisikanya ternyata juga di-organisir dan 
dibeayai oleh kaum kreasionis internasional, maka jelas Dr. Yohanes 
Surya memang tidak ingin dan tidak bisa keluar.  Saya disini hanya 
melihat bukti faktanya, bahwa NAMA *Dr. Yohanes Surya* (masih) 
tecantum dalam daftar anggauta/pendiri dari LSPI, dan 
tidak "removed" seperti yang diakuinya.  Selama namanya (masih) 
berkaitan dengan organsisasi kreasionis, baik nasional maupun 
internasional, selama itu pula dunia ilmu internasional akan 
menganggap Dr. Yohannes Surya adalah seorang Kreasionis, satu 
golongan dengan Dr. Gisch dan alm. Dr. Morris.  Ataukah Dr. Yohanes 
Surya memang benar2 bermaksud secara diam2 mendidik *ilmuwan2* 
Indonesia (kata2 yg saya taruh diantara tanda *--* artinya 
gadungan), yang di Amerika tidak mampu tumbuh sampai hari ini, 
sedangkan di Eropa (tempat lahirnya SCIENCE) sama sekali tidak eksis 
(non-existent)?
> 
>
> 2.      Tentang tuduhan fundamentalis 
> 
> Orang menuduh bisa-bisa saja. Namun yang penting adalah faktanya. 
Filosofi saya dalam hidup adalah menghargai perbedaan dan sama-sama 
membangun bangsa
> agar kita tidak menjadi bangsa yang terus menerus dihina orang.  
Disamping mengembangkan pendidikan melalui training guru-guru 
diberbagai propinsi, saya juga 
> sedang aktif dengan teman-teman muslim membangun 4 sekolah 
unggulan di Aceh melalui Yayasan Sukma (Metro TV dan Media 
Indonesia), membantu MDC 
> (Madrasah Development Center) yang dikelola oleh Pak Syihab di 
Banten, dan membantu pembangunan beberapa pesantren di Banten serta 
memberikan pelatihan-pelatihan 
> untuk para guru pesatren di Banten. Sekarang dengan beberapa teman 
muslim sedang membantu departemen Agama dalam meneliti/menulis buku-
buku sains untuk
> sekolah-sekolah Islam. 
> 
>  

Komentar Indoshepherd:

###  Komentar Dr. Yohanes Surya ini rancu, kacau-balau, sebab 
mengidentifikasikan fundamentalisme dengan agama Islam, dan 
menyebut2 aktivitas yang sama sekali tidak ada sangkutannya dengan 
isu fundamentalisme yang dikemukakan olehnya sendiri.  
Fundamentalisme tidak harus berkaitan dengan Islam, sebab banyak 
aliran2 Kristen pun juga fundamentalis.  Sebaliknya, banyak aliran2 
Islam yang TIDAK fundamentalis, misalnya  Jaringan Islam Liberal.  
Fundamentalis atau bukan, hal itu samasekali tidak ditentukan apakah 
orang beragama islam atau bukan, melainkan ditetapkan dari apakah 
orang percaya pada kitab suci agama yang dianutnya (tidak perduli al 
Quran ataupun Injil) secara LITERALIS seperti yang ditulis dalam 
kitab itu, ataukah ia menafsirkannya sebagai METAFORA (arti 
kiasan).  Sebagian besar sekali aliran Kristen baru di Indonesia 
dewasa ini adalah fundamentalis.  Juga Gereja Reform Injili-nya 
Stephen Tong adalah fundamentalis, sebab aliran Calvinist yang 
dianut oleh gereja tsb. adalah pecahan dari mainstream Presbyterian 
yang memang resmi terkenal sebagai aliran fundamentalis.  Hal ini 
juga terbukti pada milis Gereja Reform Injili "Metamorph" 
<http://groups.yahoo.com/group/METAMORPHE> yang sempat mem-BAN saya 
dari forum diskusi, gara2 saya menafsirkan kisah Pengusiran Adam & 
Eva dari Taman Eden sebagai METAFORA, bukan seperti yang ditulis 
secara literalis dalam kitab Injil.  Padahal saya yakin bahwa para 
teolog dari gereja2 Kristen & Katolik mainstream akan sependapat 
dengan saya, seperti yang ternyata dari pengalaman saya pribadi 
melalui berbagai diskusi teologi dengan mereka.  Maka dari itu, jika 
dalam hal ini Dr. Yohannes Surya TIDAK SEPENDAPAT dengan saya, maka 
DUGAAN keras saya selama ini bahwa Dr. Yohanes Surya adalah 
fundamentalis (bisa disimpulkan dari fakta bahwa dia telah 
menyatakan diri didepan umum sebagai seorang Kreasionis) akan serta-
merta berubah menjadi JUDGMENT.

###  Adalah sungguh sangat mengherankan bahwa Dr. Yohanes Surya 
mencoba menyederhanakan gejala fundamentalisme ini dengan 
mengkaitkan fundamentalisme dengan agama Islam.  Disini tidak jelas, 
apakah maksudnya hanya untuk berkelit/mengelak dari tuduhan asosiasi 
dengan fundamentalisme, ataukah benar2 ia tidak memahami apa artinya 
fundamentalisme dalam agama.  Jika tujuannya untuk berkelit, maka 
apapun alasan, tujuan maupun latar-belakangnya, TUJUAN itu TIDAK 
PATUT menghalalkan CARA.  Sedangkan jika Dr. Yohanes Surya benar2 
tidak tahu apa definisi fundamentalisme agama, hal itu sekali lagi 
mendiskualifikasi dirinya sebagai ilmuwan.
> 
>
> 3.      Tentang Ekonofisika 
> 
> Menurut saya ilmuwan bebas bersikap. Kalau ada yang tidak setuju 
dengan ekonofisika sah-sah saja. Itu hak mereka. Mereka sama sekali 
tidak tahu ekonofisika itu apa. 
> Kalau para ilmuwan ekonofisika (ilmu indisipliner) [sic!] dianggap 
pseudo scientist apakah kita akan menganggap H.E Stanley fisikawan 
terkenal (pendiri ekonofisika) 
> seperti itu?  Bagaimana dengan Gellmann dan Santa Fe Institute? 
Bagaimana dengan game theory (sekarang sedang dikembangkan quantum 
game theory) yang 
> memenangkan hadiah nobel ekonomi? 
> 
> Melalui ekonofisika, kami sudah banyak melakukan penelitian. 
Hasilnya sudah dimanfaatkan oleh  Bursa Efek Jakarta, Koran Investor 
(lihat kolom tiap hari selasa), dan
> juga beberapa instansi lainnya. Saya pikir Indoshepperd perlu 
mendalami dulu apa itu ekonofisika sebelum men"judge" yang bukan-
bukan. 
> 
>  

Komentar Indoshepherd:

###  Yang sungguh lucu disini adalah bahwa Dr. Yohannes Surya belum2 
sudah berani menganggap dirinya sekaliber dengan HE Stanley.  Itu 
adalah anggapan yang sangat jauh berlebihan, sebab menurut penilaian 
saya, Dr. Yohanes Surya sama sekali belum terbukti bisa disebut 
scientist, malahan patut dinilai sebagai pseudoscientist, seperti 
yang akan saya uraikan dibawah ini.

###  Menurut National Academy of Sciences Amerika (badan resmi 
pengemban autoritas tertinggi dalam IPTEK) maupun American Physical 
Society (perkumpulan seluruh fisikawan Amerika), definisi Science 
adalah "A SEARCH FOR NATURAL EXPLANATIONS OF OBSERVABLE PHENOMENA." 
(baca ref. [1]).  Kata *observable* (tepatnya  *empirically 
observable*), artinya bisa diamati oleh pancaindera, baik secara 
langsung maupun tidak langsung melalui alat2 deteksi.  Definisi ini 
berdiri diatas landasan filsafat Positivisme Logis (Ernst Mach, 
Niels Bohr, Einstein, Heisenberg, Bertrand Russell, i.e., scientists 
yang tergabung dalam Vienna Circle).  Observasi empiris ini berada 
DILUAR KEMAUAN PRIBADI sang pengamat (observer), artinya tidak 
tunduk pada minat/kepentingan/interest-nya.  Jadi, per definisi 
adalah OBJEKTIF, yaitu SAMA bagi setiap manusia.   Eksistensi dunia 
luar yang lepas dari kemauan kita sebagai pengamat ini menemukan 
landasan filsafatnya dalam metafisika dari Immanuel Kant, dengan 
argumennya yang termashur tentang *benda sebagaimana adanya* (das 
Ding an Sich).  Kebenarannya tidak berubah dibawah perkembangan yang 
mutakhir dalam ilmu fisika  (tepatnya interpretasi Copenhagen dari 
quantum mechanic (QM) dan fenomena Quantum Entanglement)  maupun 
filsafat (tepatnya prinsip Antropika Parsipatoris, i.e., the 
Parcipatory Anthropic Principle).  Sedangkan perkataan "Explanation" 
secara implicit mencakup LOGIKA sebagai satu2nya produk akal manusia 
yang OBJEKTIF, yaitu SAMA bagi setiap manusia.  Gabungan dari kedua 
unsur ini, logika dan observasi empiris, yang sama2 objektif, adalah 
sama bagi setiap manusia, dan dengan demikian menjamin OBJEKTIVITAS 
science yang UNIVERSAL.  Dengan definisi ini, maka para scientists 
umumnya selalu sepakat satu sama lain:  Jika suatu teori 
(explanation) tidak sesuai dengan logika, ya teori itu tidak 
memenuhi criteria, jadi per definisi teori itu SALAH.  Juga jika 
landasan (titik-tolak) maupun hasil produknya tidak sesuai dengan 
KENYATAAN, yaitu observasi empiris, maka teori atau explanation itu 
JUGA SALAH dan oleh karena itu tidak bisa diterima sebagai SCIENCE.  
Justru berkat kebenarannya yang objektif secara universal (artinya: 
sama bagi setiap manusia, dan tidak terpengaruh oleh interest 
pribadi) maka para scientist pada umumnya selalu seragam dalam 
penilaian/judgment, kecuali jika sampai menyangkut soal filsafat, 
seperti misalnya tentang pengukuran dalam QM (interpretasi 
Copenhagen).  Jika ada ketidak-seragaman, biasanya karena ada 
pseudoscientist yang mengacau dan ikut campur.  Titik-tolak yang 
supernatural, seperti misalnya teori kreasionisme, tidak memenuhi 
criteria OBSERVASI EMPIRIS, jadi tidak bisa diterima sebagai 
science.  Juga keterangan para kreasionis tentang penciptaan alam 
semesta, bumi, kehidupan dan manusia, sama sekali bertentangan 
dengan LOGIKA.  Jadi, baik metoda maupun subject matternya, teori 
kreasionisme ini adalah teori yang SALAH KAPRAH per definisi, hingga 
tidak mungkin diterima sebagai science oleh siapapun yang sungguh2 
mengerti apa itu science.  

###  Definisi SCIENCE yang sama juga dianut oleh SEMUA institusi2 
ILMIAH diAmerika (dan Eropa), misalnya NOAA (ref.[2]). Dibawah 
definisi ini maka Computer Science itu BUKAN science (ref.[3a,b]), 
bahkan Matematika pun BUKAN science, sekalipun kedua disiplin ilmu 
itu bisa berguna.  Demikian pula Ekonomi dan Teknologi Informasi itu 
juga BUKAN science, sekalipun kedua displin itu menggunakan 
matematika sebagai alat/tool, dan juga bisa berguna.  Ekonofisika 
jelas BUKAN Science, sekalipun menggunakan rumus2 dan meniru2 metode 
ilmu fisika.  Sama halnya dengan Quantum Game Theory : Sekalipun 
menggunakan sebagian kecil sekali dari metoda QM (tapi bukannya QM 
per se), Quantum Game Theory sama sekali BUKAN bagian dari quantum 
theory, sebab subject matternya, yaitu *game*,  TIDAK memenuhi 
criteria wave-particle duality, yakni criteria utama yang membuat QM 
berkaitan erat dengan realitas, yaitu subject matternya harus bisa 
di-observasi secara empiris.  Ini sama sekali tidak berarti bahwa 
ilmu2 NON-science itu tidak ada gunanya.  Ilmu ekonomi, ilmu sosial, 
ilmu sejarah, ilmu matematika, ilmu computer science, IT, dan lain 
sebagainya, semua bisa *berguna* ; tetapi mereka BUKAN tergolong 
science.  Kecuali matematika yang didasarkan atas logika yang 
objektif secara universal (sama bagi setiap manusia) maka ilmu2 non-
science lainnya (termasuk apa yang namanya Fuzzy Logic) umumnya 
tidak memiliki objektivitas yang universal, melainkan sepihak, 
berkaitan erat dengan kepentingan pribadi (personal interest).  
Artinya hanya *berguna*, *benar* dan/atau *baik* untuk sebagian 
manusia, tetapi bisa jadi merugikan golongan manusia yang lain, 
hingga bisa jadi dan secara sah boleh ditolak oleh pihak yang merasa 
dirugikan.  

###  Subject matter Ekono-fisika sama sekali berada diluar domain 
dari *observasi empiris*, sebab *ekonomi* adalah KONSEP yang abstrak 
yang tidak bisa dipersepsi oleh pancaindera, sekalipun dibantu 
dengan alat2 deteksi, melainkan se-mata2 hasil konstruksi oleh otak 
manusia.  Dipihak lain subject matter *Teori Kompleksitas*nya Gell-
Mann (lihat misalnya 
<http://www.santafe.edu/sfi/People/mgm/complexity.html> ) kadang2 --
atau sebagian kecil-- masih berupa *observasi empiris*, sekalipun 
sebagian besar terdiri dari KONSEP2 matematis yang abstrak yang 
BUKAN persepsi pancaindera.  Dalam hubungan ini, pakar Ekono-fisika 
HE Stanley sendiri sudah terbukti kesanggupannya dalam science 
dengan karya2nya dalam PEER-REVIEWED journals, lebih2 lagi Murray 
Gell-Mann yang pernah memenangkan hadiah Nobel.  Jadi tidak perlu 
diragukan lagi, kedua orang ini betul2 memiliki kesanggupan (skill) 
dalam ilmu fisika.  Sekalipun barangkali ilmu yang ditekuninya tidak 
termasuk science, tetapi metodanya tetap masih bisa dipertanggung-
jawabkan, hingga TIDAK TERPEROSOK masuk kedalam wilayah 
PSEUDOSCIENCE.  Kecuali itu, berkat kesanggupan HE Stanley dan M. 
Gell-Mann, bidang2 yang mereka tekuni itu barangkali masih bisa 
menghasilkan sesuatu yang berguna.  Perihal AMAT PENTING-nya peer-
reviewed journal sebagai BUKTI kemampuan seorang ilmuwan, akan saya 
bahas sehubungan dengan referensi [4,5,6],

###  Sebaliknya, seorang yang masih INGUSAN, yaitu per definisi 
BELUM PERNAH MEMBUKTIKAN KESANGGUPANNYA  dengan karya2 yang dimuat 
dimajalah yang peer-reviewed, boleh dipastikan cuma LATAH ME-NIRU2 
para pakar, tetapi tidak (sanggup) menghasilkan apa2 yang berguna.  
Maka dari itu, jika Dr. Yohanes Surya tidak ingin digolongkan dalam 
kategori INGUSAN yang LATAH yang tidak sanggup menghasilkan apa2 
yang berguna, harap BUKTIKAN kesanggupannya dengan mengumumkan dalam 
polemik ini karyanya yang dimuat dimajalah yang peer-reviewed, yaitu 
judulnya, nama majalahnya, lengkap dengan nomor dan 
tanggal/bulan/tahun terbitnya.  Harap DIPERHATIKAN, majalah yang 
tidak peer-reviewed TIDAK MASUK HITUNGAN sebab karya yang tidak 
dimuat dalam peer-reviewed journal nilainya adalah NIHIL alias WORTH 
NOTHING (referensi [4]) yang saya kutip secara singkat disini: **The 
importance of peer review for scientific careers is enormous: a 
publication which does not appear in a journal whose contributions 
are subjected to peer review, is usually considered "WORTH NOTHING'' 
in terms of career planning; and without peer review there is no 
certified progress in science; at least this is what is emphasized 
over and over again. Therefore, it is mandatory for novices as well 
as for established researchers requesting positions, status, 
influence and resources, to expose themselves to this evaluation 
process.**  Kata NOVICE diatas saya terjemahkan disini dengan kata 
INGUSAN.  Dalam hubungan ini posisi post-doc pun masih saya anggap 
INGUSAN,. selama sang post-doc belum bisa menghasilkan karya yang 
bernilai buat dimuat di peer-reviewed journals.

###  Jadi, jika Dr. Yohannes Surya tidak sanggup membuktikan 
karyanya yang dimuat dimajalah yg peer-reviewed, maka terpaksa saya 
me-NILAI / JUDGE segala karyanya dalam Ekono-Fisika, Game Theory, 
dan segala macam tetek-bengek lainnya,  sebagai NONSENSE yang TIDAK 
BERHARGA dan tidak ada manfaatnya.  Penilaian/judgment ini 
ditarik/disimpulkan atas dasar kaidah science internasional (ref. 
[4,5,6], terutama ref.[4]).

###  Fakta bahwa karya2 Dr. Yohanes Surya dimuat di Bursa Efek 
Jakarta, Koran Investor dan lain2, itu samasekali tidak berhasil 
membikin impresi apa2, sebab ekonomi Indonesia adalah hasil KKN dan 
pinjaman hutang luar negeri, jadi tidak ada bukti apapun bahwa 
ekonomi Indonesia berhasil.  Satu2nya yang berhasil adalah *ilmu* 
KKN-nya.  Lebih celaka lagi, ekonomi Indonesia terbukti adalah 
satu2nya yang TIDAK MAMPU bangkit kembali sesudah Krismon 1998, 
sekalipun bumi Indonesia justru yang paling kaya; hal mana sekaligus 
artinya ekonomi Indonesia semakin terpuruk dalam hutang LN yang 
tidak terbayar untuk beberapa generasi (tetapi secara licik 
pembayarannya ditimpakan kepada rakyat jelata yang tidak ikut 
membuat hutang).  Koran2 Indonesia sama sekali tidak bisa dipercaya, 
sebab isinya cuma MEMBUAL setinggi langit, seperti dulu dalam kasus 
BJ Habibie.  Maka itu, Koran2 Indonesia saya DISKUALIFIKASI sebagai 
standard, apalagi standard ILMIAH.  


> 
> 4.      Tentang Nanoteknologi 
> 
> Banyak orang tidak tahu pentingnya nanoteknologi.  Padahal 
keyakinan saya masa depan ditentukan oleh nanoteknologi. Saya telah 
membaca banyak buku nanoteknologi 
> dan saya merasa Indonesia harus aktif dalam bidang ini. Saya 
sekarang aktif di Asia Nano Forum dengan Dr. Syahril, saya juga 
banyak kerjasama dengan lembaga-lembaga 
> internasional lainnya dalam bidang nanoteknologi. Satu tujuan saya 
adalah bagaimana nanoteknologi ini dimanfaatkan di Indonesia. Fokus 
di nano center yang saya pimpin 
> sekarang,  MRCNB adalah nano-medicine (pengobatan kanker dengan 
nanoteknologi). Kami sudah mengirim 6 peneliti ke Shanghai untuk 
belajar tentang kanker. 
> 
> Disamping di MRCNB saya juga coba membantu industri-industri untuk 
mengembangkan diri kearah nanoteknologi. Beberapa pabrik plastic, 
pupuk dan beberapa instansi 
> saat ini sedang menjajaki untuk terjun kearah ini. Sangat 
menjanjikan.
> 
> 
> 5.      Tentang Pseudoscientist 
> 
> (a) Orang menuduh saya pseudoscientist karena mengembangkan 
olimpiade Fisika, ekonofisika dan nanoteknologi, aneh sekali.
> Olimpiade Fisika adalah suatu pertandingan Fisika antar pelajar 
terbaik SMA, saya tidak mengerti kalau sy dibilang pseudoscientist 
karena mengembangkan ini.
> 
> (b) Nanoteknologi bukan pseudoscience. Produknya sudah banyak 
tersebar dan banyak orang menikmatinya. Perkembangannya begitu 
hebat. Kalau kamu lihat
> Feynman sendiri dapat dikatakan sebagai bapak Nanoteknologi. Dan 
banyak ilmuwan bagus yang mengembangkan nanoteknologi. Yang menuduh 
ini adalah orang yang nggak ngerti apa-apa tentang nanoteknologi.

Komentar Indoshepherd:

(a) PSEUDOSCIENTIST

###  Tuduhan Pseudoscientist kepada Yohanes Surya lahirnya sama 
sekali BUKAN dari aktivitas Olympiade Fisika, melainkan dari FAKTA 
bahwa ia adalah seorang Kreasionis, bahkan mengumumkan diri sebagai 
pendiri dari organisasi Kreasionis Indonesia, LSPI, yang merupakan 
bagian dari organisasi Kreasionis internasional (a.l. Korea dan 
USA).  Di Amerika (lebih2 Eropa) kaum Kreasionis terkucil SERATUS 
PERSEN dari dunia science & technology.  Karya2 kaum Kreasionis 
TIDAK PERNAH BARANG SATUPUN bisa masuk/dimuat dalam PEER-REVIEWED 
journals, hal mana mendorong mereka akhirnya membuat badan publikasi 
sendiri, bahkan membangun universitasnya sendiri.  Sesungguhnya 
semua ini adalah sah menurut hukum, dan tidak akan menimbulkan 
persoalan, sekiranya kaum Kreasionis TIDAK MEMBUAT CLAIM, BAHWA 
TEORI KREASIONISME ADALAH SCIENCE yang berbeda dan berlawananan 
dengan teori evolusi, padahal teori evolusi ini telah terbukti 
diakui oleh SELURUH displin ilmu pengetahuan, dari fisika melalui 
geologi dan arkeologi sampai dengan biologi, sedangkan teori 
Kreasionisme SAMA SEKALI tidak memenuhi kriteria sebagai science, 
malahan juga bertentangan dengan SETIAP DISIPLIN science.  Gara2 
klaim palsu itu maka Kreasionisme dinilai sebagai PSEUDOSCIENCE, dan 
para Kreasionis seperti Dr. Gisch, Dr. Morris dan Dr. Yohanes Surya 
serta merta mendapatkan stempelnya sebagai PSEUDOSCIENTIST.  Karena 
Kreasionisme itu terbukti bertentangan dengan hukum2 alam, dan 
dengan demikian bertentangan dengan SETIAP DISPLIN science & 
technology, maka adalah SANGAT DIRAGUKAN bahwa seorang Kreasionis 
yang kebetulan memiliki gelar sebagai scientist benar2 MENGERTI dan 
MEMAHAMI science yang konon dipelajarinya.  Kemungkinan besar dia 
TIDAK MENGERTI atau SALAH MENGERTI, hal mana telah membuat karya2nya 
tidak pernah bisa lolos PEER-REVIEW hingga bisa dimuat dimajalah2 
ilmiah.  Apakah Dr. Yohanes Suirya mengerti atau tidak ilmu yang 
dipelajarinya, ini akan terbukti dalam PERDEBATAN TERBUKA.  Oleh 
karena itu, jika Dr. Yohannes Surya membantah JUDGMENT demikian, ia 
harus bersedia membuktikannya melalui perdebatan TERBUKA. 

###  PSEUDOSCIENCE adalah: suatu disiplin yang pura2 (*pretends* 
[7a,b]) menggunakan metoda2 SCIENCE, tetapi TIDAK TERMASUK SCIENCE, 
sebab baik LANDASAN maupun HASIL PRODUKnya  TIDAK bisa di-observasi 
secara empiris (baca uraian diatas, sehubungan dengan ref.[1,2]).  
Oleh karena itu pseudoscience tidak mungkin bisa menjadi landasan 
buat TEKNOLOGI dan ENGINEERING, jadi juga tidak mungkin bisa 
menghasilkan apa2 yang berguna secara OBJEKTIF buat umat manusia, 
sebab syarat mutlaknya adalah: Subject matternya, yaitu landasan 
maupun hasil produknya, secara objektif harus REAL, yaitu bisa 
dipersepsi oleh PANCAINDERA.  Paling banter, Kreasionisme cuma bisa 
membikin claim bahwa ajarannya MEMUASKAN para pengikutnya, seperti 
juga halnya dengan ajaran agama dan meditasi transendental.  
Pemuasan pribadi demikian itu se-mata2 SUBJEKTIF, sebab hanya para 
pengikutnya saja yang puas, tetapi orang lain samasekali tidak bisa 
ikut merasakannya, bahkan seringkali ANNOYED, seperti khalayak ramai 
dibilin muak oleh aktivitas para Kreasionis di Amerika yang 
melanggar domain science dengan memaksakan ajarannya diajarkan 
disekolah2 menengah, bahkan menuntut agar supaya teori evolusi 
dilarang secara hukum.  Yang terakhir ini jelas MERUGIKAN 
masyarakat, sebab akibatnya anak2 sekolah dididik untuk KELIRU 
MENGERTI SCIENCE.   Secara ekstrimnya, kepuasan yang sepihak 
(subjektif) seperti ini tidak berbeda dari ideologi agama2 
fundamentalis, yang jelas2 merugikan SEMUA PIHAK, dan cuma membikin 
puas para pengikutnya sendiri, itupun hanya secara subjektif 
(misalnya, dalam kenyataan mereka masih tetap hidup miskin).  Jadi 
kesimpulannya, Kreasionisme dan PSEUDOSCIENCE, jika ditelusuri dan 
didalami sampai ke-akar2nya, ternyata termasuk SATU GOLONGAN dengan 
para TERORIS, yang memuaskan diri sendiri dengan cara merugikan 
(bahkan membunuh) orang lain!

###  Bahwa Kreasionisme itu adalah PSEUDOSCIENCE jelas bisa 
diturunkan dari definisi diatas, juga bisa diungkapkan dalam bentuk 
Question-Answer ala Taman-Kanak-Kanak:  
QUESTION: Apa itu, yang tampaknya seperti science, kedengarannya 
seperti science, lagaknya kayak science, dan juga mengaku diri-
sendiri (membual) sebagai science, tetapi BUKAN SCIENCE ???  
ANSWER:  PSEUDOSCIENCE !  
Soal bahwa Pseudoscientist berlagak se-olah2 mengerti dan mengatas-
namakan SCIENCE, bisa disimpulkan dari kata LSPI sebagai *Lembaga 
SCIENCE Penciptaan.*  Judgment yang sama juga baru2 ini diumumkan 
secara resmi oleh Vatican melalui Chief Astronomernya, Rev. George 
Coyne : "Intelligent design isn't science even though it PRETENDS to 
be." (Ref.[7a,b]).  Istilah *berlagak* atau *pretend* ini dalam 
bahasa Indonesia kasar sama artinya dengan LATAH BERCELOTEH atau 
MENGOCEH, cuma me-niru2 doang seperti monyet. 

###  Maka dari itu, jika Dr. Yohanes Surya tidak ingin ikut mendapat 
stempel PSEUDOSCIENTIST, ia WAJIB menyatakan diri LEPAS dari kaitan 
apapun dengan kedua orang tsb. (Dr. Gisch dan Dr. Morris), jadi ia 
juga wajib menyatakan diri secara resmi lepas dari LSPI dan 
organisasi2 kreasionis lainnya, termasuk kaitan keuangan.


Tentang 4(b) NANOTEKNOLOGI

###  Emangnya siapa yang bilang nanoteknologi itu pseudoscience?  
Yang sungguh aneh adalah bahwa dalam tulisan saya jelas saya 
sebutkan bahwa saya pribadi memiliki latar belakang yang CUKUP KUAT 
dalam bidang Nanoteknologi, hingga salah-sangka Dr. Yohannes Surya 
kiranya sudah menjurus kearah ke-FITNAH (putting your words in my 
mouth).   Sekalipun Nonoteknologi per definisi BUKAN science, 
melainkan Teknologi, (atau Engineering), tetapi landasannya 100% 
science.  Secara singkat definisi nanoteknologi adalah ** the 
purposeful engineering of matter at scale of less than 100 
nanometers to achieve size-dependent properties and functions.**  
Aplikasinya sangat luas dan beraneka ragam, mulai dari kedokteran 
(medicine), biologi, sampai kepada semiconductor device & 
manufacturing (nanomedicine, termasuk aplikasi dari 
buckminsterfullerene, irreducibly complex molecular machines, 
molecular computers, quantum dots, nano-chips, atomic force 
microscopy, dsbnya).

###  Saya cuplik dari ref.[8] 
<http://www2.mdanderson.org/depts/oncolog/pdfs-issues/03/oncolog7-8-
03.pdf> :
*** Dr. Michael G. Rosenblum, a professor in the Department of 
Bioimmunotherapy, holds a model of a buckminsterfullerene molecule, 
or buckyball. Dr. Rosenblum and his colleagues are studying the use 
of buckyballs, nanoparticles composed of 60 carbon atoms in the 
shape of a soccer ball, to deliver chemotherapeutic drugs to cancer 
cells.
*** Dr. Rosenblum is studying another type of chemotherapeutic drug 
delivery system by applying nanotechnology's most famous discovery, 
buckminsterfullerene, or the buckyball. A nanoparticle composed of 
60 carbon atoms in the shape of a soccer ball, the buckyball earned 
its discoverers, Sir Harold W. Kroto, Ph.D., of the University of 
Sussex, UK, and Robert F. Curl, Jr., Ph.D., and Richard E. Smalley, 
Ph.D., both of Rice University, the 1996 Nobel Prize in Chemistry.

###  Kebetulan sekali saya sendiri punya beberapa karya dalam 
aplikasi maupun teori dari buckminsterfullerene, hingga saya berhak 
membuat claim bahwa saya mengerti apa itu Nanoteknologi (jika ada 
yang meragukannya, mari kita berdiskusi secara terbuka).  Dari sini 
saya BERHAK menilai bahwa Nanoteknologi-nya Mochtar Riady (Sains & 
Teknologi di Indonesia bagian ke-I [9a]) dan Roy Sembel (Sains & 
Teknologi di Indonesia bagian ke-II [9b]) adalah se-mata2 
PSEUDOSCIENCE yang LATAH dan MEMBUAL setinggi langit. 

###  Mem-bawa2 nama Feynman yang kontribusinya hanya TEORETIS belaka 
(bukannya Feynman, melainkan penemuan carbon-60 yang telah 
mencetuskan Nanoteknologi secara praktis) adalah TIPIKAL bagi para 
PSEUDOSCIENTIST untuk menggertak lawan dan/atau membela diri dalam 
debat, sebab mereka sendiri tidak punya karya maupun kredibilitas 
ilmiah dalam bidang nanoteknologi itu sendiri, jadi cuma mau menang 
debat-kusir belaka.  Jelas bahwa gertak-sambal macam demikian itu 
tidak mempan terhadap saya.  Notabene, saat ini salah satu lawan 
debat saya yang *dead-serious* yg langsung menyangkut science vs 
pseudoscience antara lain adalah grup dari seorang Profesor dari 
Oxford University, i.e., institusi yang sama seperti CF Lee & NF 
Johnson dengan Quantum Game Theorynya.  Akan tetapi, berbeda halnya 
dengan Dr. Yohannes Surya yang (saya duga) tidak punya karya satupun 
dalam peer-reviewed journal (jadi artinya masih termasuk ingusan), 
interaksi saya dengan grup si Profesor Oxford itu justru seputar 
keilmiahan publikasi2 dari grup tersebut yang SUDAH DIMUAT dalam 
peer-reviewed journals (tepatnya, apakah teori dan hasil2 eksperimen 
mereka bisa diterima oleh, dan dilaksanakan dalam, dunia IPTEK) 
dimana saya mendapat wewenang RESMI untuk MENGHAKIMI atas nama 
pemerintah Amerika (sudah tentu mereka saya beri hak demokratis 
untuk membantah).  Dalam perbandingan, jelas interaksi saya disini 
dengan Dr. Yohannes Surya dan LSPI-nya bisa digolongkan sebagai 
*peanuts* belaka.

###  Kata2 Dr. Yohanes Surya, «Yang menuduh ini adalah orang yang 
nggak ngerti apa-apa tentang nanoteknologi» jelas adalah PRASANGKA 
(prejudice) yang keluar dari seorang yang NON-SCIENTIST, melainkan 
kemungkinan besar seorang PSEUDOSCIENTIST, sebab hanya seorang 
PSEUOSCIENTIST yang berani berprasangka dan menuduh demikian, tanpa 
mengetahui lebih dulu hal ihwal maupun kesanggupan dari orang yang 
dituduhnya.  Umumnya seorang scientist selalu akan sangat hati2, 
atau malah ber-asumsi, bahwa jika orang berani melancarkan kritik, 
sudah barang tentu ia mengerti betul apa yang dikritiknya.  Hanya 
orang yang sendirinya tidak tahu apa2 sajalah yang akan buru2 
menuduh bahwa sebuah kritik datangnya dari orang *yang nggak ngerti 
apa-apa tentang* apa yang dikritiknya (tentu oleh sebab ia takut 
rahasianya terbongkar).  Darimana Dr. Yohanes Surya bolehnya 
menilai/mengetahui bahwa saya «nggak ngerti apa-apa tentang 
nanoteknologi » ??  Apa itu bukan prasangka namanya ?  Padahal 
kenyataannya BELUM TENTU Dr. Yohannes Surya lebih tahu tentang hal-
hal itu daripada saya.  Bahkan saya yakin bahwa saya mengetahui 
LEBIH BANYAK tentang Nanoteklnologi daripada orang yang menuduh itu 
sendiri.  Jika Dr. Yohanes Surya membantah, mari kita buktikan saja 
dengan perdebatan terbuka, yang sebaiknya segara saya mulai saja 
dibawah ini :

###  Kita mulai saja perdebatan ttg nanoteknologi ini dengan 
pertanyaan buat Dr. Yohannes Surya yang mengaku mengerti 
Nanoteknologi, persisnya dalam hubungan aplikasi dibidang Medicine 
untuk Therapi, seperti yang diakuinya sendiri.  Salah satu Teknologi 
yang canggih dalam aplikasi Terapi kedokteran adalah memasukkan zat2 
yang berfungsi terapeutik kedalam rongga yang terbentuk oleh 
makromolekul C-60 (ref.[8]).  
*** Pertanyaan no.1 : Bagaimana caranya memproduksi makromolekul 
Carbon-60 ?  Seperti apa bentuknya dan bagaimana cara memisahkannya? 
Harap uraikan sedikit detail tentang teknologinya, mekanismenya, 
parameter2 yang digunakan dalam proses, dsbnya.  
*** Pertanyaan no.2 : bagaimana caranya memasukkan atom atau molekul 
yang diinginkan kedalam rongga C-60 ?  Jelaskan secara detail 
bagaimana caranya, juga bagaimana caranya mengetahui/menguji, apakah 
benar2 atom yg diinginkan itu sudah berada didalamnya ?
*** Sebagai permulaan dua pertanyaan ini saja dulu.  Jika ternyata 
tidak sanggup dijawab, maka benarlah dugaan saya, bahwa ocehan Dr. 
Yohanes Surya tentang Nanoteknologi adalah se-mata2 PSEUDOSCIENCE 
yang LATAH.  
*** Disini saya sekali lagi ingin berkomentar atas artikel Roy 
Sembel (notabene mengaku rekan Dr. Yohanes Surya) yang telah saya 
singgung dalam tulisan saya yg lalu (ref.[9b]) :  Roy Sembel 
mengimpi bahwa Indonesia bisa/boleh diharapkan MEMIMPIN DUNIA dalam 
Nanoteknologi !!  Wah, apa ini namanya, jika bukannya tekebur dan 
membual setinggi langit ?  Mengerti saja tidak, kok malah belum2 
sudah berani mengimpi mau memimpin dunia segala ?  Yang benar, 
paling banter Indonesia bisa ikut menjadi KONSUMEN dari 
Nanoteknologi, seperti halnya Indonesia menjadi kosumen dari 
teknologi komunikasi satelit, sebagai bagian dari globalisasi 
ekonomi dunia.

> 
> (c) Ekonofisika juga bukan pseudoscience. Pendiri ekonofisika 
adalah Eugene Stanley seorang yang sangat terkenal sekali dalam 
bidang Fisika 
> statistik.  Banyak ide-ide dalam ekonofisika tidak dimengerti oleh 
orang banyak karena mereka tidak mau memahaminya. Malah menuduh yang 
> tidak-tidak. Padahal sekarang ini interdispliner sangat penting 
dalam memecahkan berbagai masalah. Peraih Nobel ekonomi 2005 
menggunakan 
> games theory  yang sekarang sedang dikembangkan oleh ekonofisika 
menjadi QUANTUM GAMES THEORY.


Komentar Indoshepherd:

###  Ekonofisikanya HE Stanley meskipun bukan science tetapi juga 
bukan pseudoscience dan masih bisa berguna (sekalipun tidak objektif 
dan sangat memihak), sebab kesanggupan HE Stanley telah terbukti 
dengan karya2 dalam peer-reviewed journals.  Tetapi kalau 
Ekonofisikanya Dr. Yohanes Surya masih harus sangat diragukan, 
apakah bukannya pseudoscience, sebab tidak terbukti karyanya pernah 
bisa masuk peer-reviewed journal.  Sekian dulu tentang Ekonofisika, 
yang nanti disambung lagi sehubungan dengan Game Theory.

###  Dr. Yohanes Surya menyebut2 QUANTUM GAMES THEORY.  Mari kita 
analisa kata2nya bahwa "games theory ? sekarang sedang dikembangkan 
oleh ekonofisika menjadi quantum games theory".  Tidak usah jauh2 
tentang "ekonofisika"nya yang kemungkinan besar hanya pseudoscience 
belaka, tetapi mari kita diskusi tentang landasan yang di-claim 
olehnya, yaitu Quantum Theory.  Untuk tujuan itu, akan saya analisa 
cuplikan dari website yang digagaskan olehnya sendiri:  

###  Kutipan dari ref. [10] 
<http://physicsweb.org/articles/world/15/10/7>
*** So do games have anything deeper to say about physics, or vice 
versa? Maybe. Most surprisingly, the connection might arise at the 
most fundamental level of all: quantum physics. Let's start with 
some circumstantial evidence. As well as being the father of game 
theory, von Neumann also made seminal contributions to the fields of 
quantum mechanics and computation. Furthermore, an experiment in 
physics can arguably be viewed as a "game" against nature in which 
the observer tries to maximize the informational output while nature 
evolves relentlessly toward increased disorder (entropy). In short, 
the common link with physics is information: games, quantum 
mechanics, computation and, ultimately, physics are all concerned 
with information. So what would happen if we combined quantum 
mechanics with games? 


Komentar Indoshepherd:

###  Hakekat Pseudosciencenya sudah kentara dari penggunaan kata2 
yang tidak ilmiah: "Maybe", yang bisa berarti me-reka2 sesuatu yang 
tidak ada, jadi jelas BUKAN fakta, "circumstantial evidence" juga 
BUKAN fakta, pun bukan evidence, bahkan dalam perkara2 pengadilan 
saja sulit diakui keabsahannya.  Science yang benar2 selalu bicara 
dengan kepastian yang meyakinkan, tidak dengan nada yang samar2 
(vague) seperti gayanya ilmu mistik dan klenik.  Itu jelas bahasanya 
pseudoscience yang tidak yakin akan kemampuan maupun kebenaran 
dirinya sendiri.  Hubungannya dengan "quantum physics/mechanics" 
sangat tipis (circumstantial).  Sedangkan gagasan bahwa 
**eksperimen2 fisika bisa dipandang sebagai "game" (permainan) 
melawan alam (nature), dimana sang pengamat (observer) berusaha 
membuat maksimum pengeluaran (output) informasi, sedangkan alam 
selalu berupaya kearah ketidak-teraturan (disorder), yang 
dihubungkannya dengan entropy** adalah ucapan yang sangat spekulatif 
dan terutama sekali menyeleweng dari akal sehat maupun realitas, 
serta jelas2 bertentangan dengan definisi science menurut National 
Academy of Sciences, yaitu Science adalah "A SEARCH FOR NATURAL 
EXPLANATIONS OF OBSERVABLE PHENOMENA." (ref.[1,2]).  Me-REDUKSI 
materi menjadi sekumpulan informasi adalah bertentangan secara 
langsung dengan definisi Science ini.  Baik INFORMASI, GAME maupun 
EKONOMI adalah konsep2 yang abstrak yang bukan termasuk EMPIRICALLY 
OBERVABLE PHENOMENA, sebab tidak bisa ditanggapi oleh pancaindera 
(observasi empiris), jadi per definsi BUKAN SCIENCE.  

###  Khusus mengenai Quantum Game Theory: Dari membaca artikel ref.
[10] diatas, jelas bahwa yang digunakan dalam Quantum Game Theory 
adalah sekedar operasi2 matematis yang elementer, yang KEBETULAN 
juga digunakan dalam QM, seperti misalnya Prinsip Complementary 
dalam fenomena Quantum Entanglement, atau metoda matematis 
menyatakan suatu besaran observable, misalnya spin, dalam komponen2 
yang ortogonal (seperti dalam permainan KOIN antara Piccard dan Q), 
yang notabene tidak punya analogi maupun aplikasi pada sebuah KOIN.  
Semua ini adalah konsep2 atau prinsip2 matematika yang memang 
digunakan sebagi TOOL dalam QM, tetapi BUKAN QM, sebab tidak ada 
sangkut-pautnya dengan landasan empiris dari QM., yaitu dualisme 
partikel-gelombang.  Jadi yang digabungkan oleh CF Lee & NF Johnson 
itu BUKAN Game Theory dengan QM, melainkan semata2 Game Theory 
dengan beberapa konsep matematika yg kebetulan juga dipakai dalam QM 
(tetapi bukan QM, juga bukan science, sebab tidak ada kaitannya 
dengan realitas).  Disini letak INTI perbedaannya: Menggunakan satu-
dua teknik/metoda dari QM TIDAK otomatis membuat Quantum Game Theory 
menjadi bagian dari QM dan atau bagian dari SCIENCE, sebab yang 
digunakan disitu adalah prinsip2 abstrak matematis yang SAMASEKALI 
TERLEPAS dari QM, melainkan adalah merupakan kategori2 akal (human 
mind categories) menurut filsafat Kant (baca juga filsafat 
matematika dari Bertrand Russell).  Hakekat QM sebagai science 
terutama dimanifestasikan dalam DUALISME PARTIKEL-GELOMBANG (wave-
particle duality), sebab persisnya disitu itulah hubungan langsung 
antara QM dengan REALITAS, yang definisinya adalah OBSERVASI 
EMPIRIS: baik gelombang maupun partikel kedua2nya hasil observasi 
empriris, sedangkan QM adalah HUKUM ALAM yang menguasai besaran2 
observasi empriris diatas (definisi science: A search for natural 
explanation (=hukum alam) of OBERVABLE phenomena (ref.[1,2]).  Jelas 
Quantum Game Theory tidak ada sangkut-pautnya barang sedikitpun 
dengan dualisme partikel-gelombang.  Dengan demikian Quantum Game 
Theory jelas bukan QM, dan juga BUKAN SCIENCE.  Maka konsekwensinya: 
mereka yang menekuni Quantum Game Theory TIDAK PERLU dan juga BELUM 
TENTU mengerti QM.

###  Jika Dr. Yohanes Surya mengaku mengerti QM, mari kita berdebat 
dimilis terbuka.  Jika terbukti nanti dia tidak mengerti QM, maka 
aktivitasnya dalam Quantum Game Theory adalah aktivitas LATAH dari 
seorang Pseudoscientist, yaitu ingin tampak dan kedengaran seperti 
scientist, berlagak seperti scientist, dan mengaku dirinya 
scientist, tetapi sebenarnya BUKAN scientist, melainkan 
PSEUDOSCIENTIST.

###  Satu2nya yang bisa memaafkan para penulisnya, CF Lee dan NF 
Johnson, adalah tambahan kata *arguably* yang artinya *bisa 
diperdebatkan*'  Tetapi jika betul2 diperdebatkan, kedua autor 
tersebut pasti kalah habis2an, alias hipotesa mereka itu amburadul.  
Sekalipun memang benar bahwa INFORMASI adalah SALAH SATU dari sekian 
banyak ATRIBUT sebuah benda atau hasil eksperimen, adalah se-mata2 
FANTASI seorang fiskawan teoritis yang KEBLINGER dan SESAT untuk 
menyatakan bahwa realitas yang berupa hasil2 eksperimen itu 
HAKEKATnya hanya berupa INFORMASI.  Atribut memang bisa menjadi 
bagian dari hakekat, tetapi hakekat tidak sama dengan atribut.  Ini 
adalah prinsip logika yang paling elementer: Kuda (=materi) adalah 
binatang (=konsep abstrak), tetapi binatang BUKAN kuda.  Tetapi 
kesalahan yang paling FATAL adalah: Benda/partikel itu merupakan 
observable phenomena, tetapi Informasi (=konsep abstarak) itu BUKAN 
observable fenomena, jadi tidak boleh se-kali2 *informasi* itu 
disamakan dengan *benda*-nya (partikelnya).   Informasi memang betul 
adalah bagian (atribut) dari benda, tetapi sebuah benda BUKAN bagian 
dari atributnya !!  Dari HALF-TRUTHs yang demikian itu juga lahirnya 
gagasan fantastis science fiction tentang TELEPORTASI, dibawah 
asumsi amburadul bahwa materi itu hekekatnya tidak lain adalah 
sekumpulan informasi ala CF Lee + NF Johnson.  *Teknik teleportasi* 
yang pseudoscientific ini adalah sbb.: Sebuah kumpulan informasi 
yang lengkap (yaitu quantum states) bisa diteleportasi dengan 
seketika (instantaneous) ketempat lain [sic!] (antara lain dengan 
menggunakan fenomena Quantum Entaglement), dimana kemudian informasi 
yg lengkap itu bisa ditransformasi kembali menjadi matreri (sic! 
Buat kedua kalinya!).  

