Kalau saya justru curiga kaum Neolib ingin menguasai BUMD Yogya beserta kekayaan alam yang ada di Yogya. Di Indonesia mereka berhasil membuat pemerintah pusat menjual berbagai BUMN seperti Telkom, Indosat, Krakatau Steel, dan nanti menyusul Pertamina. Ada pun Chevron, Exxon, Freeport, dsb sudah menguasai 90% migas, emas, perak, dan tembaga di Indonesia. Nah di Yogya, sepertinya kaum Neolib ini masih menemui jalan buntu. Sri Sultan bukanlah boneka yang bisa diatur untuk menjual BUMD atau kekayaan alam Yogya. Jadi diaturlah agar pemilihan Gubernur jadi "Demokratis". Kapitalis macam Rothschild dan Rockefeller yang menguasai mesin printer uang, nanti akan mendanai gubernur boneka mereka di Pilkada. Saat ini rakyat Yogya meski sederhana, namun serba cukup. Rakyat kecil bebas mencari uang dengan menarik beca/andong di jalan protokol utama seperti Malioboro atau berdagang di sepanjang kaki limanya. Itu semua akan sirna saat Neolib berkuasa lewat "Demokrasi"... Gunung Merapi yang selalu aktif dan meletus hawa panas wedhus gembel itu pun sebenarnya sangat kaya akan ENERGI PANAS BUMI/GEOTHERMAL. Jika dibangun Pembangkit Listrik Geothermal di sana, bisa menerangi seluruh Jawa. Belum lagi pantai Selatannya. Jadi para Kapitalis Asing sekarang sedang mengincar ekonomi dan kekayaan alam rakyat Yogya. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media-islam.or.id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx Haji ONH Plus 2010 Mulai dari US$ 6.500: http://media-islam.or.id/2010/05/09/paket-haji-onh-plus-2010-mulai-dari-us-6-000/ --- Pada Ming, 5/12/10, Hartati Nurwijaya <tatia30@xxxxxxxxx> menulis: Dari: Hartati Nurwijaya <tatia30@xxxxxxxxx> Judul: Re: Bls: Bls: [LISI] Jangan usik Yogyaku Kepada: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Tanggal: Minggu, 5 Desember, 2010, 10:37 PM Mas Bambang Yth, Jenengan itu lebih pinter dan ahli dari saya, mbok ya jangan terlalu "menjilat SBY". Mari kita sama-sama melihat ke depan akan jadi apa DIY? Seluruh dunia juga tahu siapa SBY dan Partai Demokratnya. Hasil polling Kompas justru 79% penduduk DIY menolak pemilihan langsung. Adik Sri Sultan Hamengkubuwono X, Prabukusumo menyatakan niatnya mundur sebagai kader Partai Demokrat (PD). Prabu yang kini masih menjabat sebagai Ketua DPD PD Yogyakarta menyatakan niatnya akan direalisasikan bila pemerintah benar-benar mengajukan draf RUU Keistimewaan Yogyakarta ke DPR. Tati Papafragos in Megara Greece ITLA member; 0912-0367 http://tatiatravel.com ________________________________ From: "bambang@xxxxxxxxxxx" <bambang@xxxxxxxxxxx> To: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Sent: Mon, December 6, 2010 6:46:53 AM Subject: Re: Bls: Bls: [LISI] Jangan usik Yogyaku Setahu saya draf yg disusun tim Sultan dan didukung DPRD Yogya itu langsung dikirim ke DPR, bukan ke Kemdagri. Artinya tim Sultan HBX ingin menggunakan jalur hak inisiatif DPR. Tapi kelihatannya mandeg di DPR ya? Kalau pemerintah saya kira wajib menyiapkan RUU soal DIY begitu ada pernyataan Sultan HBX yang tak berkenan jadi gubernur lagi padahal masa jabatannya selesai September nanti. Jadi ini muasalnya kan macetnya draf tim Sultan HBX di DPR plus pernyataan ketidak berkenannya beliau jadi gubernur lagi. Lantas peran SBY dimana kok disalahkan? Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: prastowo prastowo <sesawi04@xxxxxxxxx> Sender: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Date: Mon, 6 Dec 2010 12:09:11 To: <LISI@xxxxxxxxxxxxxxx> Reply-To: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Subject: Bls: Bls: [LISI] Jangan usik Yogyaku Saya setuju itu Mas, dan SBY pun ternyata tak bisa mendorong ini dg political will-nya, di periode lalu. Kalau merujuk ke Kompas, seharusnya RUU Keistimewaan ini asal usulnya bukan sekedar karena Sultan ingin mundur karena digagas sejak 15 April 2002, terkatung-katung, hingga saat ini. Bahwa Sultan ingin mundur tentu saja perlu diantisipasi.Kini ada beberapa draft, dari DPRD DIY, DPD, dan Fisip UGM. Sebaiknya semua dibuka dan didiskusikan secara terbuka dan jernih. Sultan sendiri tampaknya sekarang mendukung draft DPD, jangan2 alasan Sultan di 2007 itu pun wujud kekecewaan terhadap sikap Pusat? Lepas dari itu, saya sependapat bahwa diskusi harus dibuat lebih bermutu, jgn hanya soal penetapan vs pemilihan. Pendidikan politik utk rakyat Jogja (dan Indonesia) perlu diberikan scr baik, krn kesan yg ditangkap orang Jogja adalah isu ini kental politisasi. salam ________________________________ Dari: "bambang@xxxxxxxxxxx" <bambang@xxxxxxxxxxx> Kepada: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Terkirim: Ming, 5 Desember, 2010 19:35:17 Judul: Re: Bls: [LISI] Jangan usik Yogyaku Membahas RUU yg tak ada kepentingan kaum berduit selalu lama mas. RUU KIP contohnya hampir satu dekade. Tapi ini kan soal di DPR. Kalau kepentingan pemerintah pemicunya kan pernyataan Sultan HBX tak ingin jadi Gubernur DIY lagi karena akan berkiprah di ranah politik nasional. Karena masa jabatan beliau berakhir September tahun depan maka harus ada UU baru tentang gubernur DIY karena Sultan HBX tak berkenan jadi gubernur lagi kan? Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: prastowo prastowo <sesawi04@xxxxxxxxx> Sender: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Date: Mon, 6 Dec 2010 11:19:04 To: <LISI@xxxxxxxxxxxxxxx> Reply-To: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Subject: Bls: [LISI] Jangan usik Yogyaku Saya kira menyalahkan SBY juga tidak sepenuhnya keliru, solanya dia sebagai pemimpin tertinggi di eksekutif tidak menyegerakan proses ini diselesaikan secara profesional, tapi menjadi terkesan terjadi politisasi (bdk. tulisan Asvi Warman Adam di Koran Tempo hari ini ). Sebagai ketua dewan pembina, mungkin juga kurang mampu mengarahkan sikap yang konstruktif dan jelas di parlemen melalui fraksinya. Atau partainya tidak mencoba menawarkan diskursus yg rasional, malah menyalahkan publik yang menyalahpahami pidato Pak SBY. Jika boleh tahu, berapa tahun RUU ini terkatung-katung, dan mengapa baru sekadang dihidupkan lagi dg balutan kontroversi? Sebagai warganegara, tentu sah-sah saja bercuriga dan kecewa, boleh jadi karena sudah terlampau lelah oleh berbagai ketidakjelasan. salam pras ________________________________ Dari: "bambang@xxxxxxxxxxx" <bambang@xxxxxxxxxxx> Kepada: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Terkirim: Ming, 5 Desember, 2010 15:16:43 Judul: Re: [LISI] Jangan usik Yogyaku Lho RUU ini kan dibuat antara lain karena Sultan HB X menyatakan tak ingin jadi gubernur lagi padahal masa jabatannya berakhir September tahun depan. Lha kalau begitu siapa gubernur Yogya berikut dan apa dasar pemilihannya? Nah harus buat UU kan? Kok jadi salah SBY ya? Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: Hartati Nurwijaya <tatia30@xxxxxxxxx> Sender: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Date: Sun, 5 Dec 2010 11:21:58 To: mediacare<mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx>; <penulislepas@xxxxxxxxxxxxxxx>; penulisbestseller<penulisbestseller@xxxxxxxxxxxxxxx> Reply-To: LISI@xxxxxxxxxxxxxxx Cc: alumni sospol<alumni_fisipol_ugm@xxxxxxxxxxxxxxx>; <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx> Subject: [LISI] Jangan usik Yogyaku Sedang berusaha membuat kedua putraku yang berusia 6 dan 5 tahun untuk terlelap tidur. Hal yang masih mengusik kepalaku adalah Kraton dan Kanjeng Sultan HBX. Kedua orangtua saya memang bukan orang Yogya. Tapi saya merasa lebih Yogya dari orang asli Yogya, sebab aku dilahirkan di RS PKU Yogya. Ayah membuka usaha pabrik batik ‘Anwar” tahun 60-an di Jalan Rotowijayan Jero Beteng sangat dekat dengan pasar Ngasem dan hanya beberapa langkah menuju Kraton. Bahkan pernah Mamaku berkisah sering melihat Raden Arjuna (nama kecil Kanjeng Sultan HB X) bermain bersama anak lain di luar Kraton. Walau kami bukan dari keluarga darah biru atau yang diberi gelar, tapi aku masih ingat Mbok pembantu yang bekerja menolong Mama saat kami masih kecil; jika dia lewat di depan kami dia pasti ndodok jongkok mlampah jalan di depan kami. Walau sudah dilarang Mama dan Ayah, si Mbok tetap dengan caranya ’sangat santun’ tapi bukan feodal. Konotasi feodal lebih menunjukkan memaksakan kehendak dengan penindasan. Bukan hanya soal sopan santun, walau jenjang strata sosial di Yogya hampir mirip sistem kasta di India. Tapi justru di Yogya tidak tampak perbedaan jenjang status sosial itu. Hal ini karena Sultan HB sangat dekat dengan penduduk Yogya. Raja yang sangat demokratis, penyayang, peduli dan tidak feodal. Buktinya di Jakarta becak sudah lenyap sejak puluhan tahun lampau. Di Yogya abang tukang becak masih kita temukan di mana-mana. Saat Sekaten; siapa saja bisa berjualan di alun-alun lor tanpa harus bingung harus bayar pajak. Alun-alun lor membebaskan semua pedagang kecil berjualan di sekitarnya. Pemandangan yang sangat langka bagi sebuah Kraton ada penjual Bakmi, penjual galundeng, tahu pong, ronde, dll. Hal yang menunjukkan cinta kasih seorang Sultan kepada rakyatnya. Buktinya adalah Pak Pele (sebutan untuk penjual Mie yang kepalanya mirip Pele pemain sepak bola asal Brazil) yang sudah puluhan tahun berjualan bakmi di pojok kanan Kraton di alun-alun lor. Dua tahun lalu aku kembali ke Yogya untuk launching buku Hidangan Favorit Ala Mediterania; sempat aku ingin menemui Pak Pele. Sayang hanya putra-putrinya saja yang berjualan. Katanya Pak Pele sudah sakit-sakitan. Memang tidak membuat aku kaget jika Mbok penjual gudeg di Wijilan juga ’sedho’ yang kabarnya aku baca dari sebuah milis kuliner. Jika Sultan berkehendak, di Yogya tidak perlu mengikuti pemerintah pusat memungut pajak bagi pedagang kecil. Duit pajak yang digelapkan Gayus dkk, kini rakyat kecil yang diminta bayar. Sebelumnya kebijakan fiscal, semua dipaksakan harus punya NPWP kalau tidak bayar Rp2,5 juta fiscal. Lalu kini muncul kebijakan baru bebas fiscal tetapi harus bayar pajak buat oleh-oleh dari luar negeri. Tentu saja seperti biasa peraturan ini berlaku buat rakyat biasa. Kalau pejabat atau Presiden dan keluarganya memborong pasti bebas bea. Yogya memang unik, terlebih istana raja yang disebut Kraton. Karena membolehkan rakyat biasa, memotong jalan melewati halaman Kraton depan dan belakang. Saya ingat, ketika kami tinggal di Jl. Mantrigawen Lor ingin ke pasar Ngasem. Daripada mubeng (keliling) , maka jalan pintas yang terdekat adalah melewati halaman Kraton. Syaratnya tidak banyak; yang naik sepeda ontel atau pun sepeda motor harus turun dan jalan kaki. Mungkin inilah satu-satunya Istana Raja di dunia ini yang membolehkan rakyat biasa lewat di dalam Kratonnya. Jika dibandingkan Buckingham Palace di London atau pun Istana Penguasa Dubai Syech Maktoum; hanya boleh lihat dari luar pagar dan jauh sekali. Kota-kota kuno di Eropa dilindungi oleh UNESCO, dijaga keasliannya. Sebaliknya oleh SBY yang bukan orang Yogya, mau merubah Yogya. Belum reda awan di bukit Merapi, belum kering isak tangis keluarga korban Merapi, tiba-tiba SBY ingin mengadakan perubahan di Yogya. Jangan usik Yogyaku. Biarkan si Mbok penjual mata kebo, gudangan tetap berjualan di Beringhardjo. Jangan jadikan Yogya menjadi seperti Jakarta dibawah feodalisme berkedok demokrasi. Saya yakin jika bukan Kanjeng Sultan Gubernur DIY, sudah pasti banyak muncul Mall dan gedung PMA. Bahkan mungkin juga sekolah internasional yang menjamur seperti di Jakarta. Apa pun dibalik keinginan SBY yang memaksakan kehendaknya. Sesuai pidato BJ Habibie di ultah ICMI bahwa pemimpin sekarang sangat feodal. Kraton dan Istana di tanah air memang peninggalan zaman feodal. Tetapi Kraton Yopgya justru memperlihatkan sikap Raja yang demokratis dan peduli rakyat kecil. Sejarah perjuangan Sultan HB IX membela kemerdekaan RI. Sejarah ini yang dilupakan oleh SBY dan penasihatnya. Saya mendukung dengan doa dan semoga Kanjeng Sultan tetap dapat memimpin DIY dan Yogyaku tetap seperti apa adanya. Jangan usik Yogyaku, karena aku ingin mengunjungi Sekaten bersama ketiga anakku. Akan aku perlihatkan pada mereka kota kelahiranku. Juga memperlihatkan mereka cara bertutur kata orang Yogya yang santun. Melihat Kraton yang sederhana dekat dengan rakyat kecil. Megara, 5 Desember 2010Tati Papafragos in Megara Greece ITLA member; 0912-0367 http://tatiatravel.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ =========================================================================== Lingkar Ilmuwan Sosial Indonesia (LISI) adalah forum untuk menggagas dan mempertukarkan ide-ide baru serta mengembangkan ilmu pengetahuan sosial. Dalam LISI, topik-topik diskusi ditinjau dan dianalisis dari beragam perspektif yang memungkinkan proses pembelajaran secara kolektif demi pengembangan wawasan anggota dan masyarakat Indonesia umumnya. =========================================================================== 1. Untuk berhenti berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 2. Untuk berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 3. Untuk menghindari penyebaran virus, pengiriman attachment file tidak dimungkinkan melalui milis ini. 4. Bahasa Resmi LISI: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 5. Netters LISI diminta sebisa mungkin menghindari "posting a la chating". ---------------------------------------------------------- Dear LISIers...."you may disagree with somebody's way of thinking...but please be careful of what you are writing in order not to hurt somebody's feelings...".. The moderator is always wishing you an enjoyable and inspiring discussion with LISI...:-) Selamat beradu argumentasi di tataran logika....:-) ----------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ =========================================================================== Lingkar Ilmuwan Sosial Indonesia (LISI) adalah forum untuk menggagas dan mempertukarkan ide-ide baru serta mengembangkan ilmu pengetahuan sosial. Dalam LISI, topik-topik diskusi ditinjau dan dianalisis dari beragam perspektif yang memungkinkan proses pembelajaran secara kolektif demi pengembangan wawasan anggota dan masyarakat Indonesia umumnya. =========================================================================== 1. Untuk berhenti berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 2. Untuk berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 3. Untuk menghindari penyebaran virus, pengiriman attachment file tidak dimungkinkan melalui milis ini. 4. Bahasa Resmi LISI: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 5. Netters LISI diminta sebisa mungkin menghindari "posting a la chating". ---------------------------------------------------------- Dear LISIers...."you may disagree with somebody's way of thinking...but please be careful of what you are writing in order not to hurt somebody's feelings...".. The moderator is always wishing you an enjoyable and inspiring discussion with LISI...:-) Selamat beradu argumentasi di tataran logika....:-) ----------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ =========================================================================== Lingkar Ilmuwan Sosial Indonesia (LISI) adalah forum untuk menggagas dan mempertukarkan ide-ide baru serta mengembangkan ilmu pengetahuan sosial. Dalam LISI, topik-topik diskusi ditinjau dan dianalisis dari beragam perspektif yang memungkinkan proses pembelajaran secara kolektif demi pengembangan wawasan anggota dan masyarakat Indonesia umumnya. =========================================================================== 1. Untuk berhenti berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 2. Untuk berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 3. Untuk menghindari penyebaran virus, pengiriman attachment file tidak dimungkinkan melalui milis ini. 4. Bahasa Resmi LISI: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 5. Netters LISI diminta sebisa mungkin menghindari "posting a la chating". ---------------------------------------------------------- Dear LISIers...."you may disagree with somebody's way of thinking...but please be careful of what you are writing in order not to hurt somebody's feelings...".. The moderator is always wishing you an enjoyable and inspiring discussion with LISI...:-) Selamat beradu argumentasi di tataran logika....:-) ----------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links ------------------------------------ =========================================================================== Lingkar Ilmuwan Sosial Indonesia (LISI) adalah forum untuk menggagas dan mempertukarkan ide-ide baru serta mengembangkan ilmu pengetahuan sosial. Dalam LISI, topik-topik diskusi ditinjau dan dianalisis dari beragam perspektif yang memungkinkan proses pembelajaran secara kolektif demi pengembangan wawasan anggota dan masyarakat Indonesia umumnya. =========================================================================== 1. Untuk berhenti berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 2. Untuk berlangganan, kirimkan e-mail kosong ke: LISI-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx 3. Untuk menghindari penyebaran virus, pengiriman attachment file tidak dimungkinkan melalui milis ini. 4. Bahasa Resmi LISI: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 5. Netters LISI diminta sebisa mungkin menghindari "posting a la chating". ---------------------------------------------------------- Dear LISIers...."you may disagree with somebody's way of thinking...but please be careful of what you are writing in order not to hurt somebody's feelings...".. The moderator is always wishing you an enjoyable and inspiring discussion with LISI...:-) Selamat beradu argumentasi di tataran logika....:-) ----------------------------------------------------------Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]