[nasional_list] [ppiindia] Penulis buku Islam Melawan Terorisme

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 17 Nov 2005 00:26:29 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **MEDIA INDONESIA
Kamis, 17 November 2005



Penulis buku Islam Melawan Terorisme
Zuhairi Misrawi, Peneliti Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat 
(P3M),



SETIAP kali meletus aksi terorisme, biasanya institusi yang dilirik dan mungkin 
dituduh adalah pesantren. Wakil Presiden Jusuf Kalla, baru-baru ini 
mengeluarkan pernyataan, di masa mendatang bakal ada pengawasan yang ketat 
terhadap satu dan dua pesantren.

Pengasuh Pesantren Raudhatul Thalibin Rembang KH Musthafa Bisri menyatakan 
bahwa karakter pesantren tidak bisa disederhanakan hanya dalam satu atau dua 
bentuk. Jumlah karakter pesantren sejumlah kiai itu sendiri.

Di sinilah kita harus mengenal lebih dekat karakter pesantren. Sedari dulu, 
pesantren adalah tidak sekadar pendidikan keagamaan, tetapi yang terpenting 
dari eksistensi pesantren adalah pemberdayaan masyarakat. Karena itu, bila 
melihat keberadaan pesantren di tingkat akar rumput, akan ditemukan output dari 
pesantren adalah melahirkan pemimpin-pemimpin perekat umat (mundzir al-qaum) 
dan pemberdayaan umat (taghyir al-ummah).

Karakter pesantren yang demikian telah memberikan sumbangsih bagi bangsa ini, 
karena para alumni pesantren mampu memberikan penyadaran terhadap masyarakat 
untuk mengerem dan meminimalkan radikalisme. Satu hal yang diprioritaskan 
pesantren adalah soal etika sosial dan penguatan civil society.

Nahdhatul Ulama yang sebagian besar basisnya adalah pesantren sangat 
diuntungkan dengan model swadaya pesantren untuk membekali masyarakat dengan 
keilmuan keislaman yang dapat membangun harapan dan etos kerja.

Lalu, kenapa pesantren selalu dikaitkan dengan terorisme? Biasanya yang sering 
dijadikan sasaran empuk adalah kitab kuning (al-kutub al-shafra'), yaitu 
kitab-kitab klasik yang ditulis ulama terdahulu, dan pada umumnya kertasnya 
warna kuning.

Bagi, yang hanya mengenal kitab kuning dari kulit luarnya, kecenderungan yang 
berkembang adalah resistensi dan antipati. Seolah-olah kitab kuning hanya 
berisi kemunduran dan keterbelakangan, serta tidak ada keterkaitannya dengan 
kemajuan.
***
Hampir semua pesantren menitikberatkan aspek ini. Karena bahasa, seperti 
diungkapkan oleh Aristoteles, adalah cermin budaya. Dalam tradisi Islam, bahasa 
adalah kunci khazanah keislaman. Menguasai bahasa dengan baik adalah jembatan 
untuk memahami peradaban Islam. George A Makdisi dalam The Rise of Humanism in 
Islam, menyebutkan salah satu bentuk berkembangnya studi humaniora dalam Islam 
adalah bermula dari bahasa.

Biasanya mereka yang hafal dan memahami kitab-kitab bahasa, baik itu kitab 
karangan Al-Jurmiya, Al-Imrithi, Alfiya ibn Malik, Dalail al-I'jaz maupun 
Nahjul al-Balaghah, kecil kemungkinan untuk memahami doktrin keagamaan secara 
radikal. Karena keindahan dan kelenturan bahasa telah mempengaruhi keindahan 
dan kelenturan sebuah pemahaman. Apalagi bila membaca Lisan al-'Arab, karya 
Ibnu al-Mandzur, maka keistimewaan bahasa makin kelihatan.

Radikalisme biasanya muncul, tatkala ilmu periwayatan mulai mengambil alih 
tradisi kebahasaan. Utamanya, setelah berkembang tradisi periwayatan hadis 
(riwayah). Karena keabsahan sebuah pesan tidak lagi merujuk kepada substansi 
(matan) sebuah teks, melainkan hanya merujuk aspek mata rantai penukilan teks. 
Tradisi kebahasaan lalu hilang ditelan masa.

Makdisi membenarkan radikalisme dalam tradisi muncul tatkala tradisi 
periwayatan mengambil alih tradisi kebahasaan. Tradisi puritanisme Wahabi di 
antaranya mengembangkan model pemahaman seperti ini.

Bahkan segala hal yang dianggap tidak sejalan dengan tradisi periwayatan 
divonis sebagai sebuah kesesatan dengan kaidah yang sangat terkenal, "Setiap 
yang baru adalah sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka." (Kullu 
bid'atin dhalalah wa kullu dhalalatin fi al-narr).

Selain tradisi kebahasaan, pesantren juga mempunyai tradisi penalaran filsafat 
hukum, yang dikenal dengan ushul al-fiqh, yaitu dasar-dasar penalaran hukum 
Islam. Tradisi filsafat hukum Islam merupakan paradigma universal untuk 
menghindari dominasi pandangan literal, yang hanya melihat teks keagamaan dari 
satu sudut pandang.

Artinya, teks tidak hanya mempunyai struktur bahasa, tetapi juga mempunyai 
tujuan-tujuan umum yang membawa semangat keadilan, kemanusiaan, dan kedamaian.

Atas dasar ini, harus dipermaklumi bahwa mereka yang mengenal setidaknya kedua 
tradisi di atas terbukti mempunyai pandangan keagamaan yang toleran, inklusif 
dan progresif.

KH Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Ulil Abshar Abdalla, Masdar F Mas'udi, 
Said Aqil Siraj dan sejumlah tokoh lainnya adalah mereka yang dibesarkan dari 
tradisi pesantren yang humanis. Sebaliknya, mereka yang biasanya berpikiran 
keras dan garang tidak begitu mengenal tradisi keilmuan pesantren dengan baik, 
utamanya bahasa dan ushul fiqh.

Nah, penjelasan di atas makin memperjelas, yang muncul belakangan adalah 
fenomena baru pesantren, yang biasanya menamakan dirinya sebagai pesantren 
modern dan pesantren kilat. Kedua pesantren seperti ini biasanya tidak 
menekankan aspek pendalaman kitab kuning, tetapi hanya mengambil segmen 
tertentu pesantren, yaitu mengasramakan para santrinya.

Pengenalan terhadap keilmuan Islam tidak melalui tradisi dan aspek kesejarahan, 
melainkan melalui diktat-diktat yang sudah disederhanakan. Tradisi Islam yang 
berjumlah ratusan, bahkan ribuan kitab kuning, lalu dirangkum dalam kitab-kitab 
kecil (kutaybat). Bahkan dalam tataran tertentu, mereka hanya mengenal "kitab 
putih".

Aspek kebahasaan biasanya tidak begitu mendapatkan perhatian dari pesantren 
kitab putih lebih daripada pesantren-pesantren kitab kuning. Aspek kebahasaan 
di pesantren modern dan pesantren kilat diajarkan secara sepintas, begitu 
halnya ushul fiqh kurang mendapat perhatian yang mendalam. Karena itu, aspek 
penalarannya kurang mendapatkan tempat yang semestinya. Artinya, paham 
keagamaan hanya diterima secara taken for granted, tanpa memberikan 
alternatif-alternatif pemahaman yang lebih luas.

Dengan demikian, harus diakui dalam kaitannya dengan kecenderungan radikalisme 
dan terorisme mutakhir, pesantren yang berkitab putihlah yang sesungguhnya 
harus dicermati secara saksama. Lebih-lebih bila pesantren yang berkitab putih 
terlibat dalam gerakan keagamaan.

Sebab penguasaan dan akses yang terbatas terhadap tradisi dan kesejarahan Islam 
amat memungkinkan untuk mengambil jalan pintas. Lalu, wajah yang dikedepankan 
dalam keberislaman adalah wajah yang berbau kekerasan serta mengabaikan dimensi 
toleransi yang inheren dalam esensi Islam.

Pesantren yang tidak punya akar tradisi yang kuat sungguh akan menjadi 
tantangan besar dalam konteks berbangsa dan bernegara. Lebih-lebih bila 
pesantren kehilangan nuansa dan kulturnya sebagai entitas pemberdayaan 
masyarakat. Di sinilah perlu pembacaan yang lebih teliti atas tradisi 
pesantren. Terorisme bukanlah tradisi pesantren. Tapi pesantren yang tidak 
mempunyai akar tradisi dan penalaran yang kokoh tidak menutup kemungkinan 
menyediakan doktrin yang memupuk terorisme dan kekerasan lainnya.***

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Penulis buku Islam Melawan Terorisme