###  Dalam pandangan seorang fiskawan yang banar2 mengerti QE, 
pikiran yang menyamakan materi dengan INFORMASI seperti diatas jelas 
MENGINGKARI KENYATAAN bahwa MATERINYA sama sekali tidak berkisar, 
ataupun ditransport, ataupun berpindah tempat.  Secara ironis, bisa 
dipandang sebagai HALUSINASI bikinan diri sendiri, jadi tidak salah 
jika dinilai PANDIR dan/atau TIDAK WARAS.  Justru karena materinya 
sejak dari mula sudah HARUS ada DUA, dan masing2 masih tetap pada 
tempatnya atau lintasannya masing2, maka perkataan "teleportasi" itu 
per definisi sajapun sudah salah kaprah.  Jika yang menggagaskan 
demikian itu adalah seorang penulis SCIENCE FICTION, hal itu bisa 
dimengerti dan juga dimaafkan.  Akan tetapi, bila yang mengatakan 
itu mengaku ilmuwan, maka dia telah menelanjangi dirinya sendiri 
sebagai seorang PSEUDOSCIENTIST.  Seperti telah dikatakan diatas, 
satu2nya yang bisa menyelamatkan CF Lee dan NF Johnson dari tuduhan 
pseudoscientist adalah tambahan kata *arguably*.  Tetapi jika 
diperdebatkan mereka berdua sudah pasti akan GUGUR dengan 
sendirinya.  Pada umumnya para pseudoscientist INGUSAN, seperti 
misalnya para Kreasionis, tidak sedemikian hati2 dalam meng-
camouflage-kan dan/atau menyelundupkan ide2 amburadulnya, hingga 
dengan mudah akan terbuka kedoknya dalam diskusi yang ILMIAH.  Jika 
Dr. Yohannes Surya tidak setuju penilaian ini, mari kita berdebat 
secara terbuka.  Keterbukaan ini penting sekali, sebab sebagai 
seorang yang (ingin) menduduki posisi tokoh dalam MASYARAKAT (public 
figure) yang sekaligus  mendiskreditkan science, Dr. Yohanes Surya 
sudah sepatutnya harus berani dan bersedia membuktikan 
kredibilitasnya didepan MASYARAKAT pula.

###  Notabene, saling hubungan antara *informasi hasil eksperimen 
yang maksimal dengan entropy yang tidak-teratur* adalah sengaja di-
bikin2 atau dipaksakan, dan terutama sekali, tidak logis melainkan 
ASOSIATIF.  Jadi jelas BUKAN analisa yang ilmiah (scientific), sebab 
seluruh mahligai science itu BUKAN asosiatif, melainkan logis 
(matematis).   Kelogisan ini adalah suatu KEHARUSAN yang tidak 
bisa/boleh ditawar, sebab hanya logika (matematika) yang sanggup 
menghasilkan rumusan2 dan ramalan2 yang kuantitatif, seperti yang 
dituntut dalam ilmu fisika.  Suatu *ilmu* yang didasarkan atas 
hubungan2 asosiatif tidak-bisa-lain kecuali IMPOTEN, seperti 
contohnya ilmu mistik atau kepercayaan2 lainnya, juga tidak akan 
sanggup menghasilkan sesuatu yang bisa diobservasi secara empiris 
(jangan kata lagi meramalkan secara kuantitatif).   Saling hubungan 
ASOSIATIF seperti diatas menghasilkan suatu ILMU yang SAMAR2, VAGUE, 
seperti juga ilmu ghaib, mistik dan ilmu klenik.

###  Hubungannya dengan Ekonofisika: Dalam "Nash equilibrium" versi 
Lee & Johnson (fig.2) digunakan logika dan metoda seperti yang 
dipakai dalam fisika (tapi BUKAN fisika per se) untuk problim 
ekonomi yg berasal dari John Nash.  Metoda logika ini adalah bagian 
dari kategori akal manusia (Kant) yang TELAH digunakan dalam fisika 
sebagai ilmu yang paling advanced, tetapi BUKAN merupakan bagian 
dari fisika sendiri.  Mekanisme interaksi dalam ekonomi adalah 
kompleks, bahkan (jauh) lebih kompleks dari jenis2 interaksi dalam 
ilmu fisika.  Bedanya, dalam fisika atom, kondisi dan hukum2 
interaksinya sudah diketahui dengan jelas.  Dalam ekonomi biasanya 
tidak.  Ada banyak (sekali) faktor dan mekanisme interaksi yang 
tidak diketahui, atau cuma samar2 diketahui, alias di-reka2 dibawah 
macam2 asumsi, a.l. faktor manusia dengan free-willnya, dengan 
emosinya yang tidak menuruti bahkan seringkali menentang kaidah2 
logika maupun objektivitas, kesediaannya untuk berkoopersi ketimbang 
bersaing, serta kegemarannya buat berspekulasi demi memenangkan 
persaingan  (yang hasilnya bisa positif buat pribadi, tapi secara 
objektif  bagi rata2 semua orang tidak akan berbeda dari apa yang 
diramalkan/dihitung berdasarkan teori kemungkinan (probability 
theory)).  Disini kita tidak bisa/boleh menyimpulkan bahwa Lee & 
Johnson telah memperluas strategi Nash (bukan fisikawan, tetapi 
matematikawan) dengan menggabungkan fisika atom dengan ilmu 
ekonominya Nash.  Paling banter kita bisa bilang, berkat skill yang 
dimilikinya dalam ilmu fisika, Lee & Nelson mengetahui beberapa 
teknik dalam fisika yang kemudian digunakannya dalam problem 
Prisoner's Dilemmanya si Nash, dimana factor kooperasi memegang 
peranan penting.  Jadi, untuk berhasil menggunakan metoda2 ilmu 
fisika dalam ilmu ekonomi, jenis2 interaksi dalam ekonomi HARUS di-
idealisasi ?seperti dalam fisika atom--, dengan konsekwensi bahwa 
hasilnya tidak 100 persen bisa dipertanggung-jawabkan seperti hasil2 
kalkulasi dalam ilmu fisika.  Dengan perkataan lain, hasil2 teorinya 
Nash, dan dengan demikian juga Ekonofisika secara umum, (jauh) lebih 
tidak pasti daripada hasil2 ilmu fisika.  Kecuali itu, disini 
digunakan apa yang dinamakan Fuzzy Logic, yang pada hakekatnya tidak 
lain dan tidak bukan adalah metoda logika yang konvensionil (lengkap 
dengan hukum2 ilmu fisika) tetapi DITAMBAH dengan KEPENTINGAN 
PRIBADI.  Jika interest pribadinya lain, hasilnya tentu akan lain 
pula.  Jadi jelas tidak memiliki objektivitas yang universal seperti 
science, hingga tidak bisa dimasukkan dalam golongan science, 
sekalipun bisa berguna untuk pihak2 tertentu.

###  Artikel dalam PhysicsWeb diatas [10] ditulis oleh Chiu Fan Lee 
dan Neil F Johnson dua2nya dari Physics Department and Centre for 
Quantum Computation, Clarendon Laboratory, Oxford University, Parks 
Road, Oxford OX1 3PU, UK.  Ditinjau dari karya2 ilmiah mereka 
berdua, yang mudah dicari dengan "Google scholar" 
http://scholar.google.com/, tampaknya kedua fisikawan itu cukup 
punya SEKEDAR kredibilitas dalam dalam QM.  Namun dari kualitas 
tulisan mereka yang masih me-raba2 (mau membantah dan coba2 bikin 
sensasi, tetapi tidak berani), bisa saya jajaki posisi keduanya di 
Oxford/Clarendon Lab itu kira2 taraf post-doc, atau paling banter 
Assistant Professor, jadi artinya BELUM BISA DIANGGAP PAKAR.  
Dipihak lain, Complexity Theory dari M. Gell-Mann (Santa Fe 
Institute) saat ini masih dalam taraf permulaan (infantile).  Dalam 
sejarah, Isaac Newton pun pernah membuat pseudoscience, yaitu 
Alkimia.  Jadi samasekali tidak berarti bahwa seorang Murray Gell-
Mann tidak mungkin membuat pseudo-science.  Salah satu perbedaan 
science dengan pseudoscience adalah berhasil atau tidaknya suatu 
metoda yang digunakan untuk mengembangkan ilmu yang dirintisnya 
sebagai jalan menuju hasil2 yang nyata dan berguna, yaitu tepatnya 
menjadi landasan dari TEKNOLOGI.  Persisnya, jika yang merinitis itu 
benar2 terbukti memiliki kemampuan dalam science, seperti Murray Gel-
Mann (pemenang hadiah Nobel) maka kita masih boleh PERCAYA 
(sekalipun belum terbukti berhasil), bahwa boleh jadi aktivitasnya 
BUKAN pseudoscience.  Kepastiannya baru nanti, jika sudah 
menghasilkan produk yang nyata dan berguna.   "Nyata" disini artinya 
bisa dipersepsi oleh pancaindera (bisa di-observasi secara empiris), 
sebab memang science HARUS melulu berurusan dengan hal2 yang bisa 
diobservasi secara empiris, sebagai syarat yang OBJEKTIF agar bisa 
berguna bagi manusia.  Mekanika klasiknya Newton menghasilkan produk 
yang nyata dan berguna, jadi tergolong science.  Tetapi Alkimianya 
Newton tidak menghasilkan apa2 yang berguna, jadi mesti dinilai 
sebagai pseudosciecnce, tidak perduli bahwa yang bikin adalah sang 
genius Newton.  Contoh kebalikannya misalnya adalah  "transcendental 
meditation", yang bisa menghasilkan sesuatu yang "berguna", yaitu 
kebahagian/kepuasan pribadi.  Tetapi kebahagiaan demikian itu 
sifatnya 100% subjektif, tidak berguna buat orang lain.  Jadi, 
meditasi transcendental bukan saja pseudoscience, tetapi juga bukan 
science, sebab tidak memenuhi definisi seperti yg saya uraikan 
diatas.

###  Jelaslah sekarang, bahwa jika yang menggagaskan atau 
menjalankan riset itu orang2 yang masih INGUSAN, baru lulus dari 
universitas, sekalipun memiliki gelar Doktor (yang dewasa ini sudah 
INFLASI dan kurang sekali harganya, sebab tidak pernah melakukan 
riset secara mandiri (independent) tanpa bimbingan profesornya).  
Kualifikasi ilmiah baru terjamin jika orang sudah BER-KALI2 
mempublikasi karyanya dalam majalah2 yang PEER-REVIEWED (seperti 
halnya dengan HE Stanley dan CF Lee & NF Johnson), dan lebih 
meyakinkan lagi jika namanya muncul sebagai SOLE AUTHOR.  Silahkan 
kunjungi website [4], yang menjelaskan betapa pentingnya memiliki 
karya2 yang PEER-REVIEWED bagi seorang scientist untuk membuktikan 
kredibilitasnya, seperti yg saya uraikan diatas tadi.   

###  Dalam hubungan Quantum Game Theory, Ekonofisika, Teori 
Kompleksitas, Chaos Theory, dlsbnya, maka jelaslah sudah, bahwa jika 
orang yang menjalankan aktivitas tersebut tidak punya pengetahuan 
maupun skill dalam landasan ilmu fisikanya (yang bisa 
diketahui/dijajaki dari karya2 yg dimuat dalam peer-reviewed 
journals), maka boleh dipastikan dia itu cuma membuat pseudoscience, 
atau kasarnya LATAH, me-niru2 pekerjaan para ilmuwan yang sejati.  
Dari uraian diatas kiranya penilaian (judgment) saya atas Dr. 
Yohannes Surya sudah amat jelas dengan sendirinya:  Saya bersedia 
menerima  dan mengkoreksi dugaan-sementara saya, dan MENGAKUI bahwa 
Dr. Yohannes Surya BUKAN PSEUDOSCIENTIST dalam bidang Quantum Game 
Theory, jika dan hanya jika ia sanggup membuktikan karyanya tentang 
Quantum Mechanics yang dimuat dalam salah satu PEER-REVIEWED 
journal.  BUKTI ITU SAYA TUNGGU.  Bukti seperti ini sangat penting 
sekali, sebab Indonesia terkucil dari dunia science internasional, 
hingga amat mudah buat para pesudoscientists menipu masyarakat 
dengan membuat claim2 yang tidak selayaknya, walaupun ia tidak 
bakalan bisa menunjukkan hasil apapun yang berguna buat sesama 
manusia (ingat kasus BJ Habibie).  Jika karya ilmiahnya tidak 
terbukti, maka dugaan keras sementara ini bahwa Dr. Yohannes Surya 
adalah seorang pseudoscientist itu akhirnya menjadi suatu JUDGMENT 
yang benar2 terbukti.  Jalan lain untuk membuktikan dirinya adalah 
dengan perdebatan terbuka diberbagai milis, seperti yang telah saya 
usulkan diatas. 

###  Sekiranya ada orang yang menuntut saya membuktikan hal yang 
sama, hal itu tidak mungkin tanpa membuka identitas saya yang 
sebenarnya.  Sekalipun ada beberapa orang dimilis2 diskusi bebas 
yang mengetahui identitas saya (saya harap mereka tidak buka 
rahasia), saya tidak ingin membukanya disini, terutama sekali oleh 
sebab posisi saya yang publik-sensitif di Amerika sekarang ini.  
Kecuali itu, bukan maksud saya untuk menjadi orang yang terkenal di 
Indonesia, melainkan tujuan saya adalah membangkitkan semangat akan 
science dan menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan yang ber-
larut2 dalam kancah persaingan iptek dunia, juga sejalan dengan 
aktivitas profesional saya di Amerika dewasa ini.  Oleh karena itu, 
seperti yang biasa saya lakukan dalam diskusi dimilis2 bebas, saya 
akan menggantikannya dengan membuktikan kemampuan saya dalam ilmu 
fisika, dalam hal ini mekanika kuantum, maupun dalam disiplin2 
lainnya.  Jelasnya, saya bersedia di-uji oleh siapa saja (termasuk 
para atasan Dr.Yohanes Surya ataupun bekas Profesornya), tetapi 
sebaliknya juga saya akan menguji Dr. Yohanes Surya dalam dasar2 
dari ilmu Quantum Game Theory, yaitu tepatnya Quantum Theory, maupun 
dalam displin2 ilmu fisika lainnya yang relevan.  Adalah omong-
kosong untuk bicara tentang, atau bahkan sesumbar, mau mengembangkan 
Quantum Game Theory tanpa mengerti dasar2nya.  Diskusi bebas yang 
saya maksud ini berlaku juga untuk dasar2 ilmu fisika yang digunakan 
oelhnya dalam Ekono-Fisikanya.  

###  Diskusi atau perdebatan antara dua orang dimana yang satu tetap 
ANONYM seperti yang saya usulkan ini SANGAT LAZIM dalam dunia 
ilmiah, yaitu dalam proses REVIEW suatu karya buat dimuat dalam 
majalah profesional.  Konformasinya sudah termasuk dalam ref.[5,6], 
dan lebih lanjut lagi diperkuat untuk SEMUA bidang ilmu (bukan hanya 
science) dalam referensi2 [11a-e]).  Saya cuplik disini dari 
referensi [11e] Physical Review Letters - 
<http://forms.aps.org/historic/6.1.96ppl.html>
*** ?. the anonymous review process will usually end with the 
reports received following the authors' first resubmittal of the 
manuscript.
*** The author of the Letter IS NOT TREATED ANONYMOUSLY.

### Penjelasan: Dalam hal ini Dr. Yohanes Surya adalah pihak yang 
mencari/menduduki posisi sebagai tokoh masyarakat (public figure), 
jadi memang sudah selayaknya, atau bahkan sudah SEHARUSNYA , tidak 
anonym.  Sedangkan saya disini bertindak setara dengan reviewer, 
jadi secara legitim (sah) berhak tetap dalam kondisi anonym. 


> 
> (d) Sebenarnya sudah banyak ide-ide Fisika digunakan dalam analisa 
masalah ekonomi ataupun sosial seperti gerak brown, critical 
phenomena (self > organizing criticality), > spin glasses, heat 
transfer equation dsb. Sayang sekali orang yang menuduh tidak coba 
belajar dulu hal-hal ini.
> 

Komentar Indoshepherd:

###  Kata2 "orang yang menuduh tidak coba belajar dulu hal-hal ini" 
adalah kata2 yang penuh PRASANGKA (prejudice), dan dengan demikian 
tidak mungkin keluar dari otaknya seseorang yang benar2 berkualitas 
ilmuwan, sebab BELUM2 dia sudah BERPRASANGKA bahwa saya yang 
melancarkan kritik "tidak coba belajar dulu hal-hal ini".  Padahal 
kenyataannya belum tentu Dr. Yohannes Surya lebih tahu tentang hal-
hal itu daripada saya.  Mari kita buktikan saja dengan perdebatan 
terbuka.  Segala perdebatan yang saya tawarkan disini harus 
dilakukan dalam forum diskusi yang terbuka, sebab (a) saya tidak 
ingin mem-buang2 waktu berdiskusi dengan orang yang tidak punya 
kualifikasi, dan (b) tidak sesuai dengan tujuan saya untuk membuka 
mata orang Indonesia demi memacu dan meluruskan perkembangan ilmu 
pengetahaun.
> 

Menunggu balasan dari Dr. Yohannes Surya.

Salam,
Indoshepherd


REFERENSI:

[1] Evolution Debate in Kansas Spurs Battle Over School Materials
Teaching of Theory's Doubts Spurs National Academy of Sciences,
Teachers Association to Bar Use of Curriculum Guidelines
By Rick Weiss - Washington Post Staff Writer
Friday, October 28, 2005; Page A02

In an escalation of the nation's culture war over the teaching of 
evolution, the NATIONAL ACADEMY OF SCIENCES [2] and the National
Science Teachers Association announced yesterday that they will not 
allow Kansas to use key science education materials developed by the
two organizations. The refusal came after the groups reviewed the 
latest draft of the Kansas State Department of Education's new 
science education standards and concluded that they overemphasize 
uncertainties about the theory of evolution and fail to make it 
clear that SUPERNATURAL PHENOMENA HAVE NO PLACE IN SCIENCE.

*****  Tentang NATIONAL ACADEMY OF SCIENCES bisa dibaca di:
http://www.nasonline.org/site/PageServer?pagename=ABOUT_main_page
*** The National Academy of Sciences (NAS) is an honorific society 
of distinguished scholars engaged in scientific and engineering 
research, dedicated to the furtherance of science and technology and 
to their use for the general welfare. 
*** Election to membership in the National Academy of Sciences is 
considered one of the highest honors that can be accorded a U.S.
scientist or engineer. Academy membership recognizes those who have 
made distinguished and continuing achievements in original research.
*** The National Academies perform an unparalleled public service by 
bringing together committees of experts in all areas of scientific
and technological endeavor. These experts serve pro bono to address 
critical national issues and give advice to the federal government
and the public.


[2] NOAA's (National Oceanic and Atmospheric Administration) 
definition:
<http://www8.nos.noaa.gov/coris_glossary/index.aspx?letter=s>
"Science - a method of learning about the physical universe by 
applying the principles of the scientific method, which includes 
making EMPIRICAL OBSERVATIONS, proposing hypotheses to explain those 
OBSERVATIONS, and testing those hypotheses in valid and reliable 
ways; also refers to the organized body of knowledge that results 
from scientific study".


[3a]  Menurut definisi yang resmi dari NAS ini juga maka Computer 
Science itu BUKAN Science, hal mana bahkan diakui oleh para pakarnya 
sendiri, seperti bisa dibaca diwebsite berikut: 
<http://www.geocities.com/tablizer/science.htm> dimana seorang ahli 
computer sendiri mengatakan/mengakui bahwa **Computer Science** is 
Not Science and **Software Engineering** is Not Engineering!

3b] Satu lagi website lain: 
<http://jamesthornton.com/wp/display/350/351.wimpy> James Thornton -
Internet Business Consultant <hornton cs.baylor.edu>: **Computer 
Science is NOT Science**. Computer science is not a science; its 
significance has little to do with computers.


[4] Peer review in context(1) Karl Svozil (TU Wien) (URL: < 
http://tph.tuwien.ac.at/~svozil/>)
<http://www.inst.at/trans/15Nr/03_2/svozil15.htm>

1. Peer Review
To a non-involved observer, peer review can be explained as a kind 
procedural pattern or ritual, in which a decision over the 
publication of scientific reports (and/or over the funding of some 
research project) is reached. The process begins when an unsolicited 
article is submitted by an author about some research results. The 
article is sent from the editor to unpaid reviewers, called peers. 
These reviewers provide reports and recommendations which are sent 
back to the editor. The editor makes the reports ANONYMOUS and sends 
them to the authors. The article is revised by the author and re-
submitted. This procedure can repeat itself. Finally, the editor 
decides whether or not the article is worth publishing or is 
rejected. Rejections rates vary strongly, depending on the field 
covered, from 10 % to 95 %. And despite the critical evaluation of 
the situation, most participants attempt to do a decent job under 
the given circumstances.

1.1 Why peer review?
Peer review has at least three main goals: (i) quality certification 
of scientific publications, (ii) career planning of the new 
scientific generation by comprehensible, "objective,'' quantitative 
criteria, as well as (iii) the evaluation of research projects 
requesting funding .

The importance of peer review for scientific careers is enormous: a 
publication which does not appear in a journal whose contributions 
are subjected to peer review, is usually considered "WORTH NOTHING'' 
in terms of career planning; and without peer review there is no 
certified progress in science; at least this is what is emphasized 
over and over again. Therefore, it is mandatory for novices as well 
as for established researchers requesting positions, status, 
influence and resources, to expose themselves to this evaluation 
process. And although most authors express their frustration with 
this kind of censorship behind closed doors, public criticism is 
considered inappropriate, unless one is willing to bear the 
consequences, such as being denoted a "whiner.''

Peer review is seen primarily as assistance to the author for 
improving articles. It avoids the publication of uninteresting, 
plagiarised, faulty, erroneous and fake results. Each reader should 
form his or her own judgement about whether or not these advantages, 
should they be achieved, counterbalance the disadvantages of 
scientific censorship. These issues deserve public concern. After 
all, no small amount of tax money and the pursuit of scientific 
progress are at stake.

[5] "What is a Peer Reviewed Journal?" <http://valinor.ca/peer-
review.html>: 
***Whether it appears in print, a combination of print and 
electronic forms, or only in electronic form, a peer reviewed 
journal is one in which each feature article has been examined by 
people with credentials in the article's field of study before it is 
published.  Collections of papers from conferences may be considered 
peer reviewed as well, if the original presentations were "invited" 
or examined by experts before being accepted. Papers which appear in 
sources like these are considered to be as reliable as humanly 
possible. In "double blind" peer review, neither the author nor the 
reviewers know each others' identities. Not all peer review is 
double blind.***  


[6] Williams Library - Evaluating Information Resources
<http://www.northern.edu/library/help/evaluating.htm>
Many scholarly journals require a peer review process before 
articles can be published. In peer reviewed journals (sometimes 
called refereed journals), an author's work is reviewed by two or 
more individuals who are experts in the subject matter addressed in 
the article. After their review, the reviewers (or referees) may 
return the article to its author with suggestions for improvement or 
modification. Each reviewer makes a recommendation whether to reject 
or accept the article, and sometimes the acceptance is subject to 
conditions of edit. Reviewers typically remain anonymous and are 
carefully chosen to have no relationship to the article's author to 
limit bias in the review process. The peer review process can take a 
long time to complete, sometimes delaying publication of an article 
for one year or more from the date of its original submission. 


[7a] <http://www.usatoday.com/tech/science/2005-11-18-
vaticanastronomer_x.htm>
Vatican: ID isn't science - USA Today - Posted 11/18/2005 

[7b] <http://www.msnbc.msn.com/id/10101394/from/RSS/>
Vatican astronomer joins evolution debate: "Intelligent design isn't 
science, `though it pretends to be,' he says"


[8]  <http://www2.mdanderson.org/depts/oncolog/pdfs-
issues/03/oncolog7-8-03.pdf> :
Researchers Explore Possible Applications of Nanotechnology in 
Cancer Treatment (by Ann Sutton)
*** Dr. Michael G. Rosenblum, a professor in the Department of 
Bioimmunotherapy, holds a model of a buckminsterfullerene molecule, 
or buckyball. Dr. Rosenblum and his colleagues are studying the use 
of buckyballs, nanoparticles composed of 60 carbon atoms in the 
shape of a soccer ball, to deliver chemotherapeutic drugs to cancer 
cells.
*** Dr. Rosenblum is studying another type of chemotherapeutic drug 
delivery system by applying nanotechnology's most famous discovery, 
buckminsterfullerene, or the buckyball. A nanoparticle composed of 
60 carbon atoms in the shape of a soccer ball, the buckyball earned 
its discoverers, Sir Harold W. Kroto, Ph.D., of the University of 
Sussex, UK, and Robert F. Curl, Jr., Ph.D., and Richard E. Smalley, 
Ph.D., both of Rice University, the 1996 Nobel Prize in Chemistry.

[9a] Sains & Teknologi di Indonesia bagian ke-I
<http://groups.yahoo.com/group/evolusi/message/3924>
Misalnya, **computer science** itu BUKAN science, sebab computer itu 
bikinan manusia, hingga segala hal-ihwalnya utak-utek
berada dalam ciptaan manusia itu sendiri. Hal ini bisa dibaca antara 
lain di
<http://www.geocities.com/tablizer/science.htm> dimana seorang ahli
computer sendiri mengatakan/mengakui bahwa **Computer Science** is
Not Science and **Software Engineering** is Not Engineering!
***  Satu lagi website lain:
http://jamesthornton.com/wp/display/350/351.wimpy> James Thornton -
Internet Business Consultant <hornton cs.baylor.edu>: **Computer
Science is NOT Science**. Computer science is not a science; its
significance has little to do with computers.

[9b] Sains & Teknologi di Indonesia bagian ke-II
<http://groups.yahoo.com/group/evolusi/message/3925>
Komentar atas artikel tentang Nanotechnology oleh Roy Sembel dikoran 
warta-ekonomi, bisa diakses di:
http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=3405&cid=9

[10] CF Lee & NF Johnson, *Let the quantum games begin*, PhysicsWeb, 
October 2002
<http://physicsweb.org/articles/world/15/10/7>

[11a] <http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_review> 

[11b]< http://www.answers.com/topic/peer-review>
*** Traditionally reviewers would remain anonymous to the authors, 
but this is slowly changing. In some academic fields most journals 
now offer the reviewer the option of remaining anonymous or not; 
papers sometimes contain, in the acknowledgments section, thanks to 
(anonymous or named) referees who helped improve the paper.

[11c] <http://www.jcal.emory.edu/policies.php> Journal of Cognitive 
Learning "Peer Review Process"
--Identity of the reviewers will remain anonymous and will not be 
disclosed to the author.

[11d] <http://www.ijpa.org/info.htm> The International Journal of 
Psychoanalysis - Preparation and submission of manuscripts. Papers 
(of no more than 8,000 words) in any of the main European languages 
will be considered for publication but should be prepared in the 
appropriate fashion and submitted for anonymous peer review to the 
appropriate Editor, as laid out in the Notes for Contributors.

[11e] Physical Review Letters - Policies and Procedures (July 1996) 
<http://forms.aps.org/historic/6.1.96ppl.html>
*** In an effort to minimize the time between initial submittal of a 
manuscript and final disposition, the anonymous review process will 
usually end with the reports received following the authors' first 
resubmittal of the manuscript.
*** The author of the Letter is not asked to review the Comment as 
an anonymous referee. The editors will consult an independent, 
anonymous referee if they deem it useful in determining the 
suitability for publication of the Comment (and Reply, if any). In 
any transmission, the Reply or the reaction of THE AUTHOR IS NOT 
TREATED ANONYMOUSLY









***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx




---------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS 


    Visit your group "ppiindia" on the web.
  
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx
  
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


---------------------------------




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] Re: [ppiindia] Tentang Dr. Yohanes Surya PSEUDOSCIENTIST