** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Selasa, 15 Nopember 2005 Moment of Truth bagi Jenderal Sutanto Reza Indragiri Amriel Alumnus Psikologi Forensik, The University of Melbourne, Australia ''We are made wise not by the recollection of our past, but by the responsibility for our future.'' (George Bernard Shaw) '''Mister Clean''. Itulah julukan bagi Jenderal Sutanto. Julukan itu seolah mewakili harapan masyarakat akan korps Polri yang bersih, yang harga dirinya tak tergadai. Sutanto dipandang sebagai salah satu warga Polri yang bersih dan memiliki komitmen kuat, termasuk untuk memutus simbiosis patologis dalam urusan uang yang dinilai kerapkali mewarnai hubungan antara polisi dan masyarakat. Reaksi positif terhadap Sutanto diharapkan akan memunculkan pygmalion effect. Segala nilai positif dan kepercayaan publik itu semoga akan diinternalisasi Sutanto, guna berkinerja terbaik sesuai dengan harapan masyarakat yang terjerembab di tengah supremasi hukum dan dekadensi moral. Harapan adalah doa. Dan memulai hidup baru dengan sebuah doa, merupakan wujud optimisme. Namun, tanpa maksud tenggelam dalam pesimisme, adalah fakta berapa kali sudah warga negeri ini harus menelan kecewa akibat performa tak memadai yang diperagakan oleh para tokoh yang justru kadung dianggap larger than life, menjadi tumpuan semesta harapan karena, konon, memiliki idealisme dan profesionalisme tinggi. Orang suci Telah sekian banyak nama yang dipandang laksana ''orang suci'' diberi amanah memimpin instansi penegakan hukum di Tanah Air. Persoalannya, tidak sedikit dari mereka, yang setelah menginjakkan kakinya di kursi jabatan formal, menjadi lumpuh tidak hanya karena dihimpit oleh kehidupan nasional yang pelik, tetapi juga kebobrokan institusional yang sistemik. Sutanto adalah polisi antijudi. Begitu salah satu tabiat Sutanto yang paling dikenal, sebagai indikasi bahwa ia adalah seorang petarung. Polisi tempur, polisi dengan kemampuan kerja lapangan yang tinggi. Persoalannya, pencitraan Sutanto selaku polisi tempur antijudi sebenarnya tidak memadai dalam dua hal. Pertama, karena julukan untuk seseorang merupakan miniatur perlakuan masyarakat terhadap individu tersebut, maka penekanan terus-menerus tentang prestasi Sutanto selaku musuh para bandar judi --tanpa sadar-- merefleksikan tilik pandang publik (termasuk media massa) yang bisa jadi symptomatic, atau maksimal schematic, atas diri Sutanto selaku seorang penegak hukum. Dengan kata lain, dalam konteks penegakan supremasi hukum, dikhawatirkan kali ini masyarakat lagi-lagi terbuai dalam kecenderungan mensimplifikasi realita serta pada saat yang sama menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi, sehingga menyumbat kejernihan rasio dan memandang 'hukum' (baca: Sutanto) sebagai ''instrumen'' yang reaktif dan terdevaluasi dari desain konstruksi yang seutuhnya. Kedua, citra yang dibangun berdasarkan catatan prestasi seseorang tidak menjamin kinerja dan penilaian atas diri yang bersangkutan pada masa mendatang. Dalam situasi di mana kinerja mendatang tidak sesuai dengan citra yang kadung melekat, rekam jejak individu yang sebelumnya begitu positif akan sangat mudah terbenam, terlupakan. Ini berarti, seperti pepatah George Bernard Shaw di awal tulisan ini, reputasi Sutanto nantinya akan lebih ditentukan oleh performanya selama menjabat Kapolri ketimbang keberhasilannya pada rentang waktu sebelumnya. Terlepas dari komitmen antijudi Sutanto yang masih perlu pembuktian, yang lebih dinanti khalayak luas adalah bagaimana sebenarnya pandangan holistik Sutanto tentang penataan organisasi dan kerja Polri di pelataran hukum negeri ini. Faktualnya, wacana ini yang belum sampai sekarang belum terekspos ke masyarakat. Dari individu ke organisasi Belum lagi program perang terhadap perjudian berjalan memuaskan, terkuak kasus rekening tidak wajar milik lima belas anggota Polri yang diaudit Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Kegemparan 'baru' ini merupakan agenda tambahan bagi Sutanto untuk membuktikan kesungguhannya dalam membangun institusi Polri yang bersih dan profesional. Dalam konteks ini, perlu dicermati lebih mendalam pada waktu-waktu mendatang konsep diri Sutanto sebagai bagian dari organisasi Polri, bukan sebagai individu Polri seperti dalam hal anti-perjudian. Sutanto dihadapkan pada situasi yang mengharuskannya untuk berpikir secara konseptual sekaligus mengeksekusi rancangannya tentang pembenahan organisasi Polri.Penulis tidak berpretensi mengatakan bahwa Sutanto-sebagai polisi yang terkesan berorientasi tempur-tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menata organisasi dan kerja Polri. Namun, minimnya data tentang gagasan besar Sutanto berkenaan dengan grand design Polri menjadi dasar bagi rekomendasi tentang perlunya penguatan jajaran kepemimpinan Polri guna mengimbangi orientasi kerja Sutanto yang kiranya lebih terarah pada bidang operasional. Konkretnya, sesuai filosofi kompetensi, karena Sutanto pada masa-masa silam sudah terbukti mumpuni pada urusan-urusan pemberantasan kejahatan, maka ia perlu diberikan ruang untuk mengosentrasikan dirinya lebih maksimal lagi pada bidang ini. Sebaliknya, pembenahan organisasi dan kerja Polri yang sejauh ini tidak terdata sebagai bidang keahlian Sutanto, diserahkan kepada wakil yang memang memiliki rekam jejak kuat untuk itu. Komposisi kepemimpinan Polri yang muncul dari situ adalah kombinasi antara ''polisi ksatria'' dan ''polisi cendikia''. Analog dengan komposisi Presiden dan Wakil Presiden kita saat ini, keduanya saling komplementer, sehingga tidak ada istilah ''ban serep'', ''bayang-bayang'', ''simbol pelengkap'', dan sejenisnya. Publik, termasuk Sutanto sendiri, perlu realistis bahwa Sutanto menghadapi problem yang luar biasa kompleks yang dihadapi Indonesia pada umumnya dan Polri pada khususnya. Oleh karena itu, Sutanto menurut hemat penulis- tidak perlu sungkan-sungkan untuk melakukan pendistribusian tugas sebagai solusi untuk mengatasi andai ada keterbatasannya. Pendistribusian tugas itu sekaligus sebagai pendekatan kepemimpinan yang sudah selayaknya diambil guna menyadarkan masyarakat untuk kembali menjejak bumi dari harapan-harapan mereka yang terlanjur mengangkasa. Wallahu a'lam. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **