[nasional_list] [ppiindia] Dicari, Peneliti yang Inovatif

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 17 Nov 2005 00:53:11 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/17/humaniora/2219535.htm

     

      Dicari, Peneliti yang Inovatif 




      Bagaikan hidup di menara gading. Demikian perumpamaan yang biasa 
digunakan bagi para cendekiawan yang berkutat di bidang ilmu pengetahuan dan 
teknologi. Ada banyak karya penelitian yang dihasilkan di berbagai perguruan 
tinggi di Tanah Air, namun hanya segelintir yang dapat diaplikasikan di dunia 
nyata.

      Sosok ilmuwan yang mampu membumikan karyanya hingga akhirnya bermanfaat 
bagi masyarakat dan bisa diaplikasikan dalam dunia industri memang masih 
langka. Seiring pesatnya perkembangan bioteknologi di dunia, perlu ada upaya 
nyata untuk mendorong lahirnya para peneliti yang inovatif dan berwawasan 
global.

      Untuk mengembangkan wawasan diri, puluhan peneliti muda dengan karier 
cemerlang dari berbagai negara di Asia Pasifik mengikuti kamp kepemimpinan di 
bidang bioteknologi di Hotel Far Eastern di Taipei, Taiwan, akhir September 
silam. Pelatihan itu diprakarsai oleh Novartis, perusahaan multinasional yang 
bergerak di bidang farmasi.

      Pelatihan diikuti 36 peserta dari Australia, Hongkong, Indonesia, Jepang, 
Korea Selatan, Filipina, Polandia, Singapura, Taiwan, dan Thailand. Dari jumlah 
itu, 51 persen berjenis kelamin perempuan. Sementara tingkat pendidikan peserta 
bervariasi, mulai dari sarjana strata satu, lulusan program pascasarjana, 
doktor dan pascadoktor, 74 persen di antaranya berlatar belakang bioteknologi.

      Berbeda dengan forum ilmiah pada umumnya. Dalam kamp itu jangan bayangkan 
suasana pertemuan antarpara peneliti berlangsung serius dan membuat dahi 
berkernyit. Kendati diisi berbagai topik ilmiah, interaksi antarpeserta justru 
diwarnai keceriaan, bahkan tak jarang mereka saling melempar lelucon.

      Selama masa karantina, para peserta mengikuti seminar mengenai 
perkembangan bioteknologi di Asia Pasifik yang dihadiri sejumlah pemimpin 
lembaga penelitian bioteknologi dari beberapa negara. Mereka juga berdiskusi 
tentang berbagai permasalahan di bidang iptek di Asia Pasifik, masing-masing 
peserta mempresentasikan perkembangan bioteknologi di negaranya.

      Untuk mencairkan suasana, para peserta juga diwajibkan menyajikan atraksi 
asal negara masing-masing. Mereka juga berusaha membangun kerja sama antartim 
dan mengenali pribadi tiap peserta. Setiap peserta memberikan komentar mengenai 
sosok rekannya yang lain agar lebih mengenal antarsatu dengan yang lain.

      Beberapa peserta yang semula tampak malu-malu lambat laun mulai berani 
mengekspresikan diri. Kesan introvert tidak tampak dalam diri para peneliti 
muda itu. Mereka tak ada bedanya dengan kaum muda pada umumnya yang enerjik, 
suka bergaul dan bercanda satu sama lain di sela-sela padatnya aktivitas selama 
kegiatan.

      Direktur Novartis Wilayah Asia Pasifik, Stefan Ziegler, menyatakan, 
kalangan pelaku industri sudah seharusnya mendukung pengembangan bioteknologi 
di tingkat lokal. Pihaknya yakin keberadaan para ilmuwan berbakat berwawasan 
global akan dapat mengembangkan berbagai inovasi di bidang bioteknologi hingga 
mampu menciptakan formula baru.

      Untuk melahirkan pemimpin masa depan di bidang bioteknologi, perlu ada 
kerja sama yang intensif antara kalangan pelaku industri dengan perguruan 
tinggi maupun lembaga penelitian lainnya, kata Stefan. Pendidikan tentang 
bioteknologi ini perlu ditanamkan kepada siswa sejak usia dini dengan 
melibatkan pihak swasta.


      Menurut penuturan Ong Choon Kiat, peneliti dari Pusat Kanker Nasional 
Singapura, bertemu dengan sesama peneliti muda di kawasan Asia Pasifik telah 
membuka wawasannya mengenai perkembangan bioteknologi di dunia. Berbeda dengan 
forum ilmiah yang biasa saya ikuti, dalam pelatihan ini kami dilatih untuk 
membangun kerja sama dan memperluas jaringan internasional, ujarnya.

      Jika semula ia hanya berkutat pada berbagai penelitian di bidang 
bioteknologi, terutama mengenai penyakit kanker, kini Ong mulai memahami 
bagaimana pentingnya membangun relasi dan mengaplikasikan karya penelitiannya 
dalam dunia industri. Hasil penelitian harus ada tindak lanjutnya di dunia 
nyata. Ini yang harus dipahami agar kita bisa bersaing di pasar global, kata 
Ong Choon Kiat.


      Dewajani Purnomosari, peneliti dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas 
Gadjah Mada (UGM), juga menyatakan banyak informasi bioteknologi yang bisa 
diserap dalam pertemuan dengan para peneliti dari berbagai negara itu. 
Membangun jaringan antarpeneliti dan institusi penelitian sangat diperlukan 
untuk memperlancar akses informasi mengenai perkembangan terkini bioteknologi, 
tuturnya.

      Sayangnya, sejauh ini perkembangan bioteknologi di Indonesia dinilai 
masih sangat lamban. Hingga kini belum ada penelitian lanjutan mengenai pangan 
transgenik untuk mengatasi kekurangan pangan karena minimnya dukungan dari 
pemerintah dan masih diperdebatkan dampaknya bagi kelestarian lingkungan.

      Para peneliti berwawasan global diperlukan agar ada aplikasi produk 
pangan hasil inovasi di bidang bioteknologi dalam dunia industri untuk memenuhi 
kebutuhan pangan di dunia, khususnya di Indonesia. Apalagi sebagai negara yang 
memiliki keanekaragaman hayati tinggi, Indonesia berpeluang mengembangkan 
bioteknologi, kata Dewajani.

      Industri bioteknologi memang terbilang sangat dinamis dengan tingkat 
persaingan tinggi. Karena itu, menurut Louisa Wong Rousseau, Direktur Kelompok 
Perusahaan Bo Le Associates, industri ini memerlukan para peneliti yang mampu 
menghasilkan karya-karya inovatif sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia 
industri.


      Industri bioteknologi membutuhkan berbagai inovasi produk dalam bidang 
pemeliharaan kesehatan manusia dan terapi untuk membantu penyembuhan berbagai 
penyakit dalam, kata Louisa.

      Di AS dan beberapa negara di Eropa, sejumlah produk bioteknologi masih 
mengundang perdebatan publik berkaitan dengan etika medis. Sementara di 
sejumlah negara di Asia, seperti China, Korea Selatan, dan Singapura, 
pemerintah setempat memberikan subsidi dan menolerir berbagai inovasi 
bioteknologi untuk mendorong pertumbuhan industri ini dalam jangka panjang. Di 
Asia, industri ini cenderung mengembangkan produk pangan di samping industri 
kimia dan produk hewan.


      Seiring pesatnya pertumbuhan industri ini, perusahaan bioteknologi kian 
gencar merekrut pekerja terampil maupun tenaga ahli. Posisi pekerjaan yang 
paling dicari adalah teknisi di bidang bioteknologi dan peneliti. Diperkirakan, 
lebih dari 800.000 tenaga kerja terserap dalam sektor bioteknologi di Asia pada 
tahun 2007 nanti.

      Kalangan pelaku industri kini banyak mempekerjakan para lulusan teknik, 
kimia, biologi, matematika. Untuk posisi setingkat manajer, ada pelatihan 
khusus di bidang ilmu biologi, di antaranya genetik, biologi molekuler, 
biokimia, virologi, maupun teknik kimia. Hal ini terutama sejak bioteknologi 
berkembang ke dalam banyak cabang dibandingkan ilmu lainnya.


      Untuk mendapatkan tenaga ahli yang inovatif, banyak perusahaan mencari 
para ahli bioteknologi ke berbagai negara di dunia, kendati harus mengeluarkan 
biaya tinggi, ujar Louisa.

      Peneliti itu harus berwawasan global tetapi mampu bertindak di tingkat 
lokal, memiliki banyak kemampuan, multikultural dan dapat mengatur perbedaan 
zona waktu. Tenaga ahli bersangkutan juga harus memahami, perpindahan tempat 
kerja merupakan syarat sukses. Ini sering kali terjadi pada menit-menit 
terakhir dan tidak ada pilihan. Memang hal ini membutuhkan dukungan keluarga 
dan fleksibilitas gaya hidup, kata Louisa.

      Peluang karier sebagai peneliti di bidang bioteknologi kian terbuka 
lebar. Kini tinggal mengukur daya saing para peneliti di Tanah Air di era 
global ini. Dan, sudah saatnya peneliti kita keluar dari menara gading agar 
bisa membumi dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Dicari, Peneliti yang Inovatif