[nasional_list] [ppiindia] Merevisi Sistem Persenjataan Indonesia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 28 Nov 2005 00:13:27 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **MEDIA INDONESIA
Senin, 28 November 20



Merevisi Sistem Persenjataan Indonesia
Andi Widjajanto, Peneliti Center Global Civil Society Studies Universitas 
Indonesia (UI)



PENCABUTAN embargo militer oleh Amerika Serikat (AS) memunculkan kembali 
pertanyaan tentang pengembangan sistem persenjataan Indonesia. Sejak embargo 
diterapkan AS, Indonesia telah berupaya untuk melakukan diversifikasi sistem 
persenjataannya. Posisi akhir sistem persenjataan Indonesia di tahun 2004 
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 173 jenis sistem persenjataan yang 
bersumber dari 17 negara produsen. Lima peringkat terbesar untuk sumber 
persenjataan Indonesia adalah Amerika Serikat (34%), Prancis (12%), Jerman 
(12%), Rusia (10%), dan Inggris (9%). Industri strategis domestik Indonesia 
hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 5% dari seluruh jenis sistem 
persenjataan yang dimiliki oleh TNI.

Untuk periode 1999-2004, Indonesia memesan 21 jenis senjata dari delapan negara 
produsen senjata dengan nilai impor senjata sebesar US$796 juta. Dari delapan 
negara produsen ini, Rusia menjadi pemasok senjata terbesar dengan nilai impor 
senjata sebesar US$274 juta, diikuti oleh Inggris (US$226 juta), Prancis 
(US$121 juta), Jerman (US$74 juta), Amerika Serikat (US$29 juta), dan Belanda 
(US$21 juta). Pemesanan tersebut sebagian besar dilakukan untuk melengkapi 
kebutuhan Angkatan Udara. Penambahan sistem persenjataan terjadi untuk beberapa 
jenis alutsista seperti helikopter jenis MI-35, helikopter NBO-105C, tank 
amfibi PT-76, kendaraan APC BTR-50P, serta pesawat tempur jenis Su-27SK, dan 
Su-30MKI.

Diversifikasi persenjataan tersebut menimbulkan persoalan serius untuk sistem 
pengelolaan persenjataan Departemen Pertahanan. Keberadaan 173 jenis sistem 
persenjataan tentunya memperbesar biaya operasional dan perawatan. Untuk sistem 
persenjataan jenis pesawat tempur, misalnya, Indonesia, memiliki 87 pesawat 
tempur yang berasal dari tiga negara, yaitu AS (34 pesawat), Inggris (49 
pesawat), serta Rusia (4 pesawat). Sebanyak 87 pesawat tempur tersebut terdiri 
dari 8 jenis pesawat tempur F-16A Fighting Falcon, F-5E Tiger, Hawk Mk.209, 
Hawk Mk 53, A-4 E Skyhawk CAS, OV-10F Bronco Coin, Su-27SK, dan SU-30MKI. 
Keberadaan 8 jenis pesawat tempur tersebut tentunya meningkatkan secara 
signifikan biaya-biaya operasional dan perawatan yang tergabung dalam biaya 
program pengadaan materiil.

Beban anggaran ini bisa dikurangi jika Departemen Pertahanan menginisiasi 
program efisiensi sistem persenjataan serta inovasi strategi pembelian senjata.

Efisiensi sistem persenjataan bisa dilakukan melalui tiga strategi. Pertama, 
diversifikasi jenis persenjataan dikurangi untuk menciptakan satu kerangka 
sistem persenjataan terpadu. Hal ini, misalnya, telah dilakukan AS dengan 
pengembangan pesawat tempur F35-JSF yang akan menggantikan seluruh jenis 
pesawat tempur yang dimilikinya.

Kedua, variasi sumber negara produsen dikurangi untuk mendukung terciptanya 
sistem persenjataan terpadu. Hal ini tidak berarti Indonesia akan sepenuhnya 
bergantung ke satu negara produsen namun bisa mencari satu kelompok negara yang 
bekerja sama mengembangkan suatu teknologi persenjataan. Kerja sama tersebut, 
misalnya, tampak dari perusahaan-perusahaan Rusia yang membentuk kerja sama 
internasional dengan Prancis. Sistem elektronik dan avioinik Prancis telah 
dipakai untuk pesawat tempur Su-30MKM yang dipesan oleh Malaysia. Sistem yang 
dikembangkan Prancis dan Israel juga telah digunakan pada pesawat tempur 
SU-30MKI yang dipesan India.

Ketiga, program pengembangan senjata yang semula diarahkan untuk program arms 
maintenance digeser menjadi program arms disposal dan arms build-up. Program 
arms disposal harus dilakukan untuk mengurangi secara signifikan persenjataan 
yang tidak sesuai dengan rencana pengembangan sistem persenjataan dan juga 
persenjataan yang sudah jauh melampau usia pakai. Program arms build-up 
dilakukan untuk mengisi kekosongan sistem persenjataan karena program arms 
disposal dan sekaligus memperkuat elemen postur pertahanan.

Strategi ofset
Inovasi sistem pembelian senjata diperlukan untuk memodifikasi pola akuisisi 
persenjataan Indonesia. Menurut Makmur Keliat (2005), dalam tiga dasawarsa 
terakhir Indonesia menghadapi tiga pola yang berbeda dalam melakukan akuisisi 
persenjataan. Pola pertama memiliki dua ciri, tidak adanya hambatan anggaran 
negara yang signifikan dan hubungan yang sangat baik antara pemerintah 
Indonesia dan para produsen senjata utama internasional yang berasal dari 
negara-negara maju. Pola ini umumnya terjadi ketika Indonesia mengalami tingkat 
pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup baik sepanjang tahun 1980-an. Pola 
kedua ditandai oleh tidak adanya hambatan anggaran negara yang signifikan dan 
disertai tekanan politik dari negara-negara maju, terutama dari AS dan Uni 
Eropa. Pola ini--yang muncul setelah peristiwa Timor Timur I, 1991 dan terus 
berlangsung hingga krisis finansial 1998 yang kemudian diperparah dengan 
embargo pascaperistiwa Timor Timur 1999--telah menyulitkan Indonesia untuk melak
 ukan akuisisi karena embargo persenjataan oleh negara-negara maju itu. Pola 
ketiga ditandai oleh adanya kendala keuangan yang sangat serius yang dihadapi 
pemerintah dan tekanan politik yang masih terus diberlakukan oleh negara-negara 
pemasok utama persenjataan internasional. Pola ketiga ini, yang mulai muncul 
sejak terjadinya krisis finansial 1997, telah memaksa pemerintah untuk 
mengandalkan mekanisme pendanaan kredit ekspor untuk memenuhi kebutuhan 
persenjataan Indonesia. Penggunaan fasilitas kredit ekspor untuk akuisisi 
persenjataan memberikan beban tambahan kepada keuangan negara terutama karena 
fasilitas kredit ekspor merupakan bentuk utang luar negeri yang memiliki 
tingkat suku bunga sangat tinggi, dengan waktu pengembalian yang sangat cepat.

Salah satu cara untuk melakukan inovasi sistem pembelian senjata adalah 
strategi ofset. Pengertian ofset pada dasarnya mengacu pada pembelian atau 
investasi timbal balik yang disepakati oleh pemasok senjata sebagai imbalan 
dari kesepakatan yang dilakukan. Ada dua tipe ofset yang bisa diminta oleh 
Indonesia, yaitu licensed production dan co-production. Jika licensed 
production dipergunakan, Indonesia meminta negara produsen untuk mentransfer 
teknologi kepada Indonesia sehingga sebagian dari kegiatan untuk memproduksi 
sistem persenjataan yang sedang dipesan itu dapat dilakukan di Indonesia. Jika 
co-production yang dipilih, Indonesia tidak hanya terlibat dalam kegiatan 
menghasilkan komponen peralatan militer yang tengah dipesan, tetapi juga 
terlibat untuk menghasilkan peralatan militer yang sama untuk memenuhi pesanan 
dari negara produsen maupun memenuhi pesanan pasar internasional.

Bagi Indonesia, inovasi sistem pembelian senjata dilakukan untuk setidaknya 
mengurangi beban devisa dan efek-efeknya pada neraca pembayaran, serta 
menstimulasi perkembangan industri pertahanan domestik. Inovasi tersebut harus 
menjadi bagian dari mekanisme transisi pendanaan pengadaan persenjataan.

Mekanisme transisi ini harus secara komprehensif melihat korelasi antara 
rencana strategis pertahanan dan program pengembangan postur pertahanan. 
Alokasi anggaran penelitian dan pengembangan pertahanan, dan alokasi sumber 
daya untuk industri strategis pertahanan serta keberadaan sumber-sumber 
pendanaan luar negeri. Mekanisme transisi ini harus dapat secara jelas 
menjabarkan trajektori jangka menengah-panjang yang secara gradual meningkatkan 
efisiensi dan kemandirian sistem persenjataan Indonesia.

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Merevisi Sistem Persenjataan Indonesia