[nasional_list] [ppiindia] Re: Siapakah Tuhan Kita?

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 28 Nov 2005 11:07:47 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, A 
Nizami <nizaminz@xxxx> wrote:
>
> Assalamu'alaikum wr wb,
> 
> Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu
> hanya satu. Meski demikian, banyak orang yang
> menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah
> matahari sebagai Tuhannya. Ada yang menyembah Tuhan
> Bapak, Tuhan Anak, dan sebagainya. Ada juga yang hanya
> menyembah Allah semata.

> --- deleted--

Kalau anda tertarik, mengenai latar belakang Trinitas, yakni Satu 
Tuhan dalam tiga manisfestasi, agar tidak ngalor ngidul pemahannya, 
saya gelar uraian berikut:


I. Trinitas Dalam Alkitab 

Benarkah bahwa ada pengaruh mitologi Babel dan Mesir atas ajaran 
Trinitas seperti yang dikemukakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa? Pandangan 
ini mempercayai teori evolusi agama yang beranggapan bahwa konsep 
politheisme Mesopotamia kemudian berevolusi menjadi monotheisme 
Ibrani. Dalam ajaran evolusi agama sebenarnya tokoh El atau YHWH juga 
disebut merupakan evolusi dari dewa-dewi Babel, padahal banyak ahli 
sejarah agama yang mempercayai proses sebaliknya yaitu bahwa pada 
mulanya Allah yang esa dan jamak itu (Elohim) menyatakan diri kepada 
manusia namun bagi bangsa-bangsa yang tidak menerima El atau YHWH 
sebagai Tuhan pemberi Wahyu, konsep ketritunggalan itu kabur dan 
merosot menjadi politheisme yang `tritheis.' 

Demikian juga bahwa ada pengaruh Platonis sudah jelas berbeda dengan 
kenyataan sejarah, sebab dari sejarah kita mengetahui bahwa tumbuhnya 
konsili-konsili gereja adalah sebagai usaha untuk mempertahankan 
kemurnian wahyu Allah dalam Alkitab dari semangat Gnostik dan Plato 
yang sangat kuat mempengaruhi kekristenan mengingat Alkitab Kristen 
aslinya ditulis dalam bahasa Yunani. 

Sebenarnya untuk mengetahui kepercayaan mengenai hakekat Allah, kita 
harus menerima dulu kenyataan bahwa Alkitab adalah firman yang 
penulisannya diilhami Allah, maka dengan dasar kepercayaan demikian 
maka kita dapat menggali apa yang dikatakan oleh Alkitab sebagai 
penyataan Allah itu mengenai hakekat diri Allah sendiri. 

Sebenarnya, pengertian Trinitas/Tritunggal mengungkapkan bahwa Allah 
Itu Esa (Shema, Ul.6:4; Gal.3:20), namun dalam keesaanNya itu 
menyatakan diri dalam Tiga pribadi. Sekalipun demikian ke tiga 
pribadi itu sehakekat dalam kesatuan pemeliharaan Allah. 

Dalam Kej.1:26;3:22;11:7, kita melihat TUHAN menyebut dirinya dalam 
bentuk jamak (Kita). Kej.1:1-2 menunjuk Allah Bapa dengan Roh 
terlibat dalam penciptaan sedangkan Yoh.1:1 menunjukkan Allah Bapa 
dan Logos terlibat pada peristiwa yang sama. Jadi baik Roh maupun 
Yesus sudah ada sejak awal sama halnya dengan Bapa dan ketiganya 
bersatu dalam penciptaan. 

Kejadian 1 menunjukkan bahwa Elohim atau Allah Bapa itulah pencipta, 
namun kita melihat Mzm.33:8 menyebut bahwa "oleh firman TUHAN langit 
telah dijadikan" sedangkan Yesus disebut sebagai firman yang 
menciptakan segala sesuatu (Yoh.1:1-18), jadi kedua penyataan itu 
identik menunjuk pada yang Esa. Yesus juga disamakan dengan YHWH 
sebagai `Alpha dan Omega' (Why.22:13;band.1:8;21:6) dan `Awal dan 
Akhir' (Why.1:17; 2:8; band.21:6;Yes.44:6;48:12), jadi Yesus bukan 
ciptaan tetapi sama-sama pencipta sejak awal. 

Sekalipun disebutkan bahwa tidak seorangpun melihat Allah, TUHAN 
menyatakan diri sebagai Malaekat TUHAN (Malak Yahweh) yaitu tiga 
orang yang berrtemu Abraham (Kej.18:1-22). Yesus juga mengatakan 
bahwa Ia ada sebelum Abraham ada (Yoh.8:58). Ayat terakhir ini 
sebenarnya berkata bahwa sebelum Abraham lahir Yesus itu `Ada' (`ego 
eimi' yang artinya sama dengan `Aku adalah Aku' dalam Kel.3:14). 
Dalam kitab Hakim-Hakim kita melihat ke tiga oknum TUHAN, Malaekat 
Allah dan Roh Tuhan bekerja bersama atas diri Simson. (Hak.13) 

Yesaya menyebut mengenai keesaan Allah (Yes.44:6;45:5,22;46:9), namun 
dalam surat yang sama kita melihat ketritunggalan itu hadir bersama 
(Yes.40;48:16-17). Juga difirmankan bahwa YHWH tidak akan memberikan 
kemuliaan kepada yang lain (Yes.42:8;48:11), tetapi dalam 
inkarnasinya Yesus minta Bapa agar mempermuliakan Anak 
(Yoh.17:1,5;Why.14:7;15:4) ini menunjukkan bahwa keduanya sama-sama 
dipermuliakan. 

Petrus mengaku Yesus sebagai Messias dan Anak Allah (Mat. 16:16). 
Thomas memanggil Yesus  Tuhan dan Allah (Yoh.20:28) suatu pengakuan 
yang kelihatannya sudah menjadi pengakuan jemaat awal mengacu pada 
pengakuan pemazmur (35:32). Paulus dalam salamnya menyebut dua oknum 
Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus  sebagai kesatuan terkait 
(1Kor.1:3). Demikian juga Yoh.14-16 menyebutkan oknum Roh Kudus 
sebagai pribadi yang menyatu dalam ke'Allah'an, justru karena 
pribadi, Roh Kudus disetarakan dengan pribadi Bapa dan Anak dalam 
rumus baptisan (Mat.28:19). 

Ke'Tuhan'an Yesus sudah nyata sebab sejak kebangkitan, pengakuan 
bahwa `Yesus adalah Tuhan' sudah diucapkan jemaat, namun Saksi-Saksi 
Yehuwa selalu menerjemahkan `Kurios = Tuhan' yang terkait 
dengan `Yesus' sekedar sebagai Tuan, padahal kalau terkait Bapa 
selalu diterjemahkan Yehuwa (lihat TRINITAS (2)). Perendahan demikian 
juga berlaku dalam jabatan Allah yang terkait Yesus yang diusahakan 
diterjemahkan menjadi `suatu allah' (a god, Yoh.1:1), namun dalam 
ayat lain yang tidak dapat dicari dalihnya diberi pengertian lain. 

Sebagai contoh ayat Yes.9:5 jelas menunjukkan bahwa "Allah yang 
Perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai" ditujukan kepada Yesus, 
namun SSY berdalih bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa, padahal 
pada Yes.10:21 dan Yer.32:18, YHWH juga disebut sebagai Allah Yang 
Perkasa, bahkan sekalipun `Tidak Ada Allah lain' 
(Yes.44:44:6;45:5,22;46:9), dua kali disebutkan bahwa Bapa mengatakan 
Anak sebagai `Allah' yang diurapi `Allah' (Ibr.1:8,9) dan bukan hanya 
Bapa tetapi Anak pun disembah oleh malaekat dan dimuliakan (Ibr.1:6; 
band. Why.1:17;4:10-11;14:7;15:4; dan 19:10;22:8-9). Yesus juga 
disebut "Imanuel" yaitu `Allah menyertai kita' (Yes.7:14;Mat.1:23). 

Ayat-ayat di atas cukup jelas mengenai ke'Allah'an Yesus, dan bila 
kepribadian `Roh Kudus' juga banyak dibuktikan dalam Alkitab, 
bagaimana kita bisa diyakinkan bahwa `Roh Kudus adalah Allah'? 
Sekalipun tidak secara eksplisit disebutkan, kehadirannya selalu 
dikaitkan dengan Allah (Roh Allah & Roh TUHAN). Roh Kudus juga 
terlibat dalam penciptaan sejak awalnya (Kej.1:1-2). Juga disebut 
agar `Jangan Mendukakan Roh Kudus' dan `yang menghujat tidak akan 
diampuni' (Mat.12:31). Menghujat Allah adalah sifat si Dajal 
(Why.13:5,6) dan `neraka adalah tempat hukuman mereka yang menghujat 
Allah' dan tidak bertobat (Why.16:9). SSY mempersoalkan Mat.12:32 
yang diartikan bahwa Anak manusia lebih rendah dari Roh Kudus. 
Tentunya tidak karena `Anak manusia' adalah Yesus dalam status 
inkarnasi yang memang lebih rendah (Flp.2:5-11;Ibr.2:9). 

Sekalipun dalam Perjanjian Baru istilah Tritunggal tidak ada, 
petunjuk ke arah situ sangat jelas, seperti dalam peristiwa 
pembaptisan Yesus (Mat.3:16-17) dimana ketiga oknum itu menyatakan 
diri, demikian juga perintah agung penginjilan (Mat. 28:19) dengan 
jelas menyebutkan ke tiga oknum Allah dalam kesatuan. Ketritunggalan 
itu juga tercermin dalam pengurapan `Yesus yang berinkarnasi' 
(Luk.4:18-19;Yes.61:1,2). 

Salam Paulus mengungkapkan keesaan tiga oknum (2Kor.13:14). Petrus 
menyebut Allah Bapa sebagai perencana, Roh sebagai pengudus, dan 
Yesus sebagai penebus (1Pet.1:2;band.Yes.48:16-17). Jadi, 
ketritunggalan Allah berkaitan dengan pemeliharaan dan penebusan 
Allah yang menyeluruh kepada manusia. Yes.48:16-17 mengungkapkan 
ketiga oknum Allah bersama-sama dalam karya keselamatan 
(band.1Kor.12:3-6), dan `jalan keselamatan' yang digenapi oleh Yesus 
yang dirintis jalannya oleh Yohanes Pembaptis merujuk nubuatan Yesaya 
tentang `jalan keselamatan YHWH/El' (Luk.3:4-6;Yes.40:3-5). 

Dari beberapa contoh ayat di atas kita dapat melihat bahwa pengertian 
Trinitas/Tritunggal sudah tersirat baik dalam Perjanjian Lama maupun 
Perjanjian Baru, dan sekalipun tidak dirumuskan dalam suatu rumusan 
doktrin tertentu, dapat dilihat bahwa disadari atau tidak, jemaat 
pada masa Yesus dan para Rasul sebenarnya sudah mengakui 
ketritunggalan Allah dan karena sudah jelas tidak perlu ada perumusan 
sebagai suatu doktrin. Timbulnya doktrin pada abad ke-IV adalah suatu 
langkah situasional yang diusahakan dalam rangka menghadapi 
penyesatan Arius. Pengembangan doktrin ini pada abad ke-4 bukanlah 
merupakan perumusan doktrin baru, namun merupakan upaya memperjelas 
apa yang sudah dipercayai gereja secara umum menghadapi pandangan 
Gnostik, Platonis dan Arianisme yang menyimpang. 

Sebaiknya penjelasan soal Trinitas tidak perlu disertai perumusan 
yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru, sebab tidak ada 
perumusan manusia yang bisa sempurna menggambarkan trinitas Allah, 
sebab sebenarnya Alkitab sendiri cukup banyak contohnya. Karena itu 
marilah kita membuka diri kepada penyataan Alkitab sendiri dan berdoa 
dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin! 


II. Sejarah Trinitas 

Soal ajaran Trinitas atau Tritunggal yang dipercayai umat Kristen 
sering dijadikan batu sandungan. Sejak kehadiran Yesus, agama Yahudi 
menolak dengan tegas ke'tuhan'an maupun ke'alah'an Yesus, Arius pada 
abad ke-4 menolak menyetarakan Yesus dengan Allah, dan pada akhir 
abad ke-19 ajaran anti-trinitarian Arianisme muncul kembali dalam 
Saksi-Saksi Yehuwa yang bukan hanya sangat anti-trinitarian, namun 
juga menganggapnya sebagai ajaran yang dipengaruhi dewa-dewi Babel & 
Mesir, Plato, bahkan disebut sebagai berasal dari setan, dan 
dikembangkan oleh susunan Kristen pada abad ke-4. Benarkah bahwa 
ajaran Trinitas itu baru muncul di abad ke-4? 

Kelihatannya soal ini cukup simpang siur karena orang-orang lebih 
menilainya dari sudut prasangka. Bila kita menyimak ajaran gereja 
sejak awalnya, ajaran mengenai Tuhan yang esa (shema) yang menyatakan 
diri dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus, sebenarnya sudah ada sejak 
Perjanjian Lama sekalipun tidak diungkapkan sebagai suatu rumusan 
doktrin tertentu, lagipula istilah Trinitas tidak ada dalam Alkitab 
baik PL maupun PB. Kalau begitu, mengapa soal ini kemudian berkembang 
dan memuncak di abad ke-4 sebagai suatu doktrin yang disebut 
Trinitas? 

Bila kita mempelajari Alkitab Perjanjian Lama dengan hati terbuka, 
memang disitu keesaan Allah jelas ditekankan, namun di banyak bagian 
dapat dilihat adanya ungkapan pernyataan lainnya selain Allah Bapa, 
misalnya Malaekat Allah, firman Allah dan juga Roh Allah. Dalam 
Perjanjian Baru pernyataan mengenai keesaaan Allah juga masih terus 
didengungkan, namun sejalan dengan itu soal penyataan Allah dalam 
firman (Logos) maupun Roh Kudus (Parakletos) makin jelas terungkap. 
Jadi, sekalipun dalam PL maupun PB tidak dirumuskan dalam bentuk 
doktrin Trinitas, keyakinan mengenai Tuhan yang Esa yang menyatakan 
diri itu menjadi bagian pengakuan iman umat percaya sejak awalnya. 

Praktis jemaat pertama menerima ketritunggalan itu tanpa 
mempersoalkan dan mereka dalam upacara pembaptisan anggota jemaat 
yang baru selalu mengulang-ulang perintah Tuhan Yesus yang menyuruh 
mereka membaptis dalam nama `Bapa, Anak dan Roh Kudus' (Mat.28:9), 
ini mencakup pengakuan seperti yang diutarakan oleh Thomas 
yaitu `Tuhanku dan Allahku' (Yoh.20:28). 

Sekitar abad pertama, pengaruh luar mulai mempersoalkan keyakinan 
soal hakekat Allah yang diterima tanpa reserve oleh jemaat pertama 
itu. Pada waktu itu ada pengaruh kuat kepercayaan mistik gnostik yang 
berkembang disekitar Laut Tengah. Gnostik mengajarkan bahwa ada dua 
asal yang menghasilkan segala sesuatu, yaitu Allah yang menciptakan 
roh dan Demi Urgos yang menciptakan dunia materi. Disini kekuatan 
Allah dibatasi kekuasaan demi-urgos itu, dan Allah tidak pernah 
menyatakan diri. Allah Anak yang kemudian menjadi manusia, dalam 
gnostik dianggap termasuk dalam dunia roh, yang diciptakan oleh 
Allah. Kepercayaan ini ada juga pengaruhnya di kalangan Kristen dan 
kelihatannya merangsang timbulnya aliran Arianisme pada abad ke-4. 

Sebenarnya sejak abad ke-2 sudah ada usaha untuk merumuskan hakekat 
Allah, misalnya dalam diri Theofilus dari Antiokhia (ca.180) yang 
menyebut istilah `triad' dan kemudian Tertulianus menyebut soal 
Trinitas namun belum dalam perumusan doktrin tertentu. Timbulnya 
usaha untuk merumuskan soal ketritunggalan itu dalam perumusan 
Trinitas sebenarnya dipicu oleh adanya gagasan berbeda yang 
dilontarkan oleh Arius (ca.320), seorang penatua gereja di 
Alexandria. 

Arius mengemukakan bahwa Anak Allah adalah ciptaan dan sebagai firman 
(logos) ia bukanlah Allah dan juga bukan manusia biasa. Firman adalah 
ciptaan yang berada di antara Allah dan manusia, ia lebih rendah dari 
Bapa, namun diangkat sebagai `anak angkat' dengan gelar `Anak Allah.' 
Firman itu diciptakan pertama dan paling besar dari semua ciptaan, 
kemudian firman itu menciptakan yang lainnya. Menurut Arius ada 
saatnya dimana firman itu tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah 
dan disebut `Allah' juga. 

Pada umumnya mayoritas bapak gereja menolak ajaran Arius yang 
dianggap tidak sesuai dengan Alkitab.  Alexander, uskup Alexandria 
menolak pemikiran Arius dan karena menjadi perdebatan di kalangan 
beberapa pimpinan jemaat, raja Konstantin mengadakan Konsili Nicaea 
pada tahun 325 untuk membahas kontroversi ajaran Arius ini. Mayoritas 
yang hadir dari 300 peserta dalam konsili itu menolak ajaran Arius 
dan menganggapnya tidak sesuai dengan firman Tuhan dan meneguhkan 
kepercayaan semula mengenai ke'Allah'an Yesus yang setara dan 
sehakekat dengan Allah Bapa. 

Tanpa adanya doktrin trinitas pun mayoritas jemaat pada abad-abad itu 
mengaminkan ada kejamakan dalam keesaan Allah. Namun karena 
Konstantin ingin netral, hasil Konsili tidak ditindak lanjuti olehnya 
apalagi anaknya bersimpati kepada Arius. Apalagi, kala itu Eusebius, 
uskup Konstantinopel, kawan dekat Arius dan yang berpegang teologi 
Origen dalam usahanya mencari pengaruh di Roma memfitnah Athanasius 
sehingga Athanasius beberapa kali harus masuk keluar penjara. Namun, 
iman Athanasius tetap teguh dan ia terus berjuang memperjuangkan 
kebenaran. 

Dengan kematian Alexander (328) Athanasius menggantikannya, dan ia 
tetap teguh mempertahankan imannya dan sekali lagi dalam Konsili 
Konstantinopel (381), ajaran ke'Allah'an Yesus kembali diteguhkan dan 
ketritunggalan Allah dirumuskan sebagai ajaran Trinitas, akibatnya 
Arianisme mengalami kemunduran hingga menghilang pada tahun 650. Dari 
sejarah ini kita mengetahui bahwa doktrin `tritunggal' bukanlah 
kepercayaan yang berkembang pada abad ke-4 yang dihasilkan oleh 
gereja Kristen tetapi dalam menghadapi bidat Arius maka gereja merasa 
perlu memberikan perumusan yang jelas akan kepercayaan yang sudah ada 
sejak awal kekristenan itu. 

Sekalipun Arianisme sudah usai, secara sporadis ada juga kelompok-
kelompok kecil yang mempercayai faham keesaan Allah semacam 
Arianisme, mereka biasanya disebut sebagai Unitarian. Salah satu 
kelompok unitarian dibentuk oleh John Thomas yang lahir di London 
pada tahun 1805 dan kemudian berimigrasi ke Amerika pada tahun 1832 
dan bergabung dengan kelompok Cambelit. Karena bentrok ia mendirikan 
sendiri aliran Christadelphian pada tahun 1838. 

Christadelphian menganut Arianisme, yang tidak mengakui trinitas 
sebab yang ada hanya Allah saja. Yesus dipercayai bukan sebagai Anak 
Allah namun sebagai manifestasi roh Allah dalam diri manusia. Kristus 
baru ada setelah Yesus lahir, dan Yesus bukan Tuhan. Roh Kudus hanya 
alat kuasa yang keluar dari Allah. Kematian Yesus hanya merupakan 
ekspresi kasih Allah yang perlu dalam penebusan dosa, penebusan Yesus 
untuk menebus dosa manusia tidak diterima. Benyamin Wilson, seorang 
tokohnya, menerjemahkan Alkitab dari bahasa asli secara kata demi 
kata dan kemudian deretan kata itu ditafsirkan menjadi kalimat. 
Terjemahan ini disebut The Emphatic Diaglott (1864). 

Pada tahun 1872 Charles Taze Russel mendirikan kelompok penyelidikan 
Alkitab yang mengacu pada beberapa ajaran Christadelphian dan 
menggunakan terjemahan Emphatic Diaglott sebagai acuan dan kemudian 
dasar untuk terjemahan mereka `The New World Translation of the Holy 
Scripture' (NW, 1950-1961). Kelompok ini kemudian menamakan dirinya 
Saksi-Saksi Yehuwa sejak 1931. SSY merupakan kebangunan kembali 
semangat anti-trinitarian Gnostik dan Arianisme. 

III. Trinitas & Saksi - Saksi Yehuwa 

Aliran penganut anti-trinitarian Arianisme yang kuat saat ini dan 
sangat agresif dalam menentang ajaran Trinitas adalah Saksi-Saksi 
Yehuwa. Dalam buku-buku dan literatur SSY lainnya, kita dengan mudah 
menjumpai sikap yang menentang Trinitas, dan bahwa Yesus disebut 
Ciptaan yang lebih rendah dari Bapa, dan bahwa Roh Kudus adalah 
sekedar tenaga aktif atau kekuatan dari Allah. Bahkan lebih dari itu 
pengajaran Trinitas dianggap sebagai ciptaan Setan (Karena Allah Itu 
Benar Adanya, h.105). 

Kelihatannya SSY pendiri SSY mempunyai pengalaman traumatis yang 
pahit dengan gereja yang disebutnya susunan Kristen sehingga pada 
masa modern ini masih mengungkapkan rasa kebencian sebagai luapan 
emosi yang menghasilkan ucapan yang sarkastis seperti gereja 
disebut "babel Besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari 
kekejian bumi" (Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah, h.51-
52), karena itu setiap SSY diharuskan melepaskan diri dari 
keanggotaan gereja Kristen. 

Umat Kristen dianggap sebagai "memuja Allah yang kusut, yang rupanya 
ganjil serta mempunyai tiga kepala. ... sesungguhnya seorangpun belum 
pernah melihat seorang mahluk manusia berkepala tiga" (Karena Allah 
Itu Benar Adanya, h.106-107) disebut SSY merujuk manusia sebagai 
gambar Allah. Trinitas bahkan diasosiasikan dengan tritheis Horus-
Osiris-Isis atau Rameses II - Amon-Ra - Nut (keduanya dari Mesir), 
Istar-Sin-Samas (Babel), Trimurti (India), dan gambaran artis tentang 
Allah berkepala tiga.  (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, 
h.2,10). 

Tidak dapat disangkal, bahwa selain adanya pengaruh Gnostik dan 
Arianisme, Charles Taze Russel, pendiri SSY, juga tanpa sadar 
dipengaruhi konsep Buddhisme ketika ia belajar agama-agama Timur 
(Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah, h.122). Konsepnya 
mengenai kematian roh dan roh sebagai kekuatan ilahi, dan ditolaknya 
siksaan kekal adalah khas ajaran mistik agama timur Zen Buddhisme. 

Kita perlu kritis dalam membaca literatur SSY sekalipun kelihatannya 
bersifat ilmiah karena mengutip banyak sumber. Dalam buku promosi SSY 
berjudul `Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?', dikemukakan 
bahwa ajaran Tritunggal adalah ajaran kafir yang dipengaruhi Mesir 
dan Plato (h.3-12) dan SSY mengutip pernyataan tokoh-tokoh gereja 
yang anti-trinitarian (h.7) seperti Justin Martir, Ireneus, Clement 
dari Alexandria, Tertulianus, Hypolitus dan Origen. Ini justru 
menunjukkan argumentasi kontradiktif yang rancu. 

Dari sejarah kita mengetahui bahwa perumusan Trinitas dikemukakan 
baik oleh uskup di Mesir (Alexander & Athanasius) juga oleh Eropah 
(Irenius dan umumnya bapak-bapak gereja Roma) untuk menghadapi Arius. 
Berbeda dengan mitologi Babel dan Mesir yang men'tiga'kan Tuhan, 
tokoh-tokoh ini justru menekankan ke'Tunggal'an Allah. Justru 
Ariuslah (penatua Alexandria) yang menekankan ke'tiga'an itu dimana 
yang kedua dianggap lebih rendah dari yang pertama. Kutipan seakan-
akan diucapkan Irenius diragukan, karena bersama-sama Alexander dan 
Athanasius, Irenius sebenarnya menekankan `keesaan Logos adalah Allah 
baik dalam penciptaan maupun penebusan manusia.' 

Yang menarik, faktanya contoh tokoh lainnya yang disebutkan itu 
justru mereka yang mengawinkan filsafat Plato (Logos lebih rendah 
dari Allah) dengan Alkitab, terutama Justin Martir, Clement dari 
Alexandria dan muridnya Origen, dan mereka ditentang oleh tokoh-tokoh 
Gereja yang ingin membebaskan Alkitab dari pengaruh Yunani. Pada 
Konsili Nicaea dan Konstantinopel, selain Arius, ide tokoh-tokoh 
contoh itu ditentang oleh mayoritas, bahkan pada tahun 362 setengah 
pengikut Origen tidak setuju dengannya mengenai perendahan Logos dan 
pemisahan Logos dari Allah, dan kemudian bergabung dengan Athanasius. 
Pada tahun 399 ajaran Origen ditolak gereja. 

Contoh-contoh di atas menunjukkan argumentasi yang bersifat 
kontradiktif. Di satu segi penganut Trinitas dituduh dipengaruhi 
Plato, padahal di segi lain justru penganut Platolah yang dijadikan 
contoh untuk menentang penganut Trinitas (yang notabene menentang 
Plato). 

Contoh manipulasi fakta lainnya dalam buku itu adalah ucapan mengenai 
hadirin Konsili Nicaea yang disebut "Yang hadir kira-kira 300, 
sebagian kecil dari jumlah keseluruhan" (h.8), ini memberi kesan 
bahwa penganut Trinitas adalah minoritas. Padahal, fakta sejarah 
menyebutkan jumlah itu adalah mayoritas uskup yang ada pada saat itu 
dan mayoritas dari jumlah itu menolak gagasan Arius. Kalau 300 
dianggap sebagian kecil berarti saat itu mestinya sudah ada ribuan 
uskup di sekitar laut Tengah! Fantastis bukan? Buku itu dan literatur 
SSY lainnya sama sekali tidak menyebut adanya tokoh `Arius' yang 
menyebabkan diadakannya Konsili itu dan yang justru mereka anut 
ajarannya. 

Rekayasa data buku itu juga ditunjukkan dalam argumentasi mengenai 
ayat Yohanes 1:1 (Firman itu adalah Allah) yang diterjemahkan oleh 
SSY menjadi `Firman itu adalah suatu allah'. Untuk mendukungnya 
dikutip beberapa kutipan terjemahan Alkitab yang senada 
(lihat `Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?', h.27 dan `Kitab-
Kitab Yunani Kristen terjemahan Dunia Baru', h.414), padahal bila 
kita teliti kita mengetahui bahwa contoh-contoh itu umumnya ditulis 
oleh pengikut Unitarian, Christadelphian dan SSY sendiri, termasuk 
The Emphatic Diaglott dan New World Translation of the Holy Scripture 
yang notabene turunan dari Diaglott. Alkitab versi bahasa Inggeris 
yang digunakan mayoritas umat Kristen seperti KJV, AV, RSV, NIV 
maupun Douay (RK) semua menerjemahkan "The Word Was God' (bukan a 
god) demikian juga terjemahan baru dalam bahasa Indonesia "firman itu 
adalah Allah." (LAI. Mengenai ini sudah dibahas dalam artikel `Saksi-
Saksi Yehuwa dan Alkitab')

Dari rekayasa data buku itu kita dapat melihat bahwa penerjemahan 
Alkitab secara linear (Diaglott, yang artinya dua bahasa) juga 
dilakukan dengan rekayasa. Yang mencolok adalah memasukkan ajaran 
anti-trinitarian Arianisme dalam  penerjemahan Alkitab tersebut, 
sesuatu yang dalam bahasa Yunani disebut `eisegese' (memasukkan 
kedalam) dan bukan `exegese' (menggali keluar).

Selain contoh ayat Yoh.1:1 (dalam 18 ayat pertama Injil Yohanes fasal 
1 ada 6 kata `Theos' yang tidak didahului oleh kata sandang `ho' 
[dhi. Yoh.1:1 = ton], satu [ayat 1] ditujukan kepada Yesus dan lima 
lainnya [ayat 6,12,13 dan duakali dalam 18] ditujukan kepada Allah. 
Bila konsekwen, maka 5 kali itu menunjukkan bahwa Allah Yehuwa 
adalah `a god' juga). Ayat Kol.1:16-18 dalam terjemahan NW 
ditambahkan kata `other' atau `yang lain' sehingga menimbulkan kesan 
bahwa Yesus ciptaan yang kemudian menciptakan ciptaan `yang lain' 
padahal kata itu tidak ada dalam naskah aslinya.

Contoh rekayasa lainnya adalah penerjemahan kata `Kurios'. Dalam 
Septuaginta kata itu terjemahan kata Ibrani `YHWH' dan `Adonai', YHWH 
nama diri Tuhan, Adonai dalam Perjanjian Lama digunakan sebagai `nama 
diri' dan 'sebutan Tuhan' tetapi secara terbatas juga berarti `tuan'. 
Perjanjian Baru juga menggunakan kata `Kurios', namun dalam 
terjemahan SSY (NW) terlihat rekayasa yang mencolok. Bila 
kata `Kurios' dalam konteksnya berkaitan dengan Allah, maka 
diterjemahkan Yehuwa, namun bila dikaitkan dengan Yesus 
diterjemahkan `Tuan Yesus!' Contohnya ucapan Thomas yang 
mengatakan "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh.20:28) diterjemahkan 
menjadi "Tuanku dan Allahku" (NW), padahal ucapan ini adalah 
pengakuan jemaat pertama yang sesuai dengan ucapan pemazmur "ya 
Allahku dan Tuhanku" (Mzm.35:32) yang dalam Mazmur ditujukan kepada 
YHWH.

Biasanya, Yesus selagi direndahkan yang bersifat sementara, dianggap 
bersifat tetap (permanen), dan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus 
sebagai `manusia' itulah yang dipakai sebagai argumentasi untuk 
menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah. Contoh pemotongan 
ayat yang dilepaskan dari konteks adalah penafsiran bahwa 
Yesus "lebih rendah dari malaikat-malaikat" (Ibr.2:9) dengan 
komentar "Bagaimana mungkin suatu bagian keilahian yang mahakuasa-
Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada malaikat-
malaikat?" (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal, h.15). Padahal, 
ayat lengkapnya berbunyi "tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat 
dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat" (Ibr.2:9) 
dan ayat sebelumnya berbunyi: "Dan ketika Ia membawa pula AnakNya 
yang sulung ke dunia, ia berkata: "Semua malaikat Allah harus 
menyembah Dia." (Ibr.1:6). Bahkan disebutkan pula oleh YHWH bahwa 
Yesus adalah Allah sampai dua kali (Ibr.1:8,9).

Bila memang Alkitab tidak menyebutkan Yesus sebagai `Tuhan' 
dan `Allah' tentu penerjemahan sesuai kaidah bahasa yang digunakan 
umat Kristen (yang diterjemahkan para ahli teologi dan bahasa asli) 
tentu akan mengungkapkan hal itu dan kita tinggal menunjukkan ayat-
ayat yang mana. Justru karena SSY memasukkan doktrinnya ke dalam 
penerjemahan, maka dalam Alkitab SSY (NW, yang diterjemahkan bukan 
oleh ahli teologia dan ahli bahasa asli) dibuat sedemikian rupa 
sehingga kedua jabatan Kristus itu tidak diberikan kepadanya 
melainkan dijadikan sekedar `tuan' dan `suatu allah.'

IV. Trinitas dan Pentakosta

Sekalipun bagian terbesar kekristenan menerima Trinitas/Tritunggal, 
namun adalah kenyataan bahwa dari ketiga oknum penyataan Allah itu, 
Roh Kudus paling sedikit dihargai dalam sejarah gereja. Gerakan 
Pentakosta pada akhir abad ke-19 yang kemudian di ulang lagi dengan 
kebangunan gerakan Kharismatik pada awal tahun 1960-an kelihatannya 
merupakan jawaban Tuhan atas perendahan Roh Kudus yang dilakukan oleh 
Saksi-Saksi Yehuwa sejak akhir abad ke-19 yang menganggapnya sekedar 
sebagai tenaga aktif dari Allah. Gerakan Pentakosta membangunkan 
kembali kesadaran umat akan Roh Kudus yang adalah pribadi dan bagian 
dari keesaan Allah dan berkembang dengan luar biasa sebagai `the 
third force' dalam kekristenan setelah RK dan Protestan. Berikut 
adalah kutipan ajaran Pentakosta mengenai Roh Kudus yang dimuat kamus 
Pentakosta & Kharismatik, sbb.:

PRIBADI ILAHI YANG JELAS 

"Di seluruh Alkitab kita melihat Roh Kudus sebagai pribadi yang 
nyata, melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh pribadi. Kita 
melihatNya dengan pikiran, itelegensia, dan pengetahuan 
(Rm.8:27;1Kor.2:11). Ia memiliki kemauan (1Kor.12:1). Ia menunjukkan 
cinta dan kasih-sayang (Rm.15:30). Ia berbicara kepada Filipus 
(Kis.8:29). Ia menyuruh Petrus (Kis.11:12). Ia menyuruh jemaat untuk 
mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk tugas pelayanan untuk mana 
mereka telah dipanggil (Kis.13:2,4). Pada satu kesempatan Ia melarang 
Paulus berbicara di propinsi Asia (Kis.16:6-7). Ia berbicara kepada 
sidang jemaat (Why.2:7,11,17,29). Ia bergabung dengan gereja untuk 
mengundang yang lainnya untuk datang (Why.22:7).

Kita melihat juga bahwa Roh Kudus dapat dijadikan sedih atau duka 
(Yes.63:10;Ef.4:30), dihujat atau dihina (Mat.12:31;Ibr.10:29), 
dibohongi (Kis.5:3), dan dicobai atau diuji (Kis.5:9). Tidak ada 
tenaga tak berpribadi seperti cahaya atau listrik yang menunjukkan 
kesedihan atau cinta-kasih demikian. Orang-orang dalam Alkitab dapat 
menyambutNya atau menolakNya, namun mereka menerimanya sebagai Roh 
Allah (Kej.6:3;Kel.31:3;Hak.6:34;Yes.61:1;Rm.8:9;2Kor.3:3). Ia adalah 
Roh dari Bapa (Mat.10:30) dan Roh dari Anak (Gal.4:6). Ia Allah yang 
benar, sama halnya dengan Bapa adalah Allah dan Anak adalah Allah, 
seperti mereka, ia memiliki sifat-sifat ilahi. Ia mahahadir 
(Mzm.139:7-8). Ia mahatahu (Yes.40:13;1Kor.2:10-11). Ia mahakuasa 
(Za.4:6). Ia kekal (Ibr.9:14). Ia juga baik sama halnya Allah adalah 
baik (Neh.9:20;Mzm.143.10).

Fakta bahwa ia adalah pribadi yang jelas terlihat juga dalam ayat-
ayat seperti Yes.48:16, "Dan sekarang, Tuhan Allah mengutus aku 
dengan Roh-Nya". Yesus menyebutkan Roh sebagai pribadi yang jelas 
ketika mengutip Yes.61:1, "Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena 
TUHAN telah mengurapi aku." Lalu Ibr.9:14 menyatakan bahwa 
Kristus "yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya 
sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat." (lihat 
Bickersteth, 1959,58-59). Yesus kemudian menunjuk Roh Kudus 
sebagai "Penolong Yang Lain" (Yoh.14:16;15:26;16:7).

Banyak ayat-ayat lainnya menunjukkan keesaan dan kerjasama yang 
sempurna. 1Kor.12:4-6 menunjukkan bahwa Roh, Tuhan Yesus, dan Allah 
Bapa adalah sejajar. Ef.4:4-6 mengungkapkan mereka sebagai kordinasi 
yang sempurna. Mereka semua tinggal di Bait sebagai Allah 
(1Kor.3:16;6:19;Kol.1:27). Pengajaran ini sering dipertentangkan 
selama abad-abad awal gereja. Beberapa penganut Gnostik menganggap 
Roh Kudus hanya sekedar pancaran atau radiasi. Pada abad ke-3 Origen 
menempatkan Roh dalam status yang lebih rendah. Kultus Makedonia 
menganggap Roh sebagai mahluk yang tidak diciptakan namun tidak 
memanggilnya Allah. Pada abad ke-4 orang-orang Arian, yang mengajar 
Yesus sebagai mahluk ciptaan, tidak menerima ketuhanan Roh. Tidak 
sulit bagi pengikut-pengikut demikian untuk menganggap Roh sekedar 
tenaga atau pengaruh yang tidak berpribadi.

Yang lain, seperti Sabellius pada abad ke-3, mennyangkal Trinitas 
dengan cara lain. Ia mengajar bahwa Tuhan yang satu menyatakan 
dirinya dalam bentuk, cara, atau kapasitas yang berbeda-beda. Bagian 
terbesar orang Pentakosta melihat bahwa Alkitab mengajar 
ketritunggalan dengan tiga pribadi yang jelas yang perbedaannya tidak 
melanggar keesaan keberadaan Allah.

Mereka akan setuju, misalnya dengan yang disebut Kredo Athanasius, 
yang secara eksplisit  menyatakan: "Kami menyembah Allah yang esa 
dalam Tritunggal, dan Tritunggal dalam Keesaan, tanpa pengaburkan 
masing-masing Pribadi, juga tidak membagi-bagi hakekatNya. Karena ada 
satu pribadi Bapa, yang lain dari Anak, dan lainnya dari Roh; Namun 
keAllahan dari Bapa, dari Anak dan dari Roh Kudus semuanya adalah 
satu, kemuliaannya sama, dan keagungan-Nya kekal."  Kredo-kredo yang 
kemudian kadang-kadang merendahkan Roh Kudus dalam bentuk tertentu. 
Namun bagian terbanyak orang-orang Pentakosta, seperti orang-orang 
Methodis dalam pengakuan mereka tahun 1789, menghindari kontroversi 
demikian. Orang-orang Pantakosta biasanya menerima Roh Kudus sebagai 
pribadi dan memberi perhatian lebih pada karyanya."

(S.M. Burgess & G.B. McGee (eds), `Dictionary of Pentecostal and 
Charismatic Movements', Zondervan, 1993, h.410-411)

Kiranya pandangan aliran Pentakosta yang diikuti oleh aliran 
Kharismatik mengenai Roh Kudus di atas menambah pengertian kita 
mengenai Trinitas dengan lebih lengkap.










------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Re: Siapakah Tuhan Kita?