** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/23/opini/2223191.htm Menyederhanakan Sistem Kepartaian Pramono Anung Wibowo Tampaknya sudah jadi ciri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengambil kebijakan secara hati-hati dan relatif lamban. Hal ini, untuk terakhir kali, terasa dalam rencana pergantian kabinet. Masyarakat dipaksa menunggu-bahkan hingga terasa hilang kesabaran-akan apa yang akan diputus presiden. Sebetulnya, kelambanan proses reshuflle tidak semata akibat sifat presiden yang cenderung hati-hati. Kita perlu memahami kesulitan presiden dalam mengomunikasikan dan mengompromikan rencana keputusannya- yang sebenarnya sederhana dan sepenuhnya hak prerogatif Presiden-dengan partai-partai politik pendukungnya yang masing-masing memiliki kekuatan di lembaga legislatif. Apalagi belum dewasanya partai-partai politik melihat persoalan bangsa, kemudian lebih menonjolkan ego dan kepentingan partai. Di sinilah muncul kerumitan. Saat ini praktis tak ada kekuatan mayoritas di DPR. Partai Golkar yang meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2004 hanya memiliki kekuatan kurang dari seperempat anggota Dewan. Sementara Partai Demokrat, yang merupakan partai Presiden, hanya menguasai sekitar 10 persen kursi di DPR. Kompromi dengan partai Kini, berdasar komposisi kabinet, presiden didukung enam partai politik dengan kekuatan sekitar 63 persen anggota DPR. Problemnya, kekuatan itu terfragmentasi secara terlalu luas di antara keenam partai dengan latar belakang ideologi dan kepentingan yang beragam. Dalam mengambil kebijakan, Presiden-yang karena dipilih langsung oleh rakyat, seharusnya memiliki kekuatan besar-harus berkomunikasi dan berkompromi dengan partai-partai. Masing- masing parpol merasa mempunyai kontrak politik dan berhak berhubungan secara langsung dengan Presiden. Berkompromi dengan enam pihak pasti lebih rumit dibandingkan dengan satu partai mayoritas. Kalaupun diperoleh kesepakatan, besar kemungkinan hasilnya tak bulat sehingga dapat mengurangi efektivitas implementasi dari rencana yang telah disusun. Fragmentasi politik yang terlalu luas telah menjadi problema lama dunia politik Indonesia. Kita ingat Pemilu 1955 menghasilkan pembagian kekuatan yang relatif merata di antara PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Keempat partai memiliki kekuatan relatif seimbang dan saling independen secara ideologi. Akibat pembagian kekuatan ini, saat itu pemerintahan tak pernah dapat berjalan efektif. Waktu itu pemerintahan tak dapat bertahan lama karena senantiasa mendapat mosi tidak percaya dari lembaga legislatif. Ketidakstabilan politik ini menyebabkan pelaksanaan kebijakan pemerintah, terutama di bidang ekonomi, terhambat. Akhirnya, rakyat menjadi korban karena kehidupan perekonomian mereka malah memburuk. Ketika melihat hasil Pemilu 2004, William Liddle, profesor politik dari Ohio State University, menyimpulkan, Indonesia kembali mengalami perluasan fragmentasi politik. Ia menilai fenomena itu akan berdampak negatif dan melemahkan proses konsolidasi demokrasi. Fragmentasi yang luas di DPR akan memperumit pengambilan keputusan. Proses di parlemen akan kian diwarnai negosiasi-negosiasi politik yang sering mengabaikan kepentingan publik. Telaah yang dilakukan Arya B Gaduh dan Raymond Atje dari CSIS menguatkan pendapat Liddle. Mereka menyimpulkan, salah satu penyebab lambannya pemulihan ekonomi di Tanah Air pascakrisis ekonomi 1997 (dibandingkan dengan Thailand dan Korea Selatan) adalah fragmentasi politik. Kondisi politik ikut menyulitkan implementasi kebijakan ekonomi. Penyederhanaan kepartaian Setelah berhasil dua kali melakukan pemilu secara demokratis, tiba saatnya kita beranjak pada agenda demokratisasi berikut. Kini saatnya kita meninggalkan eforia pembentukan partai politik menuju penyederhanaan sistem kepartaian. Mestinya kini sistem kepartaian telah lebih stabil dan tak lagi dipenuhi partai-partai seumur jagung, yang akan berganti baju pada pemilu berikut. Idealnya, dalam sistem presidensial seperti Indonesia, kita memiliki dua partai besar sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Ketika salah satu partai berperan sebagai partai pemerintah, partai lainnya menjadi oposisi untuk pengontrol dan penyeimbang. Meski demikian, untuk kasus Indonesia, kita dapat menganggap sistem ideal terdiri 4-7 partai politik. Keempat partai dapat mewakili kelompok politik aliran yang selama ini berlaku di Tanah Air: kelompok Islam konservatif, Islam modernis, nasionalis tengah, dan nasionalis kerakyatan. Kelompok-kelompok lain dapat menggabungkan diri dalam keempat mainstream itu. Paling banyak, mungkin dapat menoleransi tiga partai tambahan selain keempat kelompok yang telah disebutkan. Sebaiknya proses penyederhanaan partai berjalan alami berdasar kedewasaan berpikir para pemimpin partai. Dua pengalaman pemilu rasanya cukup untuk meyakinkan kita akan tidak bermanfaatnya membuat partai baru bilamana tidak memiliki akar dukungan kuat di masyarakat. Tidak ada salahnya tokoh-tokoh politik berjuang melalui partai-partai besar yang telah ada. Penyederhanaan ini tidak bermaksud menghambat keberadaan partai politik sebagai instrumen demokrasi dan manifestasi kebebasan berserikat dan berkumpul yang dijamin Pasal 28 UUD 1945. Penyederhanaan semata-mata demi bermanfaatnya demokrasi bagi efektivitas kehidupan kebangsaan. Dalam sistem kepartaian yang lebih sederhana, pertarungan wacana akan terjadi dalam internal partai-partai politik. Biarlah fragmentasi-fragmentasi kecil terjadi di sana. Penyederhanaan sistem kepartaian menjadi saringan sebelum sebuah wacana dibahas di tingkat nasional. Dengan demikian, pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan akan lebih mudah dan efisien. Siapa pun yang akan menjadi presiden yang dipilih langsung oleh rakyat tidak perlu lagi menjadi tawanan politik partai-partai pendukungnya. Pramono Anung Wibowo Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/LeSULA/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **