[nasional_list] [ppiindia] Re: Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka

  • From: "Lina Dahlan" <linadahlan@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 22 Mar 2005 05:15:11 -0000

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **


Kalo menurutku, Ali Sadikin ini cukup jeli. Ini bagian dari 
sekularisasi yang bukan sekularisme

Melegalisasikan ato melokalisir Judi (pada tatanan kepemerintahan) 
tidak berarti langsung penghalalan Judi(pada tatanan agama). 
Pemerintah tidak serta merta menganjurkan umat untuk untuk berjudi, 
karena dalam legalisasi ini akan diatur & dikenakan denda2 dan 
sangsi2 juga kalau para penjudi tidak memenuhi persyaratan.

Maksudku sih, pada tempat2 judi dibuat aja tulisan "Judi itu Haram" 
trus "Dibawah usia 15tahun dilarang masuk ke kawasan ini", "Kawasan 
untuk bermaksiat", jadi orang tahu lah kalo itu tempat maksiat. Kalo 
yang gak punya malu dan mau bermaksiat silakan dateng ke tempat itu, 
jangan ke tempat lain. Jangan menebar kemaksiatan ditempat lain...
Kalo ketahuan main or bermaksiat ditempat lain kena hukuman berat.
Jadi, kawasan tsb bisa jadi tempat kita tahu sapa aja sih yang suka 
pergi ke situ?

Lalu duitnya untuk apa? ya buat memerangi kemaksiatan itu sendiri 
dengan mendirikan sekolah, rumah sakit, dan memerangi segala 
kejahatan lainnya, semisal memerangi narkoba, biar keamanan lebih 
terjamin...kalo para alim ulama gak mau duitnya buat bangun mesjid 
or sekolah Islam...

uang haram utk memerngi keharaman itu sendiri...

Sorry ya kalo gak berkenan.

wassalam,


--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, Yustam@xxxx wrote:
> 
> ali sadikin ini orangnya keblinger juga,  mencari uang lewat judi,
> beliau berpikir jakarte sama dengan las vegas,  padahal jakarta
> bukan hanya sebagai ibukota indonesia tetapi dia merupakan 
representasi
> dari bangsa indonesia itu sendiri.  kalo pemerintah daerah 
menghalalkan
> judi dengan membuat payung hukum, apa jadi nya negara ini
> moral bangsa ini sudah dipertaruhkan hanya karena kebudayaan
> bangsa asing yang datang ke indonesia.
> 
> kenapa nggak sekalian aja jakarta di jadikan sebagai kota
> bebas korupsi mumpung korupsi tertinggi berada di jakarta  ...
> 
> kalo nyari duit kan bisa dagang, bukan cari-cari hokky lewat
> judi,  seharusnya jakarta di jadikan sebagai kota perdagangan
> terbesar di asia, pajaknya kan bisa banyak, kalau perlu mengalahkan
> singapore  ...
> 
> padahal kalo uang korupsi di jakarta dikumpulkan pembangunan
> di jakarta bisa lebih pesat lagi, jadi seharusnya bang Ali Sadikin
> mengusulkan kepada bang Yos untuk membuat Satuan Khusus
> Anti Koruptor,  bukan kayak sekarang polisi pamong prajanya
> jadi koboi nembak sembarangan, dan rakyat kecil di gusur-gusur
> terus  .....
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> TEMPO No. 04/XXXIV/21 - 27 Maret 2005
> 
> Ali Sadikin:
> Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka
> 
> Megawati tersenyum, sebuah duri telah tercabut.  Setelah menjalani
> hari-hari "pengucilan" di kabinet, termasuk  merasakan tandukan PDI
> Perjuangan, Susilo Bambang Yudhoyono  menempuh jalan yang membuat 
lega
> semua: keluar dari  kabinet. Pria kalem yang sering disapa SBY ini 
berhenti
> menjadi  Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, dan 
kini  serius
> membesarkan Partai Demokrat, partai yang akan  mengusungnya dalam 
pemilu
> presiden 2004.
> ---------------------------------
>  -->ALI Sadikin tak pernah lepas dari kontroversi. Bekas Gubernur 
Daerah
> Khusus Ibu Kota Jakarta (1966-1977) ini kembali mengusung "ide 
liar". Di
> depan anggota DPRD Jakarta, bulan lalu ia mengusulkan agar bisnis 
judi di
> Jakarta mendapat payung hukum. Sebab, "Pemda DKI Jakarta bisa 
mendapat uang
> Rp 15 triliun per tahun," ujar Ali Sadikin, mantap.
> 
> Usulan legalisasi judi bukan barang baru bagi pensiunan letnan 
jenderal
> marinir yang akrab disapa "Bang Ali" itu. Saat menjadi Gubernur DKI
> Jakarta, dia pula yang melegalkan judi di Ibu Kota. Hasilnya, saat 
itu kas
> DKI Jakarta mendapat gelontoran dana segar Rp 20 miliar per tahun. 
Uang itu
> digunakan untuk membangun jalan, puskesmas, dan gedung sekolah.
> 
> Namun, zaman telah berubah. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini
> mendominasi DPRD Jakarta. Partai yang mengusung "semangat Islam" 
ini
> jelas-jelas menolak legalisasi judi, apalagi sebagai sumber 
pendapatan
> resmi Pemda DKI Jakarta. "Kami sadar kita butuh uang. Tapi tak 
harus
> menghalalkan yang haram," ujar Tri Wisaksana, Ketua PKS Jakarta.
> 
> Ali tak peduli. Penasihat Gubernur DKI Sutiyoso itu malah mengejek 
politisi
> partai Islam hanya mencari popularitas dan jabatan. Seperti 34 
tahun lalu,
> ketika ia melegalkan judi di Jakarta, ia menantang. "Demi judi, 
saya rela
> masuk neraka," katanya.
> 
> Untuk mengupas polemik legalisasi judi dan pelbagai persoalan Ibu 
Kota,
> wartawan Tempo Setiyardi dan fotografer Bernard Chaniago pekan lalu
> mewawancarai Ali Sadikin. Meski hanya ditopang satu ginjal 
cangkokan,
> lelaki kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927, itu masih sanggup melayani 
dua jam
> wawancara. Berikut kutipannya.
> 
> Mengapa Anda mengusulkan agar judi kembali dilegalkan di Jakarta?
> 
> Saya ingin bersikap realistis dan tidak munafik. Ketika menjadi 
Gubernur
> DKI Jakarta (1966-1977), saya melegalkan judi karena pemda tak 
punya
> anggaran cukup. Padahal saat itu butuh banyak uang untuk membangun 
sekolah,
> puskesmas, dan jalan. Alim ulama semua meributkan, tapi saya 
bilang ke
> mereka, kalau mengharamkan judi, mereka harus punya helikopter. 
Soalnya,
> jalan-jalan saya bangun dari uang judi. Jadi, jalan di Jakarta 
juga haram.
> 
> Jadi, Anda tahu bahwa agama sebenarnya mengharamkan judi?
> 
> Ya! Saya tahu judi itu haram. Tapi kita harus memikirkan 
masyarakat kecil.
> Demi judi, saya rela masuk neraka. Tapi saya yakin Allah mengerti 
apa yang
> saya perbuat. Saya jengkel dengan orang-orang yang mengaku Islam 
itu.
> Mereka merasa dirinya malaikat. Mereka masih berpikir seperti abad 
ke-15.
> 
> Bagaimana potret judi di Jakarta sekarang? Apakah akan memberi 
kontribusi
> besar?
> 
> Dari pelbagai sumber saya, jumlahnya mencapai triliunan rupiah per 
tahun.
> (Ia menyebut nama-nama sumbernya, "Tapi jangan dimuat, off the 
record,"
> katanya.) Kalau judi di Jakarta legal, Pemda DKI Jakarta bisa 
mendapat uang
> sekitar Rp 15 triliun per tahun. Itu jumlah yang besar. Bisa untuk
> membangun macam-macam. Untuk melanjutkan Proyek Banjir Kanal Timur,
> mendalamkan sungai, membuat rumah susun, membangun jalan-jalan.
> Proyek-proyek itu tak bisa ditunda lagi. Padahal pemerintah tak 
punya uang
> untuk menjalankannya.
> 
> Siapa penguasa bisnis judi di Jakarta sekarang?
> 
> Jangan tanya saya. Tanyakan ke aparat keamanan yang sekarang jadi 
beking
> mereka. Polisi pasti tahu siapa saja pemain yang ikut terlibat.
> 
> Bagaimana bila rakyat miskin ikut bermain judi?
> 
> Itu bisa diatur. Judi bisa ditujukan hanya untuk orang kaya etnis 
Cina.
> Bagi orang Cina, bermain judi adalah budaya. Itu untuk membuang 
sial.
> Makanya, dulu zaman Belanda kegiatan berjudi juga disahkan. 
Sekarang
> sebetulnya banyak bisnis judi di Jakarta. Banyak aparat keamanan 
yang jadi
> beking. Tapi kita ini orang munafik.
> 
> Tapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang mendominasi DPRD 
Jakarta, tak
> setuju usul Anda...
> 
> Alaaa, itu.... (Bang Ali mengeluarkan kata mengumpat?Red). Waktu 
saya
> bicara soal judi di DPRD Jakarta, yang berani bicara cuma satu 
orang. Tapi
> di surat kabar persoalannya jadi ramai. Kalau berani, suruh PKS 
bicara
> dengan saya. Saya akan tanya, apakah mereka bisa memberikan 
pekerjaan ke
> para pengangguran. Apakah bisa memberi uang Rp 15 triliun per 
tahun untuk
> Jakarta. Kalau memang bisa, bolehlah PKS mengharamkan judi.
> 
> PKS juga ingin menghapuskan hiburan malam yang berbau maksiat?
> 
> Itu sikap sok-sokan. Mereka harus sadar kita hidup di abad modern. 
Jangan
> merasa hebat dengan Islam-nya. Pemerintah, pengadilan, tentara, 
semua orang
> Islam. Tapi toh korupsi nomor satu. Jadi, jangan sombong dengan
> membawa-bawa Islam. Kalau cuma bicara sambil mengutip ayat, itu 
cuma untuk
> mencari popularitas. Mereka mau jadi penguasa.
> 
> Apakah Anda juga setuju dengan lokalisasi prostitusi?
> 
> Ya. Saya yang membuat lokalisasi di Kramat Tunggak. Soalnya, 
ketika itu
> banyak berkeliaran "becak komplet" yang isinya wanita tunasusila. 
Daripada
> berkeliaran di jalan, lebih baik dibuat lokalisasi khusus. 
Sekarang juga
> banyak ABG di mal-mal yang menjadi wanita tunasusila. Mengapa 
tidak kita
> lokalisasi saja? Itu lebih baik. Saya heran Pemda DKI dan DPRD 
menutup
> Kramat Tunggak. Saya sudah bilang ke Sutiyoso, "Memang nanti 
Sutiyoso masuk
> surga. Kalau saya, sih, akan masuk neraka."
> 
> Anda juga mengusulkan konsep megapolitan, kesatuan Jakarta dan 
kota-kota di
> sekitarnya. Apa ide dasarnya?
> 
> Kota-kota kabupaten itu?Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok?
pembangunannya
> harus disatukan dengan DKI Jakarta. Konsep ini telah dirintis 
sejak zaman
> Bung Karno. Belakangan, kita mengenal sebutan Jabotabek. Kalau 
perencanaan
> pembangunannya bisa disatukan, kita akan memiliki konsep yang 
terpadu.
> Mereka dapat saling menunjang.
> 
> Apakah mungkin?
> 
> Sangat mungkin. Saya mengirim surat ke Presiden Yudhoyono untuk 
memberi
> masukan soal ini. Saya dan Sutiyoso lalu diterima Presiden 
membicarakan
> konsep ini. Pada prinsipnya, Presiden mendukung. Beliau bahkan 
sudah
> terlihat akan bergerak ke arah usulan itu. Untuk menjalankannya, 
Presiden
> bisa membuat keppres. Tapi akan lebih baik bila pemerintah 
mengusulkan
> sebuah undang-undang tentang megapolitan itu.
> 
> Mengapa perencanaan pembangunan Jakarta dan kota sekitarnya harus 
jadi
> satu?
> 
> Agar terintegrasi. Banyak contoh kasus akibat perencanaan yang tak 
sinkron.
> Misalnya persoalan pabrik pengolahan sampah di Bojong, Bogor. 
Mereka tak
> mau wilayahnya dibuat jadi pabrik sampah. Padahal Jakarta tak 
punya tanah
> untuk mengolah sampah. Mereka tak tahu bahwa pabrik sampah Bojong 
dibuat
> perusahan Jerman. Semua sampah diangkut truk khusus yang tertutup. 
Tak ada
> sampah yang ditimbun di tanah. Semua akan diolah dalam pabrik 
menjadi batu
> bata. Pabrik itu membutuhkan 1.300 pegawai yang bisa direkrut dari
> masyarakat sekitar. Penolakan itu karena ada yang menghasut. 
Mungkin juga
> karena melihat kasus di Bantar Gebang, Bekasi. Padahal konsepnya 
sangat
> berbeda.
> 
> Apakah konsep megapolitan akan mencaplok wilayah Jawa Barat dan 
Banten?
> 
> Konsep ini tak mencaplok wilayah Jawa Barat dan Banten. Sebagai 
orang
> Sunda, saya tak setuju kalau Jakarta mengambil wilayah Jawa Barat. 
Konsep
> ini untuk menyatukan perencanaan pembangunan Jakarta, Bogor, 
Tangerang,
> Bekasi, dan Depok. Semua jadi satu konsep dan satu arah. Soal 
administrasi,
> mereka masih ikut Jawa Barat dan Tangerang ikut Banten. Pajak 
daerah masih
> untuk mereka.
> 
> Mengapa tanggung? Bukankah lebih mudah bila dilebur jadi satu 
provinsi?
> 
> Memang ada yang ekstrem. Bupati Bekasi, misalnya, ingin jadi bagian
> Jakarta. Selama ini mereka merasa ketinggalan. Tapi saya tak ingin 
Jawa
> Barat kehilangan wilayah. Jawa Barat juga punya sejarah panjang 
yang harus
> dijaga. Sebagai orang Sunda, saya merasa terhina bila wilayah Jawa 
Barat
> dicaplok Jakarta. Saya tak ingin kasus Banten terulang. Karena 
Bandung tak
> memperhatikan Banten, lalu mereka jadi provinsi sendiri. Tapi 
sekarang
> Banten tak maju-maju. Gubernurnya malah jadi tersangka korupsi.
> 
> Bila konsep megapolitan dijalankan, apa keuntungan kota-kota di 
sekitar
> Jakarta?
> 
> Jakarta harus membantu keuangan Bogor, Bekasi, Tangerang, dan 
Depok. Bisa
> saja Jakarta memberi tiap kota Rp 500 miliar per tahun. Jakarta 
juga bisa
> memberi bantuan tenaga ahli. Kita harus saling mengisi. Jadi, ini 
akan
> saling menguntungkan. Saya sudah membicarakan konsep ini di DPRD 
Jakarta.
> Sekarang menunggu reaksi mereka.
> 
> Konsep Anda sejalan dengan gagasan Gubernur Jakarta Sutiyoso?
> 
> Saya memang penasihatnya. Saya bilang ke Sutiyoso untuk 
merencanakan
> Jakarta dengan matang. Dulu saya membuat master plan Jakarta untuk 
20
> tahun. Itu membuat saya dibanggakan oleh masyarakat Jakarta, 
bahkan oleh
> rakyat Indonesia. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan gubernur 
selanjutnya.
> Padahal membangun sebuah kota tidak mudah.
> 
> Mengapa Anda mau menjadi penasihat Sutiyoso?
> 
> Saya tahu dia dimusuhi banyak orang. Dia juga kontroversial. Tapi 
saya suka
> Sutiyoso karena keberaniannya. Dia juga punya ide untuk Jakarta. 
Memang
> Sutiyoso harus menerima pelbagai risiko. Selain itu, saya merasa 
Sutiyoso
> orang yang mengerti adat ketimuran. Dialah satu-satunya Gubernur 
DKI
> Jakarta yang pada awal jabatannya tahun 1996 menemui saya. Ketika 
itu
> Soeharto masih memusuhi saya. Sutiyoso datang untuk minta masukan. 
Gubernur
> yang lain tak pernah melakukan hal itu. Mereka tak tahu adat-
istiadat.
> Padahal, kalau mereka datang, mereka yang untung. Itulah sebabnya 
dulu saya
> juga mendatangi bekas gubernur dan wali kota di DKI Jakarta untuk 
minta
> masukan mereka.
> 
> Anda resmi diangkat sebagai penasihat Gubernur DKI?
> 
> Ya. Sebagai gubernur, dia berhak mengeluarkan SK pengangkatan 
penasihat
> gubernur. Dengan jabatan itu, setiap bulan saya mendapat gaji Rp 
600 ribu.
> Itu saya anggap tambahan saja. Soalnya, sebagai pensiunan gubernur,
> menteri, dan tentara, saya mendapat sekitar Rp 5 juta. Selain itu, 
pemda
> juga memutuskan saya tak perlu membayar listrik dan air PAM. Saya 
dianggap
> sebagai tokoh masyarakat.
> 
> Apa pendapat Anda soal kondisi Jakarta sekarang?
> 
> Makin berat. Kemacetan lalu-lintas terjadi di mana-mana. Saya 
orang yang
> tidak sabar dan bersikap kepala batu. Makanya saya berharap konsep
> megapolitan itu bisa menolong. Kota-kota di sekitar Jakarta harus 
menjadi
> satelit yang mandiri. Jadi, mereka harus mengurus kotanya. Ada 
