** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suarapembaruan.com/News/2005/11/17/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Tajuk Rencana I Rendahnya Mutu Manusia Indonesia KITA sungguh prihatin. Indeks pembangunan manusia Indonesia terus menurun dalam lima tahun belakangan ini. Pada tahun 1995, Indonesia menduduki peringkat ke-104 dunia, jauh di atas Vietnam yang saat itu berada di peringkat 120 dunia. Ironisnya, dalam tahun 2005 ini peringkat Indonesia merosot ke urutan 110 dunia, sedangkan Vietnam naik ke peringkat 108 dunia. Salah satu penyebab utama adalah penurunan kinerja perekonomian Indonesia setelah krisis moneter pada tahun 1997, yang dampaknya hingga sekarang tidak kunjung pulih. Perkembangan perekonomian yang tidak menguntungkan ini memberikan dampak buruk bagi akses memperoleh kesehatan dan pendidikan secara layak di semua lapisan serta golongan masyarakat. Salah satu indikasi menurunnya mutu manusia Indonesia bisa dilihat dari sektor pendidikan. Saat ini jumlah penduduk di Indonesia sekitar 260 juta jiwa, dengan perkiraan kasar sebesar 30 persen berada di bawah usia 15 tahun dan rata-rata lama bersekolah selama 7,2 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah persentase angka putus sekolah atau mengulang sekitar 16,5 persen pada anak usia 13 hingga 15 tahun. Hal itu mengindikasikan angka putus sekolah di SD tahun 2004 hingga 2005 cukup tinggi, mendekati angka satu juta. Sedangkan angka buta aksara penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun berkisar pada angka 10,21 persen atau 15,4 juta jiwa. Faktor pemicu angka putus sekolah adalah ketidakmampuan keluarga secara ekonomi. TENTU saja tidak bisa ditawar lagi perlunya perbaikan sistem serta manajemen kesejahteraan rakyat. Dan, pendidikan usia dini merupakan salah satu kunci utama untuk menciptakan serta membentuk kualitas manusia Indonesia unggul serta memiliki daya saing kuat. Namun, untuk mewujudkan ini ternyata tidak mudah. Rendahnya angka pembangunan manusia Indonesia terjadi karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani dan nelayan. Kehidupan ekonomi mereka sangat memprihatinkan. Mereka adalah golongan masyarakat yang selama ini mendapatkan subsidi langsung uang tunai untuk kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak. Maju tidaknya suatu bangsa banyak bergantung kepada sumber daya manusianya. Sejarah bangsa-bangsa maju selalu dilandasi persiapan pengikatan mutu sumber daya manusianya. Itu berarti kesehatan dan pendidikan menjadi prioritas utama mereka. Kita bukannya tidak tahu dan menyadari hal itu. Namun, apa yang terjadi belakangan ini justru sangat memprihatinkan. Komersialisasi kesehatan dan pendidikan sungguh luar biasa. Keadaan itu tidak memungkinkan anggota masyarakat bawah terutama untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang memadai. Permintaan untuk menghentikan komersialisasi kesehatan dan pendidikan sudah lama diserukan, namun seruan itu tidak pernah didengar. Akibatnya jelas. Untuk pendidikan, banyak anak putus sekolah seperti yang telah dipaparkan di atas. Orangtua mereka tak mampu lagi membayar uang sekolah. Sementara untuk kesehatan, kasus gizi buruk yang bermuara kepada busung lapar telah meledak di tanah air beberapa bulan lalu. Generasi yang lahir dengan gizi buruk jelas akan menjadi beban masa depan bangsa kita. Tidak ada pilihan lain, pemerintah semestinya memberi perhatian besar kepada kesehatan dan pendidikan, dan tidak ikut memperkuat praktik komersialisasi pendidikan dan kesehatan. Kita berharap pemerintah benar-benar serius memperhatikan dua aspek tersebut untuk membangun bangsa yang berkualitas. Last modified: 17/11/05 ++++ http://www.suarapembaruan.com/News/2005/11/17/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Tajuk Rencana II Orang Miskin Bertambah KITA tidak terkejut jika mendengar orang miskin di Jakarta bertambah. Terlebih pada saat kondisi ekonomi yang serba sulit sekarang ini, bertambahnya orang miskin kita maklumi. Pendapatan mereka tidak banyak berubah, sedangkan pengeluaran untuk biaya hidup naik tak terkira sehingga melebihi pendapatan mereka. Jadi, hidup mereka sebenarnya dililit utang yang kian hari kian menjerat kehidupan mereka. Kondisi yang serba sulit itulah yang membuat rakyat, khususnya yang berpendapatan menengah bawah, sangat sensitif. Bayangkan saja, pada saat berangkat kerja dengan menggunakan motor dan sedang berhenti di lampu merah, pikiran sudah melayang dan pusing memikirkan biaya sekolah anak, uang belanja harian, dan harus membayar kontrakan. Masih dalam lamunan itu, tiba-tiba diklakson mobil yang ada di belakang berkali-kali. Bunyi Klakson mobil itu membuat pengendara motor tersinggung, dan setelah menggebrak mobil dengan tangan, dia melaju melanjutkan perjalanan. Persoalan kecil bisa membuat orang yang tertekan menjadi marah-marah. Bagaimana kalau orang yang sama-sama tertekan bertemu dan terlibat konflik yang sepele? Persoalan bisa membesar. Tidak heran bila akhir-akhir ini terdengar tawuran warga antar-kampung. Semua sedang dalam keadaan panik dan tegang, bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencukupi kebutuhan anak istri di rumah. Jadi, sudah dipastikan dalam kondisi seperti itu banyak yang kalut dan mengambil jalan pintas melakukan tindak kriminal. MEMANG kita tidak terkejut mendengar orang miskin Jakarta bertambah, tetapi kita terkejut ketika memperhatikan bahwa penambahannya diperkirakan mencapai 100 persen. Kalau angka ini berlipat terus, bisa dibayangkan jumlahnya tentu juga membesar. Seperti ditulis harian ini kemarin, DPRD DKI Jakarta memperkirakan jumlah penduduk miskin DKI bertambah 100 persen akibat meningkatnya kesulitan hidup pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ternyata, dari 498.689 penduduk miskin, yang mendapat subsidi kesehatan hanya 277.134 orang. Itu artinya, 221.555 orang miskin yang tidak mendapat subsidi dan harus berjuang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam kondisi yang sulit mendapatkan pekerjaan sekarang ini, kita tentu mengkhawatirkan sebagian dari mereka tidak lagi memandang halal haramnya sebuah pekerjaan untuk mendapatkan uang. Segala pekerjaan, termasuk tindakan kriminal dan pelacuran, dilakukan karena terpaksa. Terlebih bila mereka tidak lagi tahan dengan deraan hidup yang kian menghimpit, sementara di kanan kiri mereka banyak orang kaya yang pamer kekayaan dengan mobil mewah, penampilan, dan gaya hidup, akhirnya mendorong mereka mengambil jalan pintas. Kenikmatan semakin dirasakan bila ternyata jalan pintas itu cepat mendatangkan uang, dan bisa menyejajarkan mereka dengan gaya hidup warga Jakarta kelas menengah atas. KITA prihatin dengan kemiskinan yang terjadi di ibu kota tercinta ini. Tetapi kita tidak bisa tinggal diam dengan kondisi tersebut dan harus memberikan kontribusi agar penduduk miskin secara ekonomi itu juga dapat hidup memadai. Tentunya kita mengharapkan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperhatikan nasib mereka. Pemerintah cukup memberikan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak, dengan tarif yang terjangkau bagi warga miskin. Jika perlu, penduduk miskin dibebaskan dari biaya. Jangan ada lagi pungutan yang memberatkan seperti yang terjadi selama ini, katanya berobat gratis, nyatanya bayar juga. Last modified: 17/11/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **