** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA Sabtu, 26 Nopember 2005 Pahlawan tanpa Gaji Cukup Abdul Madjid Koordinator Bidang Akademik Program Pascasarjana UMY Peringatan Hari Guru Nasional pada 25 November tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena bersamaan dengan maraknya diskusi dan perdebatan tentang RUU Guru dan Dosen. Selain itu, para guru yang dikenal sebagai ''pahlawan tanpa tanda jasa'' sedang berharap cemas menunggu hasil pembahasan pemerintah dan DPR tentang RUU yang sempat tertunda selama enam tahun itu. Para pendidik yang selama ini dinilai kurang mendapat perhatian sedang berharap RUU itu dapat mengubah kesejahteraan dan perlindungan mereka. Isu mengenai kesejahteraan guru ini dilontarkan bukan tanpa dasar. Moegiadi (1990) misalnya, menelaah skala penggajian pegawai di sejumlah negara. Tampak ada korelasi antara tingkat kemajuan pendidikan suatu negara dengan penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap guru. Tampaknya, semangat ''kesejahteraan guru'' ini pulalah yang mendasari RUU ini. Begitu pentingnya persoalan kesejahteraan guru, maka tema yang diangkat pada Hari Guru Nasional tahun ini --yang bertepatan dengan HUT ke-60 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)-- adalah ''Reposisi Guru dalam Pendidikan Nasional''. Pengambilan tema tersebut dimaksudkan agar ada perubahan terhadap posisi guru. Selama ini guru hanya dipuji, tetapi tidak diperhatikan nasib dan kesejahteraannya. Banyak sekali guru yang harus memikirkan kesejahteraannya dengan nyambi sebagai tukang ojek atau profesi lainnya. Hal ini karena kurangnya penghargaan dan pemberian tunjangan dari pemerintah kepada profesi guru. Waktunya berbuat Berbicara mengenai kesejahteraan guru, sebenarnya tidak semata-mata persoalan gaji, tapi juga menyangkut kelancaran dalam kenaikan pangkat, rasa aman dalam menjalankan tugas, kondisi kerja, kepastian karier dan hubungan antar pribadi. Selama ini, aspek-aspek dari kesejahteraan guru tersebut umumnya masih sangat jauh dari keadaan ideal. Pertama, gaji yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari pekerjaan lain dengan tingkat pendidikan yang sama atau bahkan dengan pendidikan yang lebih rendah. Kedua, kenaikan pangkat yang menjadi hak guru seringkali kurang lancar karena terhambat 'tembok' birokrasi yang panjang. Bahkan tidak jarang seorang guru harus berulangkali memperbaiki usulannya, sehingga menghabiskan banyak energi, waktu dan biaya. Ketiga, rasa aman dalam menjalankan tugas masih belum terjamin sepenuhnya karena berbagai perlakuan yang tidak fair terhadap guru yang kemudian mengganggu konsentrasinya dalam menjalankan tugas. Bahkan, berbagai perlakuan tidak adil sering dialami para guru, utamanya guru SD/MI yang populasinya merupakan yang paling besar. Keempat, kondisi kerja di lingkungan sekolah buruk, sempit, dan sumpek, yang mengakibatkan guru merasa tidak nyaman dan tidak betah berada di sekolah. Sudah teramat banyak berita, baik dari media massa yang menginformasikan kondisi sekolah yang atapnya bocor, perabot dan gedungnya rusak berat, dan sebagainya. Kelima, karier guru terhambat oleh hal-hal yang di luar kemampuan profesionalnya. Seperti perbedaan agama, golongan, suku dan ras, bahkan perbedaan partai politik. Keenam, hubungan antarpribadi di tempat kerja guru (sekolah) lebih menyerupai hubungan hierarkis seperti lazimnya dalam lingkungan birokrasi, bukan hubungan kolegial yang didasarkan atas profesionalisme. Dari sekian banyak aspek kesejahteraan guru tersebut, gaji yang rendah merupakan persoalan yang mendominasi pembicaraan tentang guru. Kesejahteraan guru merupakan agenda mendesak ditangani untuk meningkatkan motivasi kerja guru dan meningkatkan status sosial guru di mata masyarakat. Keluhan tentang rendahnya gaji guru sudah dikemukakan berulangkali pada setiap pembicaraan tentang pendidikan, tetapi belum mendapatkan tanggapan serius untuk perbaikan. Sejak BJ Habibie menjadi presiden, hingga Megawati, selalu ada janji untuk melakukan perbaikan kesejahteraan/gaji guru, tetapi hasilnya belum signifikan. Dari hasil kajian di beberapa negara, rendahnya gaji guru merupakan penyebab utama tingginya angka bolos kerja karena mencari penghasilan tambahan atau tidak cukup uang untuk memenuhi kebutuhan minimal. Becermin dari pengalaman negara-negara maju, trigger (pemicu) utama mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru (Supriadi, 1998). Persoalannya kemudian, kompleksitas kondisi guru di Indonesia tidak akan selesai hanya dengan dibicarakan di berbagai forum diskusi, seminar, lokakarya, bahkan di gedung DPR sekalipun. ''Mulailah dengan berbuat. Hentikan bicara dan berbantah-bantah tentang kami. Apa yang Anda bicarakan hanya menambah kesedihan, beban, dan perasaan kami,'' demikian kata-kata yang pernah saya baca dalam sebuah kolom surat pembaca harian Suara Karya beberapa waktu lalu. Komitmen pemerintah Alasan klise yang selama ini sering dikemukakan pemerintah soal kesejahteraan guru adalah terbatasnya dana. Selain itu, kenaikan gaji guru sedikit saja sudah memiliki implikasi anggaran yang besar, karena populasi guru yang besar. Sebenarnya, argumentasi semacam ini patut dipertanyakan. Sebab persoalan rendahnya gaji guru sebenarnya tidak semata-mata karena pemerintah tidak memiliki dana yang cukup, tetapi lebih mencerminkan kurangnya komitmen dan kemauan politik. Mengapa demikian? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, dalam keadaan negara sedang makmur sekalipun (sebelum krisis ekonomi), perhatian terhadap kesejahteraan guru masih sangat kurang. Kedua, kalau memang anggaran/dana tidak mencukupi, pertanyaannya mengapa pemerintah dan DPR bisa menaikkan anggaran sekretariat negara sedemikian fantastis? Mengapa gaji dan anggaran DPR dapat dinaikan demikian tinggi? Ketiga, dalam kenyataanya, berdasarkan laporan Bank Dunia tahun 1990, di sejumlah negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, pemerintah dapat memberikan imbalan yang lebih baik (dibandingkan dengan gaji pada sektor lain) kepada para guru, sekalipun tingkat pendapatan per kapitanya lebih rendah atau sama dengan Indonesia. Itu karena pemerintahnya memiliki kemauan politik untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Tampaknya, berdasarkan pengalaman ini pulalah, meskipun draf RUU itu telah bertahun-tahun disusun dan dibahas, serta akan diundangkan dalam waktu dekat, tapi banyak guru menanggapinya dengan sikap dingin. Sikap ini muncul mungkin karena adanya keraguan terhadap komitmen pelaksanaan undang-undang tersebut. Pelaksanaan UU Sisdiknas saja, yang mencakup lingkup pendidikan secara makro belum/tidak bisa dilaksanakan secara maksimal, apalagi RUU Guru dan Dosen, yang hanya menyangkut sebagian dari isi UU Sisdiknas tersebut. Begitu pentingnya komitmen dan kemauan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru, sampai-sampai Ketua PGRI, Muhammad Surya, meminta kepada pasangan SBY-JK, untuk memfokuskan perhatian pada nasib guru dalam tahun pertama kepemimpinannya. ''Jangan lagi ada alasan tidak ada uang untuk guru dan pendidikan. Ini harus dimulai. Tanpa ada political will, sampai kiamat juga tidak bakal ada duit,'' tegas Surya sesaat setelah pasangan SBY-JK terpilih. Semoga peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, yang bersamaan dengan peringatan HUT PGRI ke-60, betul-betul membawa perubahan berarti bagi nasib guru. Sehingga reposisi guru benar-benar terjadi, sesuai tema Hari Guru Nasional. Selain itu, predikat guru yang selama ini dikenal sebagai ''pahlawan tanpa tanda jasa'' dalam hymne guru, perlu diusulkan untuk diubah dengan kata-kata yang lebih sesuai. Wallahu a'lam bisshawab. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/wlSUMA/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **