[nasional_list] [ppiindia] Riwayat Orde Baru

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 26 Nov 2005 00:09:04 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/26/utama/2242157.htm


 

POLITIKA 

Riwayat Orde Baru
Budiarto Shambazy


Sejarah politik kita tak kenal istilah "closure" atau "tamatlah sudah 
riwayatnya". Kita telah terbiasa menyaksikan sandiwara yang sering tak 
berjudul, panjang sekali ceritanya, melanglang buana ke mana-mana, amat 
melelahkan, sangat menyebalkan, dan tak mengandung pelajaran.

Dua peristiwa menarik secara persis menggambarkan jalan cerita tanpa closure 
tersebut. Peristiwa pertama terjadi tatkala pengarang asal Belanda, Antonie 
Dake, meluncurkan buku Sukarno File belum lama ini.

Setelah berita peluncurannya itu diberitakan, buku tersebut langsung habis 
terjual di semua toko. Maklum saja, buku itu menuding Presiden Soekarno sebagai 
dalang di belakang terjadinya peristiwa G30S tahun 1965.

Patut dicatat mengapa baru sekarang Dake meluncurkan buku dia yang telah 
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu? Seseorang yang mengetahui 
mengungkapkan cerita yang sesungguhnya.

Memang banyak orang yang bertanya dan juga banyak wartawan yang ingin melakukan 
wawancara. Namun, Dake hanya muncul saat itu saja, tidak seperti biasanya 
ilmuwan asing yang biasanya rajin ngasong ke mana-mana untuk mempromosikan 
karyanya.

Mungkin orang membeli karena penasaran atau marah dengan tudingan Dake 
tersebut. Apa pun, yang pasti para pembaca membeli buku Dake karena ingin tahu 
tentang hal ihwal sejarah bangsanya sendiri.

Muncul kesan bahwa buku Dake seperti "membunuh" kembali Bung Karno untuk 
kesekian kalinya. Ia antara lain pernah "dibunuh" Orde Baru karena tidak diakui 
sebagai penggali Pancasila.

Peristiwa menarik kedua terjadi sehubungan dengan Rapimnas Partai Golkar. 
Selain dianugerahi penghargaan berkat jasanya di masa lalu, sempat muncul 
pemberitaan mengenai rencana pencabutan Ketetapan MPR Nomor XI/1998 tentang 
dugaan KKN yang dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto.

Tidak salah jika orang lalu menghubung-hubungkan "nasib baik" Pak Harto dengan 
"pembunuhan" terhadap Bung Karno. Jangan sampai timbul kesan "pilih kasih" 
karena para pendukung fanatik kedua tokoh ini masih banyak di mana-mana.

Bung Karno meninggal "sendirian" dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. 
Secara politis maupun konstitusional, nama Bung Karno masih tercela dan perlu 
direhabilitasi.

Walaupun kurang sehat, nasib "Bapak Pembangunan" jauh lebih baik dibandingkan 
dengan "Bapak Bangsa". Jika Bung Karno di saat menjelang kematian menjadi bapak 
yang tak bisa dikunjungi anak-anaknya, Pak Harto masih dikelilingi anak-anak 
dan cucu-cucunya.

Pada sebuah edisi di rubrik ini saya menulis sebuah kalimat, "Meskipun kedua 
pemimpin (Bung Karno dan Pak Harto) melakukan kesalahan-kesalahan, janganlah 
kita melupakan jasa-jasa mereka". Seperti kata pepatah Inggris, "Let by gone be 
by gone".

Sebuah hal yang kita sering lupa, pemimpin bukan manusia super. Namun, paling 
tidak Bung Karno atau Pak Harto tidak menaikkan harga BBM sebanyak dua kali 
dalam satu tahun.

Paling tidak, Bung Karno atau Pak Harto tidak "melepaskan" Timor Timur. Dengan 
cara masing-masing, mereka berdua juga tak pernah mau orang-orang asing ikut 
merundingkan nasib rakyat di Aceh.

Empat presiden setelah Pak Harto memang merupakan bagian dari sistem politik 
masa Orde Baru. Namun, harus diakui juga bahwa presiden keempat dan kelima 
memberangus budaya politik Orde Baru.

Kita sempat seperti orang disihir bahwa Orde Baru telah pergi ke alam baka 
untuk selama-lamanya. Kita agak percaya tatkala para pemimpin "setengah Orde 
Baru" ingin menerapkan demokrasi sesungguh-sungguhnya.

Namun, Orde Baru memang sakti mandraguna. Maka, presiden keempat pun langsung 
takluk tak berdaya.

Presiden kelima pada dasarnya juga bersikap dan berwujud "setengah Orde Baru". 
Apalagi untuk pertama kalinya ia menjadi pemimpin pertama yang berkelamin baru 
dalam sejarah kepresidenan kita.

Jadi, Orde Reformasi sebenarnya gagal. Presiden keempat dan kelima, yang ikut 
menikmati berkah politik Pak Harto, tak mampu melakukan pergantian rezim secara 
total 100 persen.

Sistem politik boleh berubah, tetapi orang-orang lama dari Orde Baru masih 
berada di dalamnya. Adalah biasa ada menteri atau dirjen yang menjabat di semua 
era presiden yang kedua sampai yang kelima.

Waktu di masa Orde Baru, menteri atau dirjen itu memuja Pak Harto. Di masa BJ 
Habibie, ia merasa sok suci.

Di era Abdurrahman Wahid, ia mendadak menjadi tokoh teladan. Dan di masa 
Megawati Soekarnoputri, ia menjadi "keperempuan-perempuanan".

Sebagian dari mereka yang berada di parlemen juga merupakan wajah-wajah yang 
lama. Sebagian berganti loyalitas, sebagian keluar masuk partai-partai politik 
yang berlainan.

Sebagian lagi memang merupakan orang-orang baru. Namun, tak lama kemudian 
justru ikut mengentalkan budaya politik ala Orde Baru.

Dan selama 40 tahun budaya politiknya tetap sama: tertidur di saat persidangan. 
Mungkin yang berbeda cuma jenis suara ngorok-nya.

Begitu juga orang-orang partai politik yang berbudaya politik sama saja. 
Konflik internal sudah terjadi sejak sekitar akhir tahun 1960-an pada masa Orde 
Baru sampai sekarang.

Jadi, janganlah sok-sokan melawan Orde Baru. Seperti di awal cerita tulisan 
ini, "Ia merupakan sandiwara yang sering tak berjudul, panjang sekali 
ceritanya, melanglang buana ke mana-mana, amat melelahkan, sangat menyebalkan, 
dan tidak mengandung pelajaran".

Kita sudah berkali-kali dengan gemas mengucapkan "tamatlah sudah riwayatmu!". 
Akan tetapi, ia tetap selamat, kuat, dan selalu dirawat supaya senantiasa sehat.

Ah, saya jadi ingat seseorang....


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Riwayat Orde Baru