perkantoran,
> industri, dan lain-lain. Kota Rotterdam di Belanda, misalnya, 
jumlah
> penduduknya turun karena ada kota-kota satelit di sekitarnya.
> 
> Anda pernah membuat perencanaan pembangunan Jakarta untuk 20 
tahun. Mengapa
> tak jalan?
> 
> Gubernur Tjokropranolo, penerus saya, melakukan gerakan
> de-Ali-Sadikin-isasi. Semua kebijakan saya dihapuskan. Soalnya, 
ketika itu
> saya mulai bicara keras soal pemerintahan. Bersama Bung Hatta dan 
Jenderal
> Nasution, tahun 1978 saya mendirikan Yayasan Kesadaran 
Berkonstitusi. Kami
> melihat Soeharto mulai melenceng. Setelah itu, tahun 1980 saya 
membuat
> Petisi 50 yang menjadi oposisi bagi Soeharto. Itu membuat saya 
dianggap
> menjadi musuh pemerintah. Tapi saya merasa Tuhan menjaga saya. H.R.
> Dharsono, Ali Moertopo, dan tokoh lain sudah meninggal. Sampai 
sekarang
> saya tidak ada apa-apa. Saya malah bisa berlebaran ke Cendana. 
Soeharto
> saya rangkul dan saya beri sun. Saya tidak menaruh dendam ke 
Soeharto.
> 
> Anda juga tokoh penting dalam sejarah TNI-AL. Bagaimana Anda 
melihat
> Angkatan Laut kita saat ini?
> 
> Saya sedih melihat nasib Angkatan Laut. Padahal kita ini negara 
maritim,
> tapi kita takut dengan laut. Yang dibesar-besarkan justru konsep
> teritorial. Itu kebijakan yang salah arah. Akibatnya, kondisi AL 
nyaris
> lumpuh. Yang ada kapal-kapal tua. Bagaimana mungkin berperang 
dengan
> Malaysia? Kita bahkan tak mampu menjaga perairan kita dari serbuan 
nelayan
> asing.
> 
> Dulu, apa yang Anda lakukan?
> 
> Untuk merebut Irian Barat, tahun 1960 saya lima kali ke Rusia. 
Ketika itu
> jabatan saya Deputi II Menteri Kepala Staf Angkatan Laut. Kita 
membeli 150
> kapal perang dari Rusia. Empat belas di antaranya kapal selam. 
Total harga
> kapal-kapal itu US$ 800 miliar. Karena tak punya uang, kita pinjam 
dari
> Rusia. Untuk mengoperasikannya, saya mengirim para prajurit kita 
ke Rusia.
> Nah, melihat kekuatan mesin perang kita, Amerika dan PBB akhirnya
> memerintahkan Belanda keluar dari Irian Barat.
> 
> Omong-omong, mengapa Anda masih saja bersikap keras?
> 
> Itu sudah bawaan saya. Saya ini kepala batu. Kalau marah sering 
keluar kata
> "goblok!" Saat jadi gubernur, saya juga sering menempeleng bawahan 
yang
> salah. Saya juga ikut memukul copet yang tertangkap. Tapi, kalau 
sudah
> sampai di rumah, saya justru sedih. Saya kemudian sering memanggil
> orang-orang yang saya pukul. Saya tanya tentang keadaan mereka.
> 
> Letjen Marinir (Purn) Ali Sadikin
> 
> Tempat/tanggal lahir:
> 
>    Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927
> 
> Pendidikan:
> 
>    Sekolah Pelayaran Tinggi, Semarang (1945)
>    US Marine Corps School, AS
> 
> Karier:
> 
>    Deputi II Panglima Angkatan Laut (1959-1963)
>    Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja (1963-1964)
>    Menko Maritim/Menteri Perhubungan Laut (1964-1966)
>    Gubernur DKI Jakarta, dua periode (1966-1977)
> 
> 
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
>  Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------
~-->
> Give the gift of life to a sick child.
> Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
> http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
> -------------------------------------------------------------------
-~->
> 
> 
*********************************************************************
******
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
> 
*********************************************************************
******
> 
_____________________________________________________________________
_____
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ______________________________________________________________
> 
> Disclaimer :
> - This email and any file transmitted with it are confidential and
> are intended solely for the use of the individual or entity whom
> they are addressed, if you are not the original recipient, please
> delete it from your system.
> - Any views or opinions expressed in this email are those of the
> author only.
> ______________________________________________________________





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: