** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, A Nizami <nizaminz@xxxx> wrote: > > Assalamu'alaikum wr wb, > > Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu > hanya satu. Meski demikian, banyak orang yang > menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah > matahari sebagai Tuhannya. Ada yang menyembah Tuhan > Bapak, Tuhan Anak, dan sebagainya. Ada juga yang hanya > menyembah Allah semata. > --- deleted-- Kalau anda tertarik, mengenai latar belakang Trinitas, yakni Satu Tuhan dalam tiga manisfestasi, agar tidak ngalor ngidul pemahannya, saya gelar uraian berikut: I. Trinitas Dalam Alkitab Benarkah bahwa ada pengaruh mitologi Babel dan Mesir atas ajaran Trinitas seperti yang dikemukakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa? Pandangan ini mempercayai teori evolusi agama yang beranggapan bahwa konsep politheisme Mesopotamia kemudian berevolusi menjadi monotheisme Ibrani. Dalam ajaran evolusi agama sebenarnya tokoh El atau YHWH juga disebut merupakan evolusi dari dewa-dewi Babel, padahal banyak ahli sejarah agama yang mempercayai proses sebaliknya yaitu bahwa pada mulanya Allah yang esa dan jamak itu (Elohim) menyatakan diri kepada manusia namun bagi bangsa-bangsa yang tidak menerima El atau YHWH sebagai Tuhan pemberi Wahyu, konsep ketritunggalan itu kabur dan merosot menjadi politheisme yang `tritheis.' Demikian juga bahwa ada pengaruh Platonis sudah jelas berbeda dengan kenyataan sejarah, sebab dari sejarah kita mengetahui bahwa tumbuhnya konsili-konsili gereja adalah sebagai usaha untuk mempertahankan kemurnian wahyu Allah dalam Alkitab dari semangat Gnostik dan Plato yang sangat kuat mempengaruhi kekristenan mengingat Alkitab Kristen aslinya ditulis dalam bahasa Yunani. Sebenarnya untuk mengetahui kepercayaan mengenai hakekat Allah, kita harus menerima dulu kenyataan bahwa Alkitab adalah firman yang penulisannya diilhami Allah, maka dengan dasar kepercayaan demikian maka kita dapat menggali apa yang dikatakan oleh Alkitab sebagai penyataan Allah itu mengenai hakekat diri Allah sendiri. Sebenarnya, pengertian Trinitas/Tritunggal mengungkapkan bahwa Allah Itu Esa (Shema, Ul.6:4; Gal.3:20), namun dalam keesaanNya itu menyatakan diri dalam Tiga pribadi. Sekalipun demikian ke tiga pribadi itu sehakekat dalam kesatuan pemeliharaan Allah. Dalam Kej.1:26;3:22;11:7, kita melihat TUHAN menyebut dirinya dalam bentuk jamak (Kita). Kej.1:1-2 menunjuk Allah Bapa dengan Roh terlibat dalam penciptaan sedangkan Yoh.1:1 menunjukkan Allah Bapa dan Logos terlibat pada peristiwa yang sama. Jadi baik Roh maupun Yesus sudah ada sejak awal sama halnya dengan Bapa dan ketiganya bersatu dalam penciptaan. Kejadian 1 menunjukkan bahwa Elohim atau Allah Bapa itulah pencipta, namun kita melihat Mzm.33:8 menyebut bahwa "oleh firman TUHAN langit telah dijadikan" sedangkan Yesus disebut sebagai firman yang menciptakan segala sesuatu (Yoh.1:1-18), jadi kedua penyataan itu identik menunjuk pada yang Esa. Yesus juga disamakan dengan YHWH sebagai `Alpha dan Omega' (Why.22:13;band.1:8;21:6) dan `Awal dan Akhir' (Why.1:17; 2:8; band.21:6;Yes.44:6;48:12), jadi Yesus bukan ciptaan tetapi sama-sama pencipta sejak awal. Sekalipun disebutkan bahwa tidak seorangpun melihat Allah, TUHAN menyatakan diri sebagai Malaekat TUHAN (Malak Yahweh) yaitu tiga orang yang berrtemu Abraham (Kej.18:1-22). Yesus juga mengatakan bahwa Ia ada sebelum Abraham ada (Yoh.8:58). Ayat terakhir ini sebenarnya berkata bahwa sebelum Abraham lahir Yesus itu `Ada' (`ego eimi' yang artinya sama dengan `Aku adalah Aku' dalam Kel.3:14). Dalam kitab Hakim-Hakim kita melihat ke tiga oknum TUHAN, Malaekat Allah dan Roh Tuhan bekerja bersama atas diri Simson. (Hak.13) Yesaya menyebut mengenai keesaan Allah (Yes.44:6;45:5,22;46:9), namun dalam surat yang sama kita melihat ketritunggalan itu hadir bersama (Yes.40;48:16-17). Juga difirmankan bahwa YHWH tidak akan memberikan kemuliaan kepada yang lain (Yes.42:8;48:11), tetapi dalam inkarnasinya Yesus minta Bapa agar mempermuliakan Anak (Yoh.17:1,5;Why.14:7;15:4) ini menunjukkan bahwa keduanya sama-sama dipermuliakan. Petrus mengaku Yesus sebagai Messias dan Anak Allah (Mat. 16:16). Thomas memanggil Yesus Tuhan dan Allah (Yoh.20:28) suatu pengakuan yang kelihatannya sudah menjadi pengakuan jemaat awal mengacu pada pengakuan pemazmur (35:32). Paulus dalam salamnya menyebut dua oknum Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus sebagai kesatuan terkait (1Kor.1:3). Demikian juga Yoh.14-16 menyebutkan oknum Roh Kudus sebagai pribadi yang menyatu dalam ke'Allah'an, justru karena pribadi, Roh Kudus disetarakan dengan pribadi Bapa dan Anak dalam rumus baptisan (Mat.28:19). Ke'Tuhan'an Yesus sudah nyata sebab sejak kebangkitan, pengakuan bahwa `Yesus adalah Tuhan' sudah diucapkan jemaat, namun Saksi-Saksi Yehuwa selalu menerjemahkan `Kurios = Tuhan' yang terkait dengan `Yesus' sekedar sebagai Tuan, padahal kalau terkait Bapa selalu diterjemahkan Yehuwa (lihat TRINITAS (2)). Perendahan demikian juga berlaku dalam jabatan Allah yang terkait Yesus yang diusahakan diterjemahkan menjadi `suatu allah' (a god, Yoh.1:1), namun dalam ayat lain yang tidak dapat dicari dalihnya diberi pengertian lain. Sebagai contoh ayat Yes.9:5 jelas menunjukkan bahwa "Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai" ditujukan kepada Yesus, namun SSY berdalih bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa, padahal pada Yes.10:21 dan Yer.32:18, YHWH juga disebut sebagai Allah Yang Perkasa, bahkan sekalipun `Tidak Ada Allah lain' (Yes.44:44:6;45:5,22;46:9), dua kali disebutkan bahwa Bapa mengatakan Anak sebagai `Allah' yang diurapi `Allah' (Ibr.1:8,9) dan bukan hanya Bapa tetapi Anak pun disembah oleh malaekat dan dimuliakan (Ibr.1:6; band. Why.1:17;4:10-11;14:7;15:4; dan 19:10;22:8-9). Yesus juga disebut "Imanuel" yaitu `Allah menyertai kita' (Yes.7:14;Mat.1:23). Ayat-ayat di atas cukup jelas mengenai ke'Allah'an Yesus, dan bila kepribadian `Roh Kudus' juga banyak dibuktikan dalam Alkitab, bagaimana kita bisa diyakinkan bahwa `Roh Kudus adalah Allah'? Sekalipun tidak secara eksplisit disebutkan, kehadirannya selalu dikaitkan dengan Allah (Roh Allah & Roh TUHAN). Roh Kudus juga terlibat dalam penciptaan sejak awalnya (Kej.1:1-2). Juga disebut agar `Jangan Mendukakan Roh Kudus' dan `yang menghujat tidak akan diampuni' (Mat.12:31). Menghujat Allah adalah sifat si Dajal (Why.13:5,6) dan `neraka adalah tempat hukuman mereka yang menghujat Allah' dan tidak bertobat (Why.16:9). SSY mempersoalkan Mat.12:32 yang diartikan bahwa Anak manusia lebih rendah dari Roh Kudus. Tentunya tidak karena `Anak manusia' adalah Yesus dalam status inkarnasi yang memang lebih rendah (Flp.2:5-11;Ibr.2:9). Sekalipun dalam Perjanjian Baru istilah Tritunggal tidak ada, petunjuk ke arah situ sangat jelas, seperti dalam peristiwa pembaptisan Yesus (Mat.3:16-17) dimana ketiga oknum itu menyatakan diri, demikian juga perintah agung penginjilan (Mat. 28:19) dengan jelas menyebutkan ke tiga oknum Allah dalam kesatuan. Ketritunggalan itu juga tercermin dalam pengurapan `Yesus yang berinkarnasi' (Luk.4:18-19;Yes.61:1,2). Salam Paulus mengungkapkan keesaan tiga oknum (2Kor.13:14). Petrus menyebut Allah Bapa sebagai perencana, Roh sebagai pengudus, dan Yesus sebagai penebus (1Pet.1:2;band.Yes.48:16-17). Jadi, ketritunggalan Allah berkaitan dengan pemeliharaan dan penebusan Allah yang menyeluruh kepada manusia. Yes.48:16-17 mengungkapkan ketiga oknum Allah bersama-sama dalam karya keselamatan (band.1Kor.12:3-6), dan `jalan keselamatan' yang digenapi oleh Yesus yang dirintis jalannya oleh Yohanes Pembaptis merujuk nubuatan Yesaya tentang `jalan keselamatan YHWH/El' (Luk.3:4-6;Yes.40:3-5). Dari beberapa contoh ayat di atas kita dapat melihat bahwa pengertian Trinitas/Tritunggal sudah tersirat baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dan sekalipun tidak dirumuskan dalam suatu rumusan doktrin tertentu, dapat dilihat bahwa disadari atau tidak, jemaat pada masa Yesus dan para Rasul sebenarnya sudah mengakui ketritunggalan Allah dan karena sudah jelas tidak perlu ada perumusan sebagai suatu doktrin. Timbulnya doktrin pada abad ke-IV adalah suatu langkah situasional yang diusahakan dalam rangka menghadapi penyesatan Arius. Pengembangan doktrin ini pada abad ke-4 bukanlah merupakan perumusan doktrin baru, namun merupakan upaya memperjelas apa yang sudah dipercayai gereja secara umum menghadapi pandangan Gnostik, Platonis dan Arianisme yang menyimpang. Sebaiknya penjelasan soal Trinitas tidak perlu disertai perumusan yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru, sebab tidak ada perumusan manusia yang bisa sempurna menggambarkan trinitas Allah, sebab sebenarnya Alkitab sendiri cukup banyak contohnya. Karena itu marilah kita membuka diri kepada penyataan Alkitab sendiri dan berdoa dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin! II. Sejarah Trinitas Soal ajaran Trinitas atau Tritunggal yang dipercayai umat Kristen sering dijadikan batu sandungan. Sejak kehadiran Yesus, agama Yahudi menolak dengan tegas ke'tuhan'an maupun ke'alah'an Yesus, Arius pada abad ke-4 menolak menyetarakan Yesus dengan Allah, dan pada akhir abad ke-19 ajaran anti-trinitarian Arianisme muncul kembali dalam Saksi-Saksi Yehuwa yang bukan hanya sangat anti-trinitarian, namun juga menganggapnya sebagai ajaran yang dipengaruhi dewa-dewi Babel & Mesir, Plato, bahkan disebut sebagai berasal dari setan, dan dikembangkan oleh susunan Kristen pada abad ke-4. Benarkah bahwa ajaran Trinitas itu baru muncul di abad ke-4? Kelihatannya soal ini cukup simpang siur karena orang-orang lebih menilainya dari sudut prasangka. Bila kita menyimak ajaran gereja sejak awalnya, ajaran mengenai Tuhan yang esa (shema) yang menyatakan diri dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus, sebenarnya sudah ada sejak Perjanjian Lama sekalipun tidak diungkapkan sebagai suatu rumusan doktrin tertentu, lagipula istilah Trinitas tidak ada dalam Alkitab baik PL maupun PB. Kalau begitu, mengapa soal ini kemudian berkembang dan memuncak di abad ke-4 sebagai suatu doktrin yang disebut Trinitas? Bila kita mempelajari Alkitab Perjanjian Lama dengan hati terbuka, memang disitu keesaan Allah jelas ditekankan, namun di banyak bagian dapat dilihat adanya ungkapan pernyataan lainnya selain Allah Bapa, misalnya Malaekat Allah, firman Allah dan juga Roh Allah. Dalam Perjanjian Baru pernyataan mengenai keesaaan Allah juga masih terus didengungkan, namun sejalan dengan itu soal penyataan Allah dalam firman (Logos) maupun Roh Kudus (Parakletos) makin jelas terungkap. Jadi, sekalipun dalam PL maupun PB tidak dirumuskan dalam bentuk doktrin Trinitas, keyakinan mengenai Tuhan yang Esa yang menyatakan diri itu menjadi bagian pengakuan iman umat percaya sejak awalnya. Praktis jemaat pertama menerima ketritunggalan itu tanpa mempersoalkan dan mereka dalam upacara pembaptisan anggota jemaat yang baru selalu mengulang-ulang perintah Tuhan Yesus yang menyuruh mereka membaptis dalam nama `Bapa, Anak dan Roh Kudus' (Mat.28:9), ini mencakup pengakuan seperti yang diutarakan oleh Thomas yaitu `Tuhanku dan Allahku' (Yoh.20:28). Sekitar abad pertama, pengaruh luar mulai mempersoalkan keyakinan soal hakekat Allah yang diterima tanpa reserve oleh jemaat pertama itu. Pada waktu itu ada pengaruh kuat kepercayaan mistik gnostik yang berkembang disekitar Laut Tengah. Gnostik mengajarkan bahwa ada dua asal yang menghasilkan segala sesuatu, yaitu Allah yang menciptakan roh dan Demi Urgos yang menciptakan dunia materi. Disini kekuatan Allah dibatasi kekuasaan demi-urgos itu, dan Allah tidak pernah menyatakan diri. Allah Anak yang kemudian menjadi manusia, dalam gnostik dianggap termasuk dalam dunia roh, yang diciptakan oleh Allah. Kepercayaan ini ada juga pengaruhnya di kalangan Kristen dan kelihatannya merangsang timbulnya aliran Arianisme pada abad ke-4. Sebenarnya sejak abad ke-2 sudah ada usaha untuk merumuskan hakekat Allah, misalnya dalam diri Theofilus dari Antiokhia (ca.180) yang menyebut istilah `triad' dan kemudian Tertulianus menyebut soal Trinitas namun belum dalam perumusan doktrin tertentu. Timbulnya usaha untuk merumuskan soal ketritunggalan itu dalam perumusan Trinitas sebenarnya dipicu oleh adanya gagasan berbeda yang dilontarkan oleh Arius (ca.320), seorang penatua gereja di Alexandria. Arius mengemukakan bahwa Anak Allah adalah ciptaan dan sebagai firman (logos) ia bukanlah Allah dan juga bukan manusia biasa. Firman adalah ciptaan yang berada di antara Allah dan manusia, ia lebih rendah dari Bapa, namun diangkat sebagai `anak angkat' dengan gelar `Anak Allah.' Firman itu diciptakan pertama dan paling besar dari semua ciptaan, kemudian firman itu menciptakan yang lainnya. Menurut Arius ada saatnya dimana firman itu tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah dan disebut `Allah' juga. Pada umumnya mayoritas bapak gereja menolak ajaran Arius yang dianggap tidak sesuai dengan Alkitab. Alexander, uskup Alexandria menolak pemikiran Arius dan karena menjadi perdebatan di kalangan beberapa pimpinan jemaat, raja Konstantin mengadakan Konsili Nicaea pada tahun 325 untuk membahas kontroversi ajaran Arius ini. Mayoritas yang hadir dari 300 peserta dalam konsili itu menolak ajaran Arius dan menganggapnya tidak sesuai dengan firman Tuhan dan meneguhkan kepercayaan semula mengenai ke'Allah'an Yesus yang setara dan sehakekat dengan Allah Bapa. Tanpa adanya doktrin trinitas pun mayoritas jemaat pada abad-abad itu mengaminkan ada kejamakan dalam keesaan Allah. Namun karena Konstantin ingin netral, hasil Konsili tidak ditindak lanjuti olehnya apalagi anaknya bersimpati kepada Arius. Apalagi, kala itu Eusebius, uskup Konstantinopel, kawan dekat Arius dan yang berpegang teologi Origen dalam usahanya mencari pengaruh di Roma memfitnah Athanasius sehingga Athanasius beberapa kali harus masuk keluar penjara. Namun, iman Athanasius tetap teguh dan ia terus berjuang memperjuangkan kebenaran. Dengan kematian Alexander (328) Athanasius menggantikannya, dan ia tetap teguh mempertahankan imannya dan sekali lagi dalam Konsili Konstantinopel (381), ajaran ke'Allah'an Yesus kembali diteguhkan dan ketritunggalan Allah dirumuskan sebagai ajaran Trinitas, akibatnya Arianisme mengalami kemunduran hingga menghilang pada tahun 650. Dari sejarah ini kita mengetahui bahwa doktrin `tritunggal' bukanlah kepercayaan yang berkembang pada abad ke-4 yang dihasilkan oleh gereja Kristen tetapi dalam menghadapi bidat Arius maka gereja merasa perlu memberikan perumusan yang jelas akan kepercayaan yang sudah ada sejak awal kekristenan itu. Sekalipun Arianisme sudah usai, secara sporadis ada juga kelompok- kelompok kecil yang mempercayai faham keesaan Allah semacam Arianisme, mereka biasanya disebut sebagai Unitarian. Salah satu kelompok unitarian dibentuk oleh John Thomas yang lahir di London pada tahun 1805 dan kemudian berimigrasi ke Amerika pada tahun 1832 dan bergabung dengan kelompok Cambelit. Karena bentrok ia mendirikan sendiri aliran Christadelphian pada tahun 1838. Christadelphian menganut Arianisme, yang tidak mengakui trinitas sebab yang ada hanya Allah saja. Yesus dipercayai bukan sebagai Anak Allah namun sebagai manifestasi roh Allah dalam diri manusia. Kristus baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus bukan Tuhan. Roh Kudus hanya alat kuasa yang keluar dari Allah. Kematian Yesus hanya merupakan ekspresi kasih Allah yang perlu dalam penebusan dosa, penebusan Yesus untuk menebus dosa manusia tidak diterima. Benyamin Wilson, seorang tokohnya, menerjemahkan Alkitab dari bahasa asli secara kata demi kata dan kemudian deretan kata itu ditafsirkan menjadi kalimat. Terjemahan ini disebut The Emphatic Diaglott (1864). Pada tahun 1872 Charles Taze Russel mendirikan kelompok penyelidikan Alkitab yang mengacu pada beberapa ajaran Christadelphian dan menggunakan terjemahan Emphatic Diaglott sebagai acuan dan kemudian dasar untuk terjemahan mereka `The New World Translation of the Holy Scripture' (NW, 1950-1961). Kelompok ini kemudian menamakan dirinya Saksi-Saksi Yehuwa sejak 1931. SSY merupakan kebangunan kembali semangat anti-trinitarian Gnostik dan Arianisme. III. Trinitas & Saksi - Saksi Yehuwa Aliran penganut anti-trinitarian Arianisme yang kuat saat ini dan sangat agresif dalam menentang ajaran Trinitas adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam buku-buku dan literatur SSY lainnya, kita dengan mudah menjumpai sikap yang menentang Trinitas, dan bahwa Yesus disebut Ciptaan yang lebih rendah dari Bapa, dan bahwa Roh Kudus adalah sekedar tenaga aktif atau kekuatan dari Allah. Bahkan lebih dari itu pengajaran Trinitas dianggap sebagai ciptaan Setan (Karena Allah Itu Benar Adanya, h.105). Kelihatannya SSY pendiri SSY mempunyai pengalaman traumatis yang pahit dengan gereja yang disebutnya susunan Kristen sehingga pada masa modern ini masih mengungkapkan rasa kebencian sebagai luapan emosi yang menghasilkan ucapan yang sarkastis seperti gereja disebut "babel Besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah, h.51- 52), karena itu setiap SSY diharuskan melepaskan diri dari keanggotaan gereja Kristen. Umat Kristen dianggap sebagai "memuja Allah yang kusut, yang rupanya ganjil serta mempunyai tiga kepala. ... sesungguhnya seorangpun belum pernah melihat seorang mahluk manusia berkepala tiga" (Karena Allah Itu Benar Adanya, h.106-107) disebut SSY merujuk manusia sebagai gambar Allah. Trinitas bahkan diasosiasikan dengan tritheis Horus- Osiris-Isis atau Rameses II - Amon-Ra - Nut (keduanya dari Mesir), Istar-Sin-Samas (Babel), Trimurti (India), dan gambaran artis tentang Allah berkepala tiga. (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, h.2,10). Tidak dapat disangkal, bahwa selain adanya pengaruh Gnostik dan Arianisme, Charles Taze Russel, pendiri SSY, juga tanpa sadar dipengaruhi konsep Buddhisme ketika ia belajar agama-agama Timur (Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah, h.122). Konsepnya mengenai kematian roh dan roh sebagai kekuatan ilahi, dan ditolaknya siksaan kekal adalah khas ajaran mistik agama timur Zen Buddhisme. Kita perlu kritis dalam membaca literatur SSY sekalipun kelihatannya bersifat ilmiah karena mengutip banyak sumber. Dalam buku promosi SSY berjudul `Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?', dikemukakan bahwa ajaran Tritunggal adalah ajaran kafir yang dipengaruhi Mesir dan Plato (h.3-12) dan SSY mengutip pernyataan tokoh-tokoh gereja yang anti-trinitarian (h.7) seperti Justin Martir, Ireneus, Clement dari Alexandria, Tertulianus, Hypolitus dan Origen. Ini justru menunjukkan argumentasi kontradiktif yang rancu. Dari sejarah kita mengetahui bahwa perumusan Trinitas dikemukakan baik oleh uskup di Mesir (Alexander & Athanasius) juga oleh Eropah (Irenius dan umumnya bapak-bapak gereja Roma) untuk menghadapi Arius. Berbeda dengan mitologi Babel dan Mesir yang men'tiga'kan Tuhan, tokoh-tokoh ini justru menekankan ke'Tunggal'an Allah. Justru Ariuslah (penatua Alexandria) yang menekankan ke'tiga'an itu dimana yang kedua dianggap lebih rendah dari yang pertama. Kutipan seakan- akan diucapkan Irenius diragukan, karena bersama-sama Alexander dan Athanasius, Irenius sebenarnya menekankan `keesaan Logos adalah Allah baik dalam penciptaan maupun penebusan manusia.' Yang menarik, faktanya contoh tokoh lainnya yang disebutkan itu justru mereka yang mengawinkan filsafat Plato (Logos lebih rendah dari Allah) dengan Alkitab, terutama Justin Martir, Clement dari Alexandria dan muridnya Origen, dan mereka ditentang oleh tokoh-tokoh Gereja yang ingin membebaskan Alkitab dari pengaruh Yunani. Pada Konsili Nicaea dan Konstantinopel, selain Arius, ide tokoh-tokoh contoh itu ditentang oleh mayoritas, bahkan pada tahun 362 setengah pengikut Origen tidak setuju dengannya mengenai perendahan Logos dan pemisahan Logos dari Allah, dan kemudian bergabung dengan Athanasius. Pada tahun 399 ajaran Origen ditolak gereja. Contoh-contoh di atas menunjukkan argumentasi yang bersifat kontradiktif. Di satu segi penganut Trinitas dituduh dipengaruhi Plato, padahal di segi lain justru penganut Platolah yang dijadikan contoh untuk menentang penganut Trinitas (yang notabene menentang Plato). Contoh manipulasi fakta lainnya dalam buku itu adalah ucapan mengenai hadirin Konsili Nicaea yang disebut "Yang hadir kira-kira 300, sebagian kecil dari jumlah keseluruhan" (h.8), ini memberi kesan bahwa penganut Trinitas adalah minoritas. Padahal, fakta sejarah menyebutkan jumlah itu adalah mayoritas uskup yang ada pada saat itu dan mayoritas dari jumlah itu menolak gagasan Arius. Kalau 300 dianggap sebagian kecil berarti saat itu mestinya sudah ada ribuan uskup di sekitar laut Tengah! Fantastis bukan? Buku itu dan literatur SSY lainnya sama sekali tidak menyebut adanya tokoh `Arius' yang menyebabkan diadakannya Konsili itu dan yang justru mereka anut ajarannya. Rekayasa data buku itu juga ditunjukkan dalam argumentasi mengenai ayat Yohanes 1:1 (Firman itu adalah Allah) yang diterjemahkan oleh SSY menjadi `Firman itu adalah suatu allah'. Untuk mendukungnya dikutip beberapa kutipan terjemahan Alkitab yang senada (lihat `Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?', h.27 dan `Kitab- Kitab Yunani Kristen terjemahan Dunia Baru', h.414), padahal bila kita teliti kita mengetahui bahwa contoh-contoh itu umumnya ditulis oleh pengikut Unitarian, Christadelphian dan SSY sendiri, termasuk The Emphatic Diaglott dan New World Translation of the Holy Scripture yang notabene turunan dari Diaglott. Alkitab versi bahasa Inggeris yang digunakan mayoritas umat Kristen seperti KJV, AV, RSV, NIV maupun Douay (RK) semua menerjemahkan "The Word Was God' (bukan a god) demikian juga terjemahan baru dalam bahasa Indonesia "firman itu adalah Allah." (LAI. Mengenai ini sudah dibahas dalam artikel `Saksi- Saksi Yehuwa dan Alkitab') Dari rekayasa data buku itu kita dapat melihat bahwa penerjemahan Alkitab secara linear (Diaglott, yang artinya dua bahasa) juga dilakukan dengan rekayasa. Yang mencolok adalah memasukkan ajaran anti-trinitarian Arianisme dalam penerjemahan Alkitab tersebut, sesuatu yang dalam bahasa Yunani disebut `eisegese' (memasukkan kedalam) dan bukan `exegese' (menggali keluar). Selain contoh ayat Yoh.1:1 (dalam 18 ayat pertama Injil Yohanes fasal 1 ada 6 kata `Theos' yang tidak didahului oleh kata sandang `ho' [dhi. Yoh.1:1 = ton], satu [ayat 1] ditujukan kepada Yesus dan lima lainnya [ayat 6,12,13 dan duakali dalam 18] ditujukan kepada Allah. Bila konsekwen, maka 5 kali itu menunjukkan bahwa Allah Yehuwa adalah `a god' juga). Ayat Kol.1:16-18 dalam terjemahan NW ditambahkan kata `other' atau `yang lain' sehingga menimbulkan kesan bahwa Yesus ciptaan yang kemudian menciptakan ciptaan `yang lain' padahal kata itu tidak ada dalam naskah aslinya. Contoh rekayasa lainnya adalah penerjemahan kata `Kurios'. Dalam Septuaginta kata itu terjemahan kata Ibrani `YHWH' dan `Adonai', YHWH nama diri Tuhan, Adonai dalam Perjanjian Lama digunakan sebagai `nama diri' dan 'sebutan Tuhan' tetapi secara terbatas juga berarti `tuan'. Perjanjian Baru juga menggunakan kata `Kurios', namun dalam terjemahan SSY (NW) terlihat rekayasa yang mencolok. Bila kata `Kurios' dalam konteksnya berkaitan dengan Allah, maka diterjemahkan Yehuwa, namun bila dikaitkan dengan Yesus diterjemahkan `Tuan Yesus!' Contohnya ucapan Thomas yang mengatakan "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh.20:28) diterjemahkan menjadi "Tuanku dan Allahku" (NW), padahal ucapan ini adalah pengakuan jemaat pertama yang sesuai dengan ucapan pemazmur "ya Allahku dan Tuhanku" (Mzm.35:32) yang dalam Mazmur ditujukan kepada YHWH. Biasanya, Yesus selagi direndahkan yang bersifat sementara, dianggap bersifat tetap (permanen), dan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai `manusia' itulah yang dipakai sebagai argumentasi untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah. Contoh pemotongan ayat yang dilepaskan dari konteks adalah penafsiran bahwa Yesus "lebih rendah dari malaikat-malaikat" (Ibr.2:9) dengan komentar "Bagaimana mungkin suatu bagian keilahian yang mahakuasa- Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada malaikat- malaikat?" (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal, h.15). Padahal, ayat lengkapnya berbunyi "tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat" (Ibr.2:9) dan ayat sebelumnya berbunyi: "Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." (Ibr.1:6). Bahkan disebutkan pula oleh YHWH bahwa Yesus adalah Allah sampai dua kali (Ibr.1:8,9). Bila memang Alkitab tidak menyebutkan Yesus sebagai `Tuhan' dan `Allah' tentu penerjemahan sesuai kaidah bahasa yang digunakan umat Kristen (yang diterjemahkan para ahli teologi dan bahasa asli) tentu akan mengungkapkan hal itu dan kita tinggal menunjukkan ayat- ayat yang mana. Justru karena SSY memasukkan doktrinnya ke dalam penerjemahan, maka dalam Alkitab SSY (NW, yang diterjemahkan bukan oleh ahli teologia dan ahli bahasa asli) dibuat sedemikian rupa sehingga kedua jabatan Kristus itu tidak diberikan kepadanya melainkan dijadikan sekedar `tuan' dan `suatu allah.' IV. Trinitas dan Pentakosta Sekalipun bagian terbesar kekristenan menerima Trinitas/Tritunggal, namun adalah kenyataan bahwa dari ketiga oknum penyataan Allah itu, Roh Kudus paling sedikit dihargai dalam sejarah gereja. Gerakan Pentakosta pada akhir abad ke-19 yang kemudian di ulang lagi dengan kebangunan gerakan Kharismatik pada awal tahun 1960-an kelihatannya merupakan jawaban Tuhan atas perendahan Roh Kudus yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa sejak akhir abad ke-19 yang menganggapnya sekedar sebagai tenaga aktif dari Allah. Gerakan Pentakosta membangunkan kembali kesadaran umat akan Roh Kudus yang adalah pribadi dan bagian dari keesaan Allah dan berkembang dengan luar biasa sebagai `the third force' dalam kekristenan setelah RK dan Protestan. Berikut adalah kutipan ajaran Pentakosta mengenai Roh Kudus yang dimuat kamus Pentakosta & Kharismatik, sbb.: PRIBADI ILAHI YANG JELAS "Di seluruh Alkitab kita melihat Roh Kudus sebagai pribadi yang nyata, melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh pribadi. Kita melihatNya dengan pikiran, itelegensia, dan pengetahuan (Rm.8:27;1Kor.2:11). Ia memiliki kemauan (1Kor.12:1). Ia menunjukkan cinta dan kasih-sayang (Rm.15:30). Ia berbicara kepada Filipus (Kis.8:29). Ia menyuruh Petrus (Kis.11:12). Ia menyuruh jemaat untuk mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk tugas pelayanan untuk mana mereka telah dipanggil (Kis.13:2,4). Pada satu kesempatan Ia melarang Paulus berbicara di propinsi Asia (Kis.16:6-7). Ia berbicara kepada sidang jemaat (Why.2:7,11,17,29). Ia bergabung dengan gereja untuk mengundang yang lainnya untuk datang (Why.22:7). Kita melihat juga bahwa Roh Kudus dapat dijadikan sedih atau duka (Yes.63:10;Ef.4:30), dihujat atau dihina (Mat.12:31;Ibr.10:29), dibohongi (Kis.5:3), dan dicobai atau diuji (Kis.5:9). Tidak ada tenaga tak berpribadi seperti cahaya atau listrik yang menunjukkan kesedihan atau cinta-kasih demikian. Orang-orang dalam Alkitab dapat menyambutNya atau menolakNya, namun mereka menerimanya sebagai Roh Allah (Kej.6:3;Kel.31:3;Hak.6:34;Yes.61:1;Rm.8:9;2Kor.3:3). Ia adalah Roh dari Bapa (Mat.10:30) dan Roh dari Anak (Gal.4:6). Ia Allah yang benar, sama halnya dengan Bapa adalah Allah dan Anak adalah Allah, seperti mereka, ia memiliki sifat-sifat ilahi. Ia mahahadir (Mzm.139:7-8). Ia mahatahu (Yes.40:13;1Kor.2:10-11). Ia mahakuasa (Za.4:6). Ia kekal (Ibr.9:14). Ia juga baik sama halnya Allah adalah baik (Neh.9:20;Mzm.143.10). Fakta bahwa ia adalah pribadi yang jelas terlihat juga dalam ayat- ayat seperti Yes.48:16, "Dan sekarang, Tuhan Allah mengutus aku dengan Roh-Nya". Yesus menyebutkan Roh sebagai pribadi yang jelas ketika mengutip Yes.61:1, "Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku." Lalu Ibr.9:14 menyatakan bahwa Kristus "yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat." (lihat Bickersteth, 1959,58-59). Yesus kemudian menunjuk Roh Kudus sebagai "Penolong Yang Lain" (Yoh.14:16;15:26;16:7). Banyak ayat-ayat lainnya menunjukkan keesaan dan kerjasama yang sempurna. 1Kor.12:4-6 menunjukkan bahwa Roh, Tuhan Yesus, dan Allah Bapa adalah sejajar. Ef.4:4-6 mengungkapkan mereka sebagai kordinasi yang sempurna. Mereka semua tinggal di Bait sebagai Allah (1Kor.3:16;6:19;Kol.1:27). Pengajaran ini sering dipertentangkan selama abad-abad awal gereja. Beberapa penganut Gnostik menganggap Roh Kudus hanya sekedar pancaran atau radiasi. Pada abad ke-3 Origen menempatkan Roh dalam status yang lebih rendah. Kultus Makedonia menganggap Roh sebagai mahluk yang tidak diciptakan namun tidak memanggilnya Allah. Pada abad ke-4 orang-orang Arian, yang mengajar Yesus sebagai mahluk ciptaan, tidak menerima ketuhanan Roh. Tidak sulit bagi pengikut-pengikut demikian untuk menganggap Roh sekedar tenaga atau pengaruh yang tidak berpribadi. Yang lain, seperti Sabellius pada abad ke-3, mennyangkal Trinitas dengan cara lain. Ia mengajar bahwa Tuhan yang satu menyatakan dirinya dalam bentuk, cara, atau kapasitas yang berbeda-beda. Bagian terbesar orang Pentakosta melihat bahwa Alkitab mengajar ketritunggalan dengan tiga pribadi yang jelas yang perbedaannya tidak melanggar keesaan keberadaan Allah. Mereka akan setuju, misalnya dengan yang disebut Kredo Athanasius, yang secara eksplisit menyatakan: "Kami menyembah Allah yang esa dalam Tritunggal, dan Tritunggal dalam Keesaan, tanpa pengaburkan masing-masing Pribadi, juga tidak membagi-bagi hakekatNya. Karena ada satu pribadi Bapa, yang lain dari Anak, dan lainnya dari Roh; Namun keAllahan dari Bapa, dari Anak dan dari Roh Kudus semuanya adalah satu, kemuliaannya sama, dan keagungan-Nya kekal." Kredo-kredo yang kemudian kadang-kadang merendahkan Roh Kudus dalam bentuk tertentu. Namun bagian terbanyak orang-orang Pentakosta, seperti orang-orang Methodis dalam pengakuan mereka tahun 1789, menghindari kontroversi demikian. Orang-orang Pantakosta biasanya menerima Roh Kudus sebagai pribadi dan memberi perhatian lebih pada karyanya." (S.M. Burgess & G.B. McGee (eds), `Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements', Zondervan, 1993, h.410-411) Kiranya pandangan aliran Pentakosta yang diikuti oleh aliran Kharismatik mengenai Roh Kudus di atas menambah pengertian kita mengenai Trinitas dengan lebih lengkap. